Author: Ummul Khairi
•Monday, December 27, 2010

Orang Aceh pasti tak pernah lupa 6 tahun lalu. Satu kisah lampau yang melekat tak pernah mati. Mungkin mereka yang diberi Kasih Sayang lebih oleh Tuhan tak mengingat detil tanggalnya tapi jika diwakilkan dengan 7 kata "Tsunami" mereka langsung diam tanpa debat. Kawasan saya sama sekali tak terkena gelombang hitam pekat itu tapi getaran berat hasil perpatahan lempeng bumi masih kami rasakan. Saya kehilangan teman juga kerabat. Namun, mereka yang telah pergi adalah wakil Tuhan di dunia bernama Ash-Shabur. Tuhan selalu punya cara untuk menggantikan sesuatu yang lebih baik. Dan, tiap manusia di dunia pasti mendapatkan hal serupa.

Saya akan off sebentar hingga januari. Rumah ini tetap disini. Pemiliknya akan berkonsentrasi pada beberapa hal. Bukan! Rumah ini bukan pelarian hingga membuat saya menjadikannya alasan untuk berhenti dari menulis. Justru karena terlalu berharga, maka rumah ini tetap disini. Semoga Tuhan masih memberi ruh pada tubuh ini hingga waktu kembali. Sampai bertemu tahun depan. More...

Author: Ummul Khairi
•Monday, December 27, 2010



Buku terbitan Gramedia ini terbilang cukup lama, tahun 2005. Itu di Indonesia, tapi jika runut kebelakang, sebenarnya buku itu sudah di terbitkan jauh sebelum saya lahir, sejak tahun 1988 di Spanyol dalam Bahasa Portugis. Saya tau buku ini sekitar tahun 2009 atau lebih tepatnya memasuki awal tahun 2010. Awalnya juga tidak sengaja. Seorang adik kelas membaca buku The Alchemist. Sepertinya seru. Sebenarnya kekaguman tentang "Alchemist" itu sendiri ketika saya mulai menyukai animasi Fulmetal Alchemist; Brotherhood. Animasi ini menceritakan dua orang kakak beradik yang mencoba men-transmutasi kembali ibu mereka yang meninggal karena wabah penyakit. Padahal, dalam Ilmu Alchemist ada satu larangan tabu yang tidak boleh dilakukan yaitu human transmutation. Jika hal itu dilakukan harus ada tumbal untuk menggantikannya. Nah, ketika kakak beradik itu melakukan human transmutation terhadap ibu mereka, tanpa disangka, seluruh tubuh Alphonse (Al) ditarik kedunia lain. Beruntungnya Al, ia masih diberi jiwa/soul yang dikukung dalam seal oleh Edward (Ed) dalam baju besi/armor sebagai mediator antara soul dan tubuhnya.


Pemerintahan City of Lior mendengar kabar kakak beradik jenius ini meskipun usia mereka masih belia. Mereka mengajak Ed dan Al untuk bergabung pada sentral pemerintahan demi membantu kelancaran dan keamanan kota. Ed dan Al melihat peluang lain di City of Lior dari pada mereka harus tetap tinggal di desa mereka, Resembool. Waktu terus bergulir hingga takdir membawa mereka, Edward dan Alphonse Elric, mencari Philosopher Stone di Central. Sebuah batu yang bisa mengembalikan soul Al kembali. Intrik terjadi dalam animasi ini karena ternyata sentral pemerintahan sendiri berada dibalik layar dalam pencarian yang paling ingin mereka dapatkan, Philosopher Stone. Animasi ini juga menceritakan teman masa kecil keduanya, Winry Rockbell yang machine freak atau lebih dikenal sebagai pembuat automail terbaik seantero Resembool. Juga ada satu tokoh yang paling saya suka, Roy Mustang si Flame Alchemy. Lalu, apa hubungannya dengan buku The Alchemist? Sedikit persamaannya, pada animasi ini alchemy dianggap sebagai,

Alchemy is a science where one understands the structure of matter, breaks it down then rebuild it. However, it is not an all-powerful technique, as one can't create something out of nothing. If one wishes to gain something, one must present something of equal value. This ia the concept of equivalent exchange, the fundamental basis of alchemy.

Nah, diakhir buku ini juga diceritakan sedikit tentang seorang alkemis yang mampu mengubah timah menjadi emas. Ya, semua berawal dari animasi. Selang beberapa lama, saya melupakan buku tersebut hingga FLP Aceh mengadakan lomba esai lepas untuk buku The Alchemist ini. Saya mulai tertarik lagi untuk hunting buku tersebut. Saya menanyakan hal serupa dengan adik kelas yang pernah membaca buku ini tempo hari dan akhirnya saya baru tau The Alchemist yang ia baca bukan karangan Paulo Coelho melainkan karangan yang saya juga lupa namanya . Sepanjang toko buku di Banda Aceh saya babat habis, termasuk toko buku referensi seorang teman yang berlokasi di Kampung Mulia, dan baru sebulan kedepan buku tersebut available. Saya sampai kehilangan mood untuk mencari buku ini hingga harus memesan pada teman di Bandung. Sebenarnya fasilitas e-book cukup menjanjikan dan memang sudah bertengger lama di laptop, tapi saya tidak nyaman membaca lama-lama di depan layar. Lalu suatu siang di kampus, saya dikejutkan oleh hal yang tak disangka-sangka. Buku yang sama saya cari ternyata ada pada teman dekat saya sendiri.

