Author: Ummul Khairi
•Sunday, May 08, 2011

Sahabatku, dengan juntaian kata-kata ini kukirim sebuah senja untukmu. Agar kamu tahu, bahwa seberat apapun dunia meminta abdiku, aku masih ingat kamu, sederhanamu dan jiwa besarmu. Hari ini, aku melihat lagi pantai yang indah, walau tak sampai senja, walau tak ada jeda, walau bukan di tempat yang paling tinggi, aku hanya ingin berkata, aku ingat kamu, selalu dan selamanya.

Hari ini, semua sesak pada malam lalu hilang, karena hari ini aku banyak belajar tentang kejujuran. Mungkin setiap hari banyak sekali kebohongan yang di butakan oleh hati, mungkin juga karena terlalu banyak sampah yang membusuk di relung ini, mungkin itulah mengapa sinarmu selalu tertutupi. Padahal aku hanya butuh mengerti dan mencoba paham tentang yang kurasa atau setidaknya aku jujur dengan apa yang kurasa.

Langit cukup mendung, tapi sejenak kemudian semuanya tersapu awan yang bersih, jernih tanpa ada penghalang serupa belenggu. Ku