Author: Ummul Khairi
•Wednesday, December 22, 2010

Waktu itu Ayah pernah bilang, "Nama Ayi paling istimewa". Kelahiran juli 89 tepat hari sabtu. Aku diam. Apa istimewanya nama yang berhuruf depan "U", selalu mendapat giliran akhir ketika disebut di absen. Apa istimewanya jika dalam satu kelas ada dua nama hampir sama persis, hanya pengurangan huruf "I" pada ujung namanya. Melihat tak ada bantahan, Ayah melanjutkan, "Istimewa karena Ayah sendiri yang ngasih nama itu. Beda dengan Akin dan Ekal, ada campur tangan Kakek". Ia tersenyum penuh arti. Dan, hanya ia yang tau artinya.

*****

Hari ini tepat 2 bulan. Ingatan lalu kembali terbuka. Ada layar lebar yang membentang tak berjarak. Sebuah keputusan mendalam yang melibatkan seluruh kepala berpusat pada satu hal, tanggung jawab. "Kita punya banyak saudara di sekeliling, punya makanan dan simpanan yang cukup. Ayah dan Mama hanya memenuhi panggilanNya sebelum memenuhi panggilan yang sebenarnya. Sederhananya, menggenapkan rukun islam terakhir. Selama kami disana, jaga adik baik-baik ya Nak". Perkataan lelaki usia 54 itu parau. Wajah itu memaling. Menghilangkan jejak-jejak bening kaca di matanya. Tak mampu melihat wajah tundukku yang mengekori sudut matanya.

*****

"Selamat hari ibu ya, Yi" ucap tulus seorang teman. "Semoga menjadi ibu yang baik" lanjutnya. Ia berlalu dan hening. Seperti ada balok es menghantam cepat kepalaku. Rasanya pijakan tak lagi nyata. Atau kaki sudah tak bersama tubuh? Entah.

*****

Pecahan es kini sedikit mencair. Cairan beku tadi seperti melumpuhkan rasa. Rasa seperti menuntun ulang dimensi untuk menyusun kembali puzzle-puzzle ke tempatnya semula. Seperti Ayah mengeja sesuatu pada kata-katanya. Belasan tahun silam, pada sebuah kertas pucat, tergantung belasan harap untuk penghujung masa depan. Namun, belasan menit lalu seperti timbangan timpang yang berat sebelah. Timbangan atas seluruh pencapaian yang sama sekali tidak menundukkan apapun dibanding satu hal yang disebut Ayah istimewa. Sebuah nama kebaikan untuk dunia akhirat. Sebuah nama kebaikan untuk teman hidup kelak dan sebuah nama kebaikan untuk anak-anaknya. Ummul Khairi. Pengharapan besar Ayah untuk menjadi ibu atas segala kebaikan.

Dulu nama itu seperti tak berbekas. Malah aku ingin digantikan dengan lebih sesuai. Tapi, sepanjang hari lalu, aku mulai mengeja nama, sama seperti Ayah mengejanya. Bahkan ia menyusunnya menjadi sebuah harapan. Harapan akan kebaikan melalui sebuah nama. Ada dua hal yang paling kuinginkan selepas ini semua, melihat Tuhan Yang Mulia dan merefleksikan nama Ummul Khairi dengan sebenarnya. Sebenar Ayah mengartikan Ibu Yang Baik untuk namaku. Terima kasih, Ayah.

This entry was posted on Wednesday, December 22, 2010 and is filed under , . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

5 comments:

On December 23, 2010 at 4:48 PM , Anonymous said...

Saya seperti membaca sebuah buku (best seller internasional)nih,,, (jujur loh)

Saya doakan semoga harapan dan keinginan Ayi tercapai: "Melihat Tuhan yang mulia dan merefleksikan nama Ummul Khairi dengan sebenarnya".

Saya jadi merindukan seorang Ayah baca postingan ini... ah...

 
On December 24, 2010 at 2:04 PM , Anonymous said...

Semoga harapannya tercapai kelak sesuai dengan namanya :-) aminn..

 
On December 24, 2010 at 5:03 PM , Unknown said...

Nama yang bagus, pengharapan yang bagus. Semoga terkabul. Amiin.

 
On December 24, 2010 at 11:05 PM , Ummul Khairi said...

@B'Marthaandival: haduh abg ini, saya nulis fiksi aja keseusahan sekali. Terima kasih ya bang, sedang dalam mewujudkan juga ini :D

 
On December 24, 2010 at 11:09 PM , Ummul Khairi said...

@b'hadi dan Mba Rifkanida: Amin..apa yang digariskan Tuhan pasti berjalan dengan indah :)