"The Alchemistnya Paulo Coelho kan?"
"Iya"
"Sama Vera ada, Yi"

Rasanya saya seperti dihantam palu godam berton-ton. Seperti pepatah saja, gajah di pelupuk mata tak tampak, semut di seberang lautan jelas terlihat. Tanpa pikir panjang, saya langsung meminjamnya. Baru malam ini saya menghabiskan membaca The Alchemist. Dan betapa terkejutnya saya ketika memasuki lembaran akhir. Santiago, sang tokoh utama, berhasil menemukan harta karunnya, yaitu tempat ia bermula dulu bersama domba-dombanya, dibawah sebatang pohon sycamore Spanyol tempat sakristi pernah berdiri. Ia harus jauh-jauh mengembara ke Mesir terlebih dahulu hanya untuk mendapatkan pertanda dimana letak harta karunnya. Seketika potongan mozaik hidup, saya temukan lagi dalam buku luar biasa ini. Kembali pada hari-hari sebelumnya, saya harus jauh-jauh hunting buku, tanya sana-sini sampai hampir kehilangan mood. Dan, ternyata buku yang saya inginkan itu dekat sekali ya.

Sama seperti mencari kebahagiaan. Bahagia seseorang hanya diri yang tau, meskipun dimata orang lain biasa-biasa saja. Biasanya bentuk kebahagiaan itu sangat sederhana. Dan, kebahagiaan itu ternyata dekat sekali tanpa pernah kita sadari.

More...

Author: Ummul Khairi
•Monday, December 27, 2010



Akhir desember ini banyak sekali kegiatan yang menumpuk untuk di LPJ (Lembar Pertanggung Jawaban) kan. Semua menumpuk dibarengi dengan setumpuk tugas kuliah dan final hingga awal januari. Wajar kan ya? Namanya juga mahasiswa bukan tukang kuliah! Tanggal 22 desember lalu, Himatika (Himpunan Mahasiswa Matematika) Fakultas MIPA Universitas Syiah Kuala mempelopori satu event berkelas, menurut saya. Memang masih sekelas mahasiswa biasa yang belum memiliki sumbangsih dana besar, tapi semoga saja mampu menginspirasi tiap mahasiswa khususnya fakultas yang menjadikan mahasiswanya menyabet gelar sains sebagai peneliti muda. Event ini juga merupakan wadah bagi mahasiswa yang pernah mengikuti kompetisi-kompetisi tingkat nasional maupun internasional.

Saya yakin sekali, masih banyak mahasiswa hanya melakukan penelitian ketika tugas akhir, setidaknya melalui kaca mata saya yang kuliah di Aceh. Ataupun beberapa mahasiswa yang pernah mengikuti ajang nasional maupun internasional dan belum memiliki wadah untuk mengaplikasikan juga mensosialisasikan apa yang menjadi penelitiannya. Momok ini mengakibatkan komunikasi dua arah berlawanan, sebagian mahasiswa atau adik-adik kelas belum mengetahui dan belum beradaptasi dengan penelitian, juga mahasiswa yang sudah melakukan penelitian hanya bisa menyuarakan hasil telitiannya ketika berhadapan dengan dosen pada sidang tugas akhir. Sebagian alasan inilah, Himatika menjembatani aspirasi keduanya. Masing-masing mahasiswa diuntungkan. Sebenarnya bukan mendapatkan keuntungan pribadi yang bersifat riil atau nominal tapi bagaimana memberi dan membagi agar setidaknya terinspirasi dan "teracuni". Selain itu, ide-ide yang masih menguap bisa di wadahkan dalam sebuah momentum. Momentum itu tak lain, karena kita masih muda dan harus punya karya.

Seminar ini dibuka oleh Nisa, adik kelas saya. Dan, beberapa peneliti yang menyampaikan presentasi adalah teman-teman seangkatan saya. Seperti Novi Reandy Sasmita (Rian), yang mempresentasikan game lingkungan yang ia buat menggunakan free software, Netbeans. Hasil presentasi ini telah ia ikutkan sebagai finalis pada BYEE (Bayer Young Environmental Envoy) dan berhasil menyabet sebagai Duta Lingkungan Aceh. Jika saja ia mampu ke tahap selanjutnya, ia pasti bisa mendapatkan tiket gratis ke Jerman. Tapi saya yakin rencana Tuhan adalah yang terbaik. Jika ada presentasi yang mendapatkan tepuk tangan paling meriah, Vera Halfiani lah orangnya. Presentasi yang ia sampaikan adalah hasil sebulan KKP (Kuliah Kerja Profesi) di BPS (Badan Pusat Statistik) Aceh. Ia membuat sebuah model matematika yang dapat memperkirakan jumlah pertumbuhan penduduk di Aceh hingga tahun 2025. Satu lagi teman seangkatan saya, Khairun Amala yang berhasil mewakili Provinsi Aceh untuk mengikuti OSN-PTI (Olimpiade Sains Nasional-Perguruan Tinggi Indonesia) di Jakarta. Penelitiannya hampir sama dengan Vera, membuat modeling matematika untuk menganalisa produksi DME (Dimetil Eter) pada kebutuhan rumah tangga di Indonesia dengan menggunakan proyeksi model pertumbuhan. Laina Farsiah, satu-satunya peneliti wanita angkatan 2007 yang telah melaksanakan KKP nya di Taiwan. Ia melakukan risetnya di Academi Sinica, tepatnya di OSSF (Open Source Software Foundry) untuk mempelajari Media Wiki. Sedikit informasi, Jurusan matematika yang saya tekuni sekarang, menspesifikasikan bidang minat matematika dalam 4 hal, Matematika-Terapan, Matematika-Murni, Matematika-Statistik dan Matematika-Komputasi (Computer Science). Semua teman yang saya sebutkan adalah Mahasiswa Matematika angkatan 2007 yang juga teman sekelas saya. Presenter terakhir adalah Rika Sri Utami. Rika mahasiswa MIPA Kimia yang jenius luar biasa dan rendah hati pula. Ia mahasiswi tercepat angkatan 2007 yang akan sidang proposal dalam bulan ini. Ia mengikutkan penelitiannya pada PKM-P (Pekan Kreatifitas Mahasiswa-Penelitian) tahun lalu. Dalam penelitiannya ia juga mengikutkan Rian dan Milda (Mahasiswi Jurusan Biologi) sebagai partner kerja. Judul penelitiannya untuk menguji antimakan ekstrak Metanol dan Etilasetat tumbuhan Loranthus Parasiticus terhadap Epilachna Sparsa.

