Author: Ummul Khairi
•Wednesday, December 15, 2010

Diantara 2 yang sudah saya sebutkan pada postingan lalu, inilah PR terakhir dan sulit dijawab untuk orang sekelas saya. Sebuah pertanyaan esensial juga klasik dan rata-rata semua orang ingin mencapainya. "...by the way I still want to discuss about how to make network that we ever told before. Maybe you can tell me how to make relations/friendship/network with others especially foreign". Itu sepenggal email yang dikirim seorang teman 2 hari lalu. Ternyata ia masih ingat percakapan kami tempo hari tentang the way important network. Harusnya percakapan tidak berlanjut jika saya tidak mengirim artikel senior yang melanjutkan studi magister di Geelong, Melbourne. Niat saya mengirim artikel tersebut karena ia juga tengah belajar di Indonesia untuk melanjutkan studi magister disana.

Ia menyayangkan dirinya yang jarang sekali keep in touch dengan teman-teman atau profesor yang ia jumpai di Indonesia dan Jepang. Hm, maybe you just need a little begining. Bener lho! Walau kita punya deeply desire, tapi ketika tidak memulai, tentu komunikasi tidak akan terjalin. Tidak perlu jauh-jauh merefleksikan dulu ke foreigner, prinsipkan dulu dan memulai komunikasi dengan teman-teman lokal jauh lebih baik. Sama halnya seperti membangun sebuah pertemanan. Semuanya tidak terjadi begitu saja. Pun, tidak bisa dengan cara yang instan. Seperti kita butuh teman, pasti teman itu ada seperti adanya kita untuk teman itu. Prinsip saling mensinergikan satu sama lain yang paling dibutuhkan. Satu hal, jangan pernah menganggap teman itu seperti "obeng", ketika tidak dibutuhkan bisa dibuang. Sepantasnya ia dianggap "seseorang" diantara "banyak orang". Saya teringat jargon Fatih Billingual School, "semua murid kami bagai satu murid kami".


So, how about the foreigner? Seperti yang kita tau, hidup di Indonesia berbeda dengan hidup di Amerika, Ausie, Eropa dan Afrika. Jika orang tanya mengapa, saya hanya ingin meringkasnya, Tuhan yang menjadikan beda agar kita selalu belajar. Belajar arti toleransi, keterbukaan, menjadi minoritas, teknologi, kelaparan, survive juga keluar dari comfort zone.

Saya pernah sekali dilibatkan bekerja pada foreigner, pernah homestay dan belajar budaya mereka secara langsung juga keluarga saya pernah membuat agreement kerja sama selama setahun pasca tsunami menerjang Aceh. Berdasarkan sedikit pengalaman ini, saya bisa meng-ekstrak beberapa bagian. Dalam bekerja sama atau membuat perjanjian persetujuan sebuah kegiatan, pastikan terlebih dahulu, apa yang di dapatkan dari kerjasama itu. Ini bukan perkara untung rugi tapi merupakan awal dari pembagian tugas atau job description. Apa yang menjadi hak dan kewajiban harus jelas dan dibicarakan secara terbuka. Pastikan semua yang telah disepakati ada hitam di atas putih alias kesepakatan kerjasama di atas sebuah kertas. Jangan hanya karena kita mengenal baik negara tersebut dengan kedisiplinan atau penepatan janji, kita langsung percaya. Sekali lagi, aturan dan negara adalah sebuah tatanan sistem tapi yang merusak segalanya adalah orang-orang di dalamnya. Setiap orang kan beda-beda dan satu hal, tidak ada manusia yang dapat di percaya 100%. Hal-hal lain yang penting seperti akomodasi, logistik, transportasi juga beberapa hal dalam komunikasi akan berjalan dengan sendirinya. It just a time.

