Author: Ummul Khairi
•Saturday, May 08, 2010


Suatu masa, Tuhan pernah memberi mu kesakitan yang luar biasa berat nya.Hingga kau mengeluh penuh derita.Tak terasa kau bahkan menghina nya dan menjadikannya seperti obeng yang ketika tak perlu kau buang.Di sisi lain Tuhan memberi mu kenikmatan tiada tara namun masih juga angkuh hati menipu semua indera yang Ia ciptakan.Mungkin tak secara gamblang dalam doa mu yang tiap hari kau lantun kan tapi terkadang keluhan mu “memukul” mu hingga sesekali kau merasa sesal dengan yang terjadi.

Sebenarnya ini tentang ku.Lebih kurang tiga tahun lalu sampai hari ini aku menjalani hari dengan menerka apa yang terjadi padaku di pagi hari.Saat malam ku rebahkan tubuh ini dengan menerawangi langit-langit kamar.Aku selalu memikirkan betapa bahagianya jika Tuhan memberiku sepasang sayap yang dapat kugunakan untuk terbang.Sayangnya, aku hanya senang memikirkan hal itu dalam perlahan tutupan mata lelahku.Sistem otak limbic ku bekerja seperti seolah ia mengatakan, terbang bisa membuat mu bahagia karena kebahagiaan tertinggi itu bernama terbang, sedangkan jika kau terbang berarti kau telah melampaui batas ketinggian.Walau, otak logika ku berontak akan hal itu namun tetap saja selalu posisi-posisi limbic unggul di tiap-tiap malam nya dan aku sangat bahagia akan hal itu.Biarkan.Biarkan sejenak kurasakan kebahagiaan dalam terbang ku karena esok pagi nya akan ada hal berat menanti hari ku.Sungguh! Karya Tuhan tak pernah menuai cerca.Jika aku bisa menggunakan otak ku untuk berpikir maka di malam hari nya kupaksa ia bermimpi.Tapi Tuhan menciptakan indera yang satu ini berbeda dengan yang lain.Bagi ku ia hanya satu fungsi.Berjalan.Ah..aku ingin menyebut nya “motor” Tuhan.Dan, bagi ku tiada kesakitan berlebih sekaligus bahagia yang luar biasa yang tersirat yang Tuhan berikan, selain sepasang kaki untuk berjalan.Untuk menggunakan satu fungsi indera ini, aku harus membuka hati agar hati membukakan mata dan mata membukakan pikiran serta pikiran membukakan telinga.Hal ini adalah yang paling berat dan manis untuk tiga tahun terakhir ini.Manis sekali.Semanis madu dan seindah pualam.

Setiap harinya aku merasa setahap lebih jauh dalam penaklukan terhadap diri sendiri.Suatu ketika aku pernah bertanya pada seorang Rainbow Radar.Ia tentu manusia.Pernah kutanya suatu hari kenapa ia membubuhi Rainbow sebagai nama pena sebuah jejaring sosial tapi ia menolak untuk memberi tahu sebenarnya.Ah..mungkin ia menyukai keindahan beragam warna^^
Sejatinya aku tak pernah tau setiap pasang otak manusia berfikir seperti apa.Aku mengklasifikasikan tiap manusia pun berbeda-beda.Setiap pribadi memiliki dunia nya masing-masing.Mereka berjalan seperti apa yang mereka ketahui.Melangkahkan kaki dan masuk kesebuah tempat.Selebih nya mereka akan menjadi manusia dalam tempurung.Mereka akan menjadi seperti apa yang mereka jalani.Jika ia seeorang tukang becak, ia akan bekerja keras menjadi tukang becak tapi bila ia berada dirumah, ia akan berubah 180 derajat menjadi ayah yang menyenangkan.Seperti gambaran manusia dalam tempurung.Hanya bahasaku saja.Karena setiap orang adalah manusia dalam tempurung.Pengaturan alami yang telah di catat Tuhan.