Saya sebagai moderator merangkap MC, merasa dikelilingi nuansa akademik yang kental dan nuansa peniliti yang begitu melekat pada Fakultas yang hampir 4 tahun saya naungi. Rasanya tiap detil yang mereka teliti sayang sekali jika hanya disimpan dalam bentuk kertas semata. Teman-teman di sekeliling merupakan guru besar yang selalu memberi inspirasi bahwa jargon "Yang Muda Yang Berkarya" belum mati. Saya seperti lalat dalam tudung. Masih sedikit sekali yang saya persembahkan untuk kampus maupun lingkungan. Karya saya masih kecil. Saya sangat yakin, sedikit saja bekerja keras akan membuahkan hasil yang lebih baik. Mari generasi muda, tak ada waktu untuk berleha!
More...

Author: Ummul Khairi
•Sunday, December 26, 2010



There's a handwritten note pressed in the door of her screened in porch

Ada gerangan lebih diam dalam tegakmu sebelum 500 kata meluncur dalam ruang kosong




And I am sailing away recalling that day miles from shore
Sedemikian senja, satu bayangpun tak menjejaki. Hingga ia harus menunggu pusaran dunia berhenti sebentar untuk 2 senti senyuman saja. Bila belum pada waktunya, ia tak akan kembali walau seluruh ruang hati telah diteriaki berjuta rindu




She was still wearing white and robins egg blue, her grandmother's dress
Kau masih memakai label samar. Seujung kukupun belum tergambar!




When I left early this year, how I wound up here is anyone's guess
Adakah yang menerka seberapa lama ia tinggal? Entah. Bahkan ia menetap masih terlalu kaku untuk menjadi luruh.



When the new sites grow old and I start to feel cold I'll sail home again

Pada muara mana lagi kembali mengadu jika bukan di rumah Tuhan Segala.




Goodbye Brielle,only whispers can tell. Of the sweet dreams that we knew so well. I'll see you around our dear ocean town
Sampai jumpa, hingga 2 milenia berikutnya. Pada satu kota di ujung Eropa.




The frozen days we set ablaze. Sent me drifting away
Waktu lalu terasa beku hingga menjalar tulang. Pendar-pendar masih terkatung diam di atas kepala. Kapankah diam itu rubuh?




Like a butterfly, you floated by and now you're alone. I wish I knew when I'll be back again. So until then I wish you well, my dear Brielle
Sesaat lagi awan yang terlihat dulu akan berbeda. Pijakan lagi tak sama. Hanya bebatuan persinggahan dulu, dan pendar biru masih terbungkus rapi dalam benak seorang bodoh.




Strolling over the sand, cobblestone paths that wind through the trees. Breathing the sweet forest air makes a blue bird aware that she could be free
Orang bodoh itu hanya melebarkan jejalnya pada seluruh waktu yang pernah dilalui. Sesekali angin mencoba berdamai dengannya. Walau beburung di atas kepala dapat membaca pikirannya dengan petanda.




When the new sites grow old and I start to feel cold I'll sail home again
Bening-bening kaca minta keluar. Terkadang orang bodoh sekalipun sadar, bahwa ada suatu bagian darinya yang paling ia inginkan tak bisa dimiliki. Sekalipun masih berpijak di langit yang sama. Ia beranjak pulang ke rumah Tuhan Segala



Terinspirasi dari sini. Liriknya mengalami adaptasi dengan hidup saya. Sembari menulis, saya melihat video ini. Saya seperti berada pada stage yang sama dengan Ladya Cheryl. Ingin mengulang sesuatu pada tempat, momen dan waktu yang sama seperti yang pernah dirasakan pada waktu iti. Ada sesuatu yang menjalar ketika bertemu sesosok itu sepersekian detik lalu. Ketika ingin dirasakan kembali, otak normal tak bekerja dengan baik. Ia menunggu sesuatu yang mengkaitkan pada momen sepersekian detik itu tadi. Entah tempat, situasi bahkan waktu yang sama. Ia juga tau bahwa penantiannya tak pasti, namun ia sadar satu hal, ada bagian dalam hidupnya yang paling ia inginkan tak selamanya harus dimiliki. Terkadang hanya cukup dinikmati sepintas lalu saja.