Membangun social networking atau relation, termasuk gampang-gampang susah. Saya sampai harus buka kamus oxford untuk menekankan makna dari keduanya. Dari beberapa makna, mungkin way in which two or more things are connected lah yang penting. Lalu? How to connected with them? Tidak ada kata lain selain komunikasi! Ketika akan berpisah dari seorang foreigner, jangan lupa minta email atau minimal social network account yang ia punya. Permulaan komunikasi, gunakan bahasa yang familiar namun tetap santun. Boleh juga diiringi joke tapi tetap hati-hati karena dinegara manapun sebuah joke pasti berbeda. Joke ini juga punya kelemahan, jika salah mengartikan maknanya, bisa jadi pertemanan yang selama ini terjalin baik akan putus tiba-tiba. Kadang jika berkomunikasi, kita sering menganggap teman kita membalas datar saja. Jangan salah mengartikan "kedatarannya". Banyak orang di negara luar berkomunikasi sesuai kadarnya, apa yang ditanya itulah yang akan dijawab. Mereka lebih banyak tidak basa-basi dari pada di Indonesia. Sesekali minta dikirim berbagai info atau kegiatan yang tengah hangat di sekitarnya atau di negaranya, bisa tentang beasiswa, hot issue, maupun kegiatan yang tengah ia lakukan. Tanpa diminta kita juga bisa melakukan hal serupa. Jadi, ketika memang pada saatnya kita "butuh" sesuatu, akses yang didapatkan juga lebih mulus.

Dikampus tempat saya belajar juga sering melibatkan mahasiswa untuk ikut serta dalam event-event nasional maupun internasional. Saya pernah 2 kali ikut dalam event conference international sebagai committe. Mungkin urusan softskill yang saya miliki adalah alasan nomor dua, tapi saya dan teman-teman dipilih karena network itu tadi. Saya sering berkomunikasi dengan salah seorang senior dan kemudian diajak untuk ikut bergabung dalam event tersebut. Ketika ada event serupa, saya kembali diajak karena bekerja dengan baik pada event sebelumnya. Nah, memberi yang terbaik juga berarti memberi harapan untuk dipercayai. Dipercayai karena mampu melakukan yang terbaik. Untuk selanjutnya, kepercayaan ini yang harus dijaga. Satu kepercayaan akan menghasilkan kepercayaan yang lain. Ah, sinergi sekali kan? Jika ingin melengkapi lebih lanjut secara teknisi, ada satu bacaan yang menarik disini.

Well, itu sedikit sekali dari yang saya tau berdasarkan pengalaman yang pernah saya jalani. Ukuran network dan relations bagi tiap orang juga beda-beda. Semoga bisa menjawab PR nya. Dan, di akhir email ia juga berkata "the campus is very nice, its has best facilities and the city,Melbourne, nice as well. Deakin is good as an education university in OZ. Hmm.. do you interest to go there, the campus near the sea and you can see sunset or sunrise :)". Dalam hati saya langsung menjawab "i do, i really do, as long as with you :D"

This entry was posted on Wednesday, December 15, 2010 and is filed under , . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

4 comments:

On December 15, 2010 at 10:27 AM , Republic of Entertainment said...

Wah, Denuzz gak pernah tuh kerja sama dengan orang luar, ketemu aja hanya sebatas Denuzz wisatawan lokal dan dia wisatawan manca, alias ketemunya di tempat wisata ... Hehe

Salam BURUNG HANTU... Cuit... Cuit... Cuit...

http://burunghantu.net/

 
On December 16, 2010 at 7:41 PM , Ummul Khairi said...

Eh, kalo ketemunya di tempat wisata gimana ya? Saya belum punya pengalaman ketemu orang luar di tempat wisata, kalau pun ketemu paling nanya alamat atau lokasi,hehe

 
On December 20, 2010 at 7:58 AM , Anonymous said...

Jam terbang menjadi penentu Mas

 
On December 20, 2010 at 11:09 PM , Ummul Khairi said...

Iya juga sih, jam terbang saya masih belum dikategorikan banyak. Eh, saya masih layak dipanggil mba-mba lho*haduh2