Aku mengenal orang karena apa yang ia kerjakan dalam hidupnya.Aku menghargai orang karena apa yang telah ia lakukan untuk hidup nya.Dan, aku sangat menghargai seseorang karena dunia yang ia jalani untuk menjadi diri apa adanya.Kadang aku berpikir tentang orang-orang yang sanggup mencapai puncak tertinggi dalam hihup nya yang singkat, mencari makna dalam tiap perjalanan menaklukan keangkuhan diri.Tak banyak orang seperti itu.Menyadari apa yang ia jalani adalah sebuah pencarian hakiki.Aku pernah bertanya pada Rainbow tentang penaklukan alam yang ia jalani ketika ia di selimuti hutan.Dia juga manusia dalam tempurung Tuhan.Ketika di alam ia bernama “Pecinta Alam” dan ketika belajar ia bernama “Mahasiswa”.Apa jawab nya? “Mungkin setiap orang akan mencari dan merasakan hal-hal yang berbeda tentunya.Sebelumnya saya ingin membahas tentang kata-kata “menaklukkan alam”. Sebenarnya apa iya kita bisa menaklukkan alam. Apa bisa kita menaklukkan tsunami yang begitu dahsyat? Adakah orang yang telah berhasil melakukannya? Adakah orang yang telah menaklukkan gunung-gunung ciptaan Allah yang begitu megah dan tegak berdiri, apakah gunung-gunung itu ingin menghancurkan kita sehingga kita perlu menaklukkannya? Saya rasa hal yang kita lakukan adalah bukan menaklukkan alam tapi bersahabat dengan alam. Bersahabatlah dengan alam maka alam pun akan bersahabat dengan kita. Jika kita tidak bersahabat dengan alam, misal dengan merusak alam, maka alam pun akan memberikan apa yang kita perlakukan terhadap mereka.Jika saya tidak salah dalam Al-Quran ada firman Allah yang isinya mengambarkan bahwasannya gunung-gunung berzikir dengan cara mereka sendiri yang mungkin tidak kita mengerti sama sekali. Saya rasa kita tidak menaklukkan alam tapi kita menaklukkan diri kita sendiri. Menaklukkan ketakutan kita, menaklukkan rasa hanya mementingkan diri sendiri saat melakukan perjalanan bersama tim, menaklukkan keangkuhan diri kita, bahwasanya kita itu kecil tidak ada apa-apanya dengan alam yang begitu besar.Kita menjelajah bukan untuk menjajah.Pergi dengan selamat dan pulang membawa manfaat.”

Aku ingin mengutip kata-kata seorang jurnalis dan penegak HAM dalam sebuah buku nya yang berjudul “The Journal of A Moslem Traveler”, Dr.Heru Susetyo.Seperti ini katanya,“Saya teringat jawaban George Mallory ketika di tanya alasan mengapa ia ingin mendaki Everest, dengan mudah ia menjawab. “Because it's there!”Benar juga, pikir saya dalam hati.Kalau saya naik gunung menembus gua, atau pun menjelajah hutan semata-mata karena gunung, gua, atau hutan itu berada di sana (ala George Mallory) lalu dimana nilai tambahnya selain capai dan kebanggaan pribadi belaka? Kalau ingin di analogikan dengan ibadah puasa, apabila kita berpuasa semata-mata untuk menahan lapar dan haus saja, tapi tak menghalangi kita dari perbuatan keji dan munkar, lalu buat apa puasa?Pergumulan spiritual tersebut akhirnya mengantarkan saya kepada pemahaman baru.Bahwa saya menjadi pecinta alam bukan semata-mata karena saya mencintai alam dan senang menjadi anak gunung, backpacker, traveler, apapun namanya.Bukan juga karena ingin menaklukan alam, karena alam tak mungkin kita taklukkan.Ungkapan yang lebih pas adalah menjadi pecinta alam dalam rangka semakin mencintai Sang Pencipta Alam.Dan alam tak mungkin di taklukkan, karena kitalah yang sejatinya menaklukkan diri sendiri.Manaklukkan kecapaian, kemalasan, kesakitan, kelelahan, kelaparan, kehausan, kelemahan, dan sebagainya.”