Kadang dunia hanya berputar pada tempat yang sama. Berpijak pada runtutan itu-itu saja. Berporos pada ketidakpastian dan kebanyakan hanya bersumber pada satu nama. Namun walau hanya sesaat dengan nama itu, ada beberapa bagian dari kelenjar otak tak bekerja maksimal. Sebagian minta dibuang, sebagian yang lain dibiarkan merambat. Apapun itu, Tuhan memberikan sesuatu dengan perencanaan rinci. Tuhan telah menulisakannya, kapan dua orang saling bertemu dan berpisah. Masing-masing sesuai proporsi. Tidak ada yang ditambah maupun dikurang.

Untuk sebuah nama yang bersarang pada tubuh seseorang, semoga cepat sembuh. Senja telah menunggumu pada pijakan berbeda.
More...

Author: Ummul Khairi
•Wednesday, December 22, 2010

Waktu itu Ayah pernah bilang, "Nama Ayi paling istimewa". Kelahiran juli 89 tepat hari sabtu. Aku diam. Apa istimewanya nama yang berhuruf depan "U", selalu mendapat giliran akhir ketika disebut di absen. Apa istimewanya jika dalam satu kelas ada dua nama hampir sama persis, hanya pengurangan huruf "I" pada ujung namanya. Melihat tak ada bantahan, Ayah melanjutkan, "Istimewa karena Ayah sendiri yang ngasih nama itu. Beda dengan Akin dan Ekal, ada campur tangan Kakek". Ia tersenyum penuh arti. Dan, hanya ia yang tau artinya.

*****

Hari ini tepat 2 bulan. Ingatan lalu kembali terbuka. Ada layar lebar yang membentang tak berjarak. Sebuah keputusan mendalam yang melibatkan seluruh kepala berpusat pada satu hal, tanggung jawab. "Kita punya banyak saudara di sekeliling, punya makanan dan simpanan yang cukup. Ayah dan Mama hanya memenuhi panggilanNya sebelum memenuhi panggilan yang sebenarnya. Sederhananya, menggenapkan rukun islam terakhir. Selama kami disana, jaga adik baik-baik ya Nak". Perkataan lelaki usia 54 itu parau. Wajah itu memaling. Menghilangkan jejak-jejak bening kaca di matanya. Tak mampu melihat wajah tundukku yang mengekori sudut matanya.

*****

"Selamat hari ibu ya, Yi" ucap tulus seorang teman. "Semoga menjadi ibu yang baik" lanjutnya. Ia berlalu dan hening. Seperti ada balok es menghantam cepat kepalaku. Rasanya pijakan tak lagi nyata. Atau kaki sudah tak bersama tubuh? Entah.

*****

Pecahan es kini sedikit mencair. Cairan beku tadi seperti melumpuhkan rasa. Rasa seperti menuntun ulang dimensi untuk menyusun kembali puzzle-puzzle ke tempatnya semula. Seperti Ayah mengeja sesuatu pada kata-katanya. Belasan tahun silam, pada sebuah kertas pucat, tergantung belasan harap untuk penghujung masa depan. Namun, belasan menit lalu seperti timbangan timpang yang berat sebelah. Timbangan atas seluruh pencapaian yang sama sekali tidak menundukkan apapun dibanding satu hal yang disebut Ayah istimewa. Sebuah nama kebaikan untuk dunia akhirat. Sebuah nama kebaikan untuk teman hidup kelak dan sebuah nama kebaikan untuk anak-anaknya. Ummul Khairi. Pengharapan besar Ayah untuk menjadi ibu atas segala kebaikan.

Dulu nama itu seperti tak berbekas. Malah aku ingin digantikan dengan lebih sesuai. Tapi, sepanjang hari lalu, aku mulai mengeja nama, sama seperti Ayah mengejanya. Bahkan ia menyusunnya menjadi sebuah harapan. Harapan akan kebaikan melalui sebuah nama. Ada dua hal yang paling kuinginkan selepas ini semua, melihat Tuhan Yang Mulia dan merefleksikan nama Ummul Khairi dengan sebenarnya. Sebenar Ayah mengartikan Ibu Yang Baik untuk namaku. Terima kasih, Ayah. More...

Author: Ummul Khairi
•Thursday, December 16, 2010

Seseorang yang hanya mengikuti arus tanpa mempertanyakan arahnya. Mereka berpikir tentang menang dan ia berpikir bagaimana cara berjalan. Berpikir cara menghabiskan makan sedangkan ia berpikir bagaimana cara menikmati makan. Segala yang ia butuhkan adalah terus berjalan walau ia tak tau siapa yang ditemui dijalan. Ia berjalan dengan arus acak agar mereka sulit menerka kenapa ia harus berjalan.


Untuknya yang kuingat selalu bersandar pada bebatuan menjulang. Memaklumat senja dengan sedikit torehan cerita dan terus berjalan kedepan tanpa memikirkan ada dua pasang mata yang mencerna tiap kata dibalik punggungnya
More...

Author: Ummul Khairi
•Wednesday, December 15, 2010

Diantara 2 yang sudah saya sebutkan pada postingan lalu, inilah PR terakhir dan sulit dijawab untuk orang sekelas saya. Sebuah pertanyaan esensial juga klasik dan rata-rata semua orang ingin mencapainya. "...by the way I still want to discuss about how to make network that we ever told before. Maybe you can tell me how to make relations/friendship/network with others especially foreign". Itu sepenggal email yang dikirim seorang teman 2 hari lalu. Ternyata ia masih ingat percakapan kami tempo hari tentang the way important network. Harusnya percakapan tidak berlanjut jika saya tidak mengirim artikel senior yang melanjutkan studi magister di Geelong, Melbourne. Niat saya mengirim artikel tersebut karena ia juga tengah belajar di Indonesia untuk melanjutkan studi magister disana.

Ia menyayangkan dirinya yang jarang sekali keep in touch dengan teman-teman atau profesor yang ia jumpai di Indonesia dan Jepang. Hm, maybe you just need a little begining. Bener lho! Walau kita punya deeply desire, tapi ketika tidak memulai, tentu komunikasi tidak akan terjalin. Tidak perlu jauh-jauh merefleksikan dulu ke foreigner, prinsipkan dulu dan memulai komunikasi dengan teman-teman lokal jauh lebih baik. Sama halnya seperti membangun sebuah pertemanan. Semuanya tidak terjadi begitu saja. Pun, tidak bisa dengan cara yang instan. Seperti kita butuh teman, pasti teman itu ada seperti adanya kita untuk teman itu. Prinsip saling mensinergikan satu sama lain yang paling dibutuhkan. Satu hal, jangan pernah menganggap teman itu seperti "obeng", ketika tidak dibutuhkan bisa dibuang. Sepantasnya ia dianggap "seseorang" diantara "banyak orang". Saya teringat jargon Fatih Billingual School, "semua murid kami bagai satu murid kami".


So, how about the foreigner? Seperti yang kita tau, hidup di Indonesia berbeda dengan hidup di Amerika, Ausie, Eropa dan Afrika. Jika orang tanya mengapa, saya hanya ingin meringkasnya, Tuhan yang menjadikan beda agar kita selalu belajar. Belajar arti toleransi, keterbukaan, menjadi minoritas, teknologi, kelaparan, survive juga keluar dari comfort zone.

Saya pernah sekali dilibatkan bekerja pada foreigner, pernah homestay dan belajar budaya mereka secara langsung juga keluarga saya pernah membuat agreement kerja sama selama setahun pasca tsunami menerjang Aceh. Berdasarkan sedikit pengalaman ini, saya bisa meng-ekstrak beberapa bagian. Dalam bekerja sama atau membuat perjanjian persetujuan sebuah kegiatan, pastikan terlebih dahulu, apa yang di dapatkan dari kerjasama itu. Ini bukan perkara untung rugi tapi merupakan awal dari pembagian tugas atau job description. Apa yang menjadi hak dan kewajiban harus jelas dan dibicarakan secara terbuka. Pastikan semua yang telah disepakati ada hitam di atas putih alias kesepakatan kerjasama di atas sebuah kertas. Jangan hanya karena kita mengenal baik negara tersebut dengan kedisiplinan atau penepatan janji, kita langsung percaya. Sekali lagi, aturan dan negara adalah sebuah tatanan sistem tapi yang merusak segalanya adalah orang-orang di dalamnya. Setiap orang kan beda-beda dan satu hal, tidak ada manusia yang dapat di percaya 100%. Hal-hal lain yang penting seperti akomodasi, logistik, transportasi juga beberapa hal dalam komunikasi akan berjalan dengan sendirinya. It just a time.

Membangun social networking atau relation, termasuk gampang-gampang susah. Saya sampai harus buka kamus oxford untuk menekankan makna dari keduanya. Dari beberapa makna, mungkin way in which two or more things are connected lah yang penting. Lalu? How to connected with them? Tidak ada kata lain selain komunikasi! Ketika akan berpisah dari seorang foreigner, jangan lupa minta email atau minimal social network account yang ia punya. Permulaan komunikasi, gunakan bahasa yang familiar namun tetap santun. Boleh juga diiringi joke tapi tetap hati-hati karena dinegara manapun sebuah joke pasti berbeda. Joke ini juga punya kelemahan, jika salah mengartikan maknanya, bisa jadi pertemanan yang selama ini terjalin baik akan putus tiba-tiba. Kadang jika berkomunikasi, kita sering menganggap teman kita membalas datar saja. Jangan salah mengartikan "kedatarannya". Banyak orang di negara luar berkomunikasi sesuai kadarnya, apa yang ditanya itulah yang akan dijawab. Mereka lebih banyak tidak basa-basi dari pada di Indonesia. Sesekali minta dikirim berbagai info atau kegiatan yang tengah hangat di sekitarnya atau di negaranya, bisa tentang beasiswa, hot issue, maupun kegiatan yang tengah ia lakukan. Tanpa diminta kita juga bisa melakukan hal serupa. Jadi, ketika memang pada saatnya kita "butuh" sesuatu, akses yang didapatkan juga lebih mulus.

Dikampus tempat saya belajar juga sering melibatkan mahasiswa untuk ikut serta dalam event-event nasional maupun internasional. Saya pernah 2 kali ikut dalam event conference international sebagai committe. Mungkin urusan softskill yang saya miliki adalah alasan nomor dua, tapi saya dan teman-teman dipilih karena network itu tadi. Saya sering berkomunikasi dengan salah seorang senior dan kemudian diajak untuk ikut bergabung dalam event tersebut. Ketika ada event serupa, saya kembali diajak karena bekerja dengan baik pada event sebelumnya. Nah, memberi yang terbaik juga berarti memberi harapan untuk dipercayai. Dipercayai karena mampu melakukan yang terbaik. Untuk selanjutnya, kepercayaan ini yang harus dijaga. Satu kepercayaan akan menghasilkan kepercayaan yang lain. Ah, sinergi sekali kan? Jika ingin melengkapi lebih lanjut secara teknisi, ada satu bacaan yang menarik disini.