Sebenarnya aku hanya melihat dari satu sudut yang kecil sekali.Aku tidak melihat siapa dia.Apakah pecinta alam, backpacker, traveler, orang biasa, seseorang yang mengkonsepkan teori relativitas atau orang lain.Aku bahkan tidak melihat kemana tujuan mereka, apakah ke hutan, gunung atau berada pada benua.Aku hanya melihat dua hal saja.Penaklukkan diri, pencarian dan perjalanan.

Sekecil apapun perjalanan yang dilakukan, sebenarnya kita sudah meraup setahap demi setahap pendekatan dengan Tuhan yang satu, Allah.Tanpa di sadari ternyata ujung yang di cari tak lain adalah Rabb Yang Maha Sempurna.Dengan berjalan kita melihat, mendengar dan merasakan.Dengan melihat, mendengar dan merasakan kita dapat mencari.Dalam mencari, kita menaklukkan diri sendiri.Menaklukkan jiwa yang bahkan kita sendiri tak kenal.Tapi ketika kita telah mengenal diri sendiri, Pasti kita mengenal siapa Tuhan kita.Ah..aku teringat Hadits Nabi yang ini:

“Jika Aku telah mencintai nya,Aku adalah pendengaran nya,yang dengannya ia mendengar.Aku adalah matanya yang dengannya ia melihat.Aku adalah tangan nya yang dengannya ia berbuat.Aku adalah kaki nya yang dengannya ia berjalan.Jika dia meminta kepada Ku, pasti berikan.Jika dia minta perlindungan Ku ,pasti Aku lindungi”

Aku hanya berjalan dengan bermodal kan sepasang kaki.Menjejaki sudut-sudut kecil di kota ku Banda Aceh.Menilik tiap masyarakat dengan beban yang selalu dipikul.Melihat tumpahan keringat beberapa koki di beberapa rumah makan Aceh.Melihat seorang paruh baya yang tak memiliki kaki dan dengan semangat nya ia mendayung gerobak untuk mencari nafkah.Melihat muda-mudi terkekeh di lampu merah.Melihat orang-orang dalam labi-labi membuang sampah bekas air mineral ke jalan dengan seenak perut nya.Melihat seorang kaya membuang puntung rokok dibalik kaca hitam mobil nya.Melihat kernek labi-labi berebut penumpang.Melihat seorang penjaga toko meubel hanya terbengong menunggu pembeli, tertawa sendiri sambil memegang ponsel atau bahkan hanya mengisi TTS.Melihat ceria di balik duka anak-anak yang memegang kantung-kantung plastik di jalanan.Melihat anak-anak berteriak lepas sambil melepaskan tangan menaiki sepeda.Melihat orang-orang berlomba pulang kerumah karena hampir tiba waktu magrib.Melihat burung-burung berseliweran mengejar satu sama lain.Melihat syahdu nya Baiturrahman di malam hari.Melihat dan bergabung dengan orang-orang yang membaca shalawat atas Nabi.Menangis dan pulang membawa hati yang baru.

Dia, temanku Rainbow, juga berujar, “Di sana, di atas puncak saya melihat pemandangan kota Banda Aceh di malam hari indah sekali, benar-benar indah. Lampu-lampu yang menghiasi kota menjadikannya indah untuk dilihat dari puncak gunung, mungkin jika kita berada di kota, kita tidak bisa melihat keindahan kota kita. Mungkin ini juga salah satu yang kita dapatkan dari perjalanan kita, melihat dari tiap sisi atau posisi yang berbeda maka akan berbeda pula rasanya”.

Nanti.Suatu saat nanti Tuhan ku yang Mulia memperkenankan kaki ku beranjak kesana.Melihat kota ku dari sisi yang berbeda.Dan, aku berjanji, tak hanya kota indah ini tapi pada suatu masa di tempat yang berbeda pada belahan benua yang berbeda.

This entry was posted on Saturday, May 08, 2010 and is filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

2 comments:

On May 13, 2010 at 1:48 AM , Anonymous said...

Long time no see, you are getting wiser young lady :d
Nice one, any way!

 
On May 15, 2010 at 10:26 AM , Ummul Khairi said...

ah..ya,long time no see:)
just struggle by some word,
thank you for visit yaa..