Well, itu sedikit sekali dari yang saya tau berdasarkan pengalaman yang pernah saya jalani. Ukuran network dan relations bagi tiap orang juga beda-beda. Semoga bisa menjawab PR nya. Dan, di akhir email ia juga berkata "the campus is very nice, its has best facilities and the city,Melbourne, nice as well. Deakin is good as an education university in OZ. Hmm.. do you interest to go there, the campus near the sea and you can see sunset or sunrise :)". Dalam hati saya langsung menjawab "i do, i really do, as long as with you :D"
More...

Author: Ummul Khairi
•Tuesday, December 14, 2010

Jika sistem di dunia ini juga mengenal SKS alis Sistem Kebut Semalam, itulah yang saya lakukan saat ini. Bulan desember juga bulan final untuk mahasiswa menjelang semester akhir seperti saya. Seluruh kegiatan bernama wasting time harus sudah masuk kantong untuk sementara waktu. Kecuali satu kegiatan yang tidak pernah padam walau himpit menyerta, berjalan sendirian sambil hunting buku di sore hari. Meski waktu dan gerimis awal desember masih membelenggu jiwa untuk sekedar berjalan, tapi sunset pada persimpangan jembatan lamnyong masih menyisakan semangat walau hanya sekedar berdiri dan melumat suasananya dalam-dalam.

Tapi sekian waktu yang sengaja dilewati untuk sendiri, tetap saja malam pemenangnya. Saat semua kepala menyandar indah pada dimensi rupa-rupa, saya tetap setia pada kata saja. Gigitan dingin yang kerap menusuk serasa bisa diabai beberapa waktu kedepan. Memang Tuhan telah mencipta pada apa yang dianggapNya cukup bagi seseorang. Dan, semua yang melewati malam, cukup bagi saya.Then, here i am!

Beberapa waktu lalu, merupakan titik ledak dalam hal menyanggupi sebuah permintaan. Maka, saya biarkan seluruh organ tetap fokus pada apa yang saya anggap layak untuk ditepati. Sebuah janji! Terhitung 3 untuk saat ini. Seorang teman meminta untuk mentraslate beberapa slide English tentang TrueCript. Saya menyanggupi karena merasa bisa tanpa memperhatikan ketersediaan waktu dan urusan lain yang harus ditangani. Ia juga memberikan tenggat waktu. Lagi, saya menyanggupi. Pada waktu yang telah ditentukan, satu slide pun belum saya terjemahkan karena alasan kondisi kesehatan saya dan adik yang nyaris di rawat inap kerena DBD. Untuk masalah keluarga, saya tak punya toleransi lebih. Buat saya, urusan keluarga lebih penting dari pada dunia yang saya geluti sekarang, termasuk urusan janji!


Baiknya ia memaklumi kondisi tersebut. Pada saat yang berbeda, saya dan dia membuat kesepakatan untuk belajar online via YM tepat pukul 9 malam. Saya kembali menyanggupi. Tapi pada akhirnya, lebih 30 menit saya in line. Alasan saya masih hampir sama. Keluarga! Ya, family terdekat menghembuskan napas terakhir tepat pada hari saya janjian. Mungkin ia dongkol dengan sikap saya tapi ia berusaha menutupi. Dan, benar saja. Setelah saya merutuk diri atas kelalaian menepati janji, ia pun mengaku.

Pada saat yang sama saya juga merasa bersalah. Mengapa sebuah alasan keterbatasan dijadikan pembelaan. Padahal jika dirunut kebelakang, harusnya saya bisa belajar menghargai waktu dan tiap urusan. Setiap orang pasti punya keluarga atau urusan yang secepatnya harus ditangani dalam tenggat waktu yang disepakati. Tapi, sekecil apapun sebuah urusan dengan orang lain tetap harus dihargai kan ya. Jika menjadikan alasan sebagai sebuah pembelaan, bisa saja pada waktu yang lain, alasan pula yang menjadikan seseorang menyepelekan hal-hal yang seharusnya bisa selesai hari itu juga. Semua resiko harus ditanggung masing-masing selama disepakati bersama. Jika hal sekecil ini terus berlanjut, bukan tidak mungkin besok terulang kembali. Kebaikan bukan hanya dinilai dari apa yang ia berikan, bukan? Tapi juga menghargai ekspektasinya dan effortnya juga.

Well, after that, saya kena kultum! Saat ini, masih ada 1 PR darinya. Itu salah satu upaya untuk memperbaiki kembali seluruh keadaan. Walau tak terganti secara sempurna, minimal kepercayaan itu harus dikembalikan dengan segera. Sebenarnya malam ini saya adendakan membaca beberapa bacaan yang tertunda. Tapi mungkin dikesampingkan dulu. Ya, biarlah. Minimal, saya menghargainya melalui effort yang saya keluarkan.
More...

Hiu
Author: Ummul Khairi
•Friday, December 10, 2010



Sudah pukul 1 dini hari semenjak saya menekan tombol power di laptop. Tapi, sudah lebih dari 24 jam saya memikirkan satu nama, Linda. Hati saya tergerak melenyapkan ego untuk sekedar bertemu dengannya dalam waktu dekat. Enam desember lalu dia menyempatkan untuk mengirim pesan singkat, kira-kira seperti ini "Hiu tersayang, besok 1 Muharram. Jangan lupa baca doa awal tahun ya. Ada di Majmu' Syarif. Semoga Allah menjaga kita". Saya tidak heran lagi kenapa kami-saya dan dia-hanya mengirim pesan singkat semata. Saya tau kesibukannya melebihi kapasitas saya yang terbilang sok sibuk di kampus maupun di rumah. Sahabat yang menemani saya dalam kurun waktu hampir 6 tahun ini, kuliah pada dua universitas yang berbeda dalam tahun yang sama. Dua fakultas yang ia jalani pun masuk dalam grade tertinggi di universitas masing-masing. Ia seorang yang cerdas, fokus, mandiri, anak bungsu dan susah diam jika sudah tertawa :D

Saya sempat kaget ketika ia meminta kesediaan untuk menjadi hiu kecilnya. Saya tak mengerti, kenapa harus jadi hewan karnivor dulu untuk menjadi sahabatnya. Dan, ia pun berkisah. Seekor hiu ukuran besar sekalipun juga butuh semangat dan tenaga ekstra jika ditempatkan pada wadah yang sama dengan hiu berukuran kecil. Lha, kenapa bisa begitu? Jelas bisa begitu. Karena, jika seeokor hiu berukuran besar sendiri di wadah, ia akan diam saja, sebaliknya jika ada teman disampingnya, maka hiu berukuran besar punya semangat lebih untuk saling berkejaran dengan hiu berukuran kecil. Sama halanya seperti hiu, seorang manusia pun tak mampu hidup sendirian. Ia juga butuh semangat untuk hidupnya. Meskipun semangat terlihat kecil di mata orang lain, tapi di mata seorang sahabat mampu menjadikan hal tersebut sebagai sesuatu yang berharga karena seorang sahabat adalah seorang yang terpilih dari sebarang acak yang telah diberi Tuhan pada hidupnya. Filosofi yang sangat menarik!

Sudah cukup lama juga kami tidak bertemu walau hanya untuk sekedar berbagi telinga, tawa, aktifitas dan muraja'ah. Satu hal yang paling memotivasi saya ketika kami berkomunikasi, ia pasti menanyakan "Sudah berapa juz hafalannya?". Saya malu sekali jika harus mengaku, mengingat hafalan di kepala yang tidak bisa di kategorikan banyak. Saat bertemu pun, rindu yang memuncak itupun dihargai sebaik mungkin. Kualiatas waktu! Itu yang paling penting.

Saya menghargai waktunya sebagai kesatuan yang utuh. Artinya saya tidak mengobrak-abrik waktu yang telah ia tentukan untuk segudang agenda yang telah disusun rapi. Saya sangat yakin, Tuhan telah mengatur waktu yang paling tepat untuk seseorang bertemu dan berpisah. Proporsinya sesuai kadar tanpa ditambah maupun dikurang. Sahabat terbaik bukan saja mengingatkan sesuatu dari dekat tapi juga dari jauh. Bukan pula sebuah kuantitas dengan setia menanyai keberadaan dan kabar tiap waktu, tapi sebuah doa yang dirahasiakan. Rahasia karena hanya pendoa dan Tuhan lah yang tau dari tiap lembar kebaikan yang ia pinta untuk saudaranya sendiri. Wajar ketika mencintai saudara yang telah kita pilih berharap balik dicintai. Namun, hal yang mendasar bukan kembali mendapat cinta yang menjadi tujuan akhir. Tapi Tuhanlah yang kita tuju dan syurga menjadi bayaran termahal atas jiwa dan rasa. Jika berharap cinta lebih dari saudaramu sungguh tidak relevan dengan apa yang telah Tuhan berikan, pun tak akan sanggup manusia memberi sebanding dengan apa yang telah diberikanNya. Jika seseorang bertemu lalu berpisah, maka Tuhan telah bermain di dalamnya. Sebuah sifat natural yang tak perlu bantahan.

Sudah berulang kali kami mengagendakan jadwal bertemu, namun lagi-lagi ada yang harus di prioritaskan. Ah, sebenarnya memang skenarionya kami tidak dipertemukan dulu sebelum waktunya. Rindu? Jangan tanya. Saya melangitkan rindu padanya. Ingin sekali bertemunya sambil menyetor beberapa ayat baru. Semoga Tuhan mempertemukan pada saat yang paling tepat.

Sudah larut sekali. Saya butuh istirahat untuk menstabilkan kembali tubuh yang sempat drop lagi pasca keluar dari rumah sakit. Cukuplah "The Gift of A friend" nya Demi Lovato yang juga menjadi original sountracknya Tinker Bell; The Lost Treasure. Lagu ini menggambarkan betapa saya bahagia Tuhan anugrahi seorang sahabat terbaik dunia dan akhirat.
----------------------------
Sometimes You think You'll Be Fine by Yourself
Cause a Dream is a Wish You Make all alone
Its Easy to Feel Like You Dont Need Help
But Its Harder To Walk On Your Own

You'll Change
Inside
When You
Realize

The World Comes To Life
and Everything's bright
From Beginning To End
When You Have a Friend
By Your Side
That Helps You To Find
The Beauty you are
When You'll Open Your Heart and
Believe in
The Gift of a Friend
The Gift of a Friend

Someone Who knows When Your Lost and Your Scared
There through The Highs and The Lows
Someone toCount On
Someone Who Cares
Besides You Where Ever You Go

You'll Change Inside
When You
Realize

The World Comes To Life
and Everythings bright
From Beginning To End
When You Have a Friend
By Your Side
That Helps You To Find
The Beauty you are
When You'll Open Your Heart and
Believe in
The Gift of a Friend

And When your Hope Crashes Down
Shattering To The Ground
You , You Feel All Alone
When You Don't Know Which Way To Go
And There's No signs Leading You home
You're Not Alone

The World Comes To Life
and Everything's bright
From Beginning To End
When You Have a Friend
By Your Side
That Helps You To Find
The Beauty you are
When You'll Open Your Heart and
Believe In
When You Believe In
When you Believe
The Gift of A Friend

More...

Author: Ummul Khairi
•Sunday, December 05, 2010


Kami tiba di rumah pukul 00.30 waktu Banda Aceh. Setelah melawan kantuk dan kemacetan, kami ingin segera tiba di rumah untuk istirahat dan memanjatkan doa. Melepas penat dan, tentu saja bertemu kerabat. Mengabarkan berita bahagia bahwa mereka telah tiba.

Kepalaku tak berat juga tak bisa dikatakan ringan. Namun aku memilih untuk menatap langit kamar. Aku tak sendiri malam itu. Masih ditemani Dua Raut Wajah Tua. Belum jauh untuk kusebut kerabat. Namun mereka merayu malam agar melambatkan waktu. Aku ingin berbincang sebentar. Kupaksa kepalaku memutar beberapa waktu lalu. Aku berceloteh tak asal pada beberapa orang yang kutemui.

"Aku ingin menjadi anak rantau seperti kalian"

Mereka terbahak. Membiarkan pundi-pundi silam berseliweran pikiran ketidakmampuan. Membahasakan sebuah kemandirian dengan keterbatasan. Menerka dan menyimpulku dengan lirikan tak percaya. Biar. Aku diam saja. Mereka hanya tak melihat lebih dalam apa yang ingin kugali. Namun Tuhan telah lebih dulu bermain di Lauh Mahfuz. Tuhan menulis takdirku.

Bulan lalu, seperti dunia lain bergumpal-gumpal memenuhi otak. Tanpa permisi mengaduk tiap tatanan yang kubuat rapi. Mereka menanyaku,

"Kapan terakhir kau terlihat seperti ini? Rasanya hampir tak pernah kepalamu beku dengan hal remeh temeh seperti ini"

Lagi, aku tetap mengunci semua keadaan. Ingin sekali berpaling ulang dan mengatakan,

"Jika itu yang kaupikirkan, artinya kau tak mengenalku"

Namun urung. Semua masih tersimpan rapi. Tuhan memberiku ruang lebih untuk menjaga tatanan agar tak ada siapapun berani mengambilnya untuk dibicarakan pada dunia. Ruang itu berpenjaga ganda. Tiap tingkatan tak terbatas volumenya. Dan, aku kembali. Menyatukan lalu pada keadaan sekarang. Menumpukkannya pada sebuah nama, Tuan Elang Malam. Tisikannya selalu menembus jeruji. Tiap malam ia menunggu cerita. Walau terkadang kapas hitam kembali membelenggu.

"Tuan Elang Malam, kau memang bukan Tuhan tapi aku hanya ingin menyampaikan. Ruang yang Tuhan ciptakan juga tak akan kubagi seutuhnya. Namun, walau cahaya sekalipun mengaburkan, kau tetap sama. Lembut. Tuan, jika aku bercakap padamu, maka refleksikan sebuah rindu yang ingin kurasa pada dua orang yang paling kusayangi disana. Dan Tentang Sebuah Rindu, tak akan berlabuh pada hal yang salah. Cukup satu ruang ini yang mampu kubagi dan biarkanlah mereka tau. Agar celotehku lalu tak dianggap sepintas lalu. Dan, kau tau? Itulah yang kutunggu. Setelah angka 21 yang kubawa dan tak pernah sekalipun aku berjalan sendiri dengan jumlah tersebut.

Tuan, jika aku tercekat maka kepalaku tengah berputar hebat. Ia tak mampu menahan semua kisruh. Juga tak mampu membaginya pada sembarang acak. Sewaktu-waktu ia mampu meledak seperti molotov. Meletup tak terkira, mengganda, terkembang dan berurai. Ini arahku, sebuah kerinduan yang mengendap begitu lama hingga tak menyisakan sebuah ruang baru untuk dijejaki. Tuan Elang Malam, katakan pada mereka di Rumah Tuhan, aku menanti untuk sebuah pelukan dan hangatnya air mata."

Waktu sudah cukup jauh melambung. Ketika selesai berdoa tadi, kami berceloteh ringan hingga tanggal 2 bergeser 3 Desember. Dan, memutuskan untuk menyambung segalanya esok. Aku masih ingin bercakap pada malam. Tepatnya, Tuan Elang Malam. Namun, ia enggan dan hanya melebarkan senyum. Ia tau, bahwa ruangku sudah terisi penuh-penuh.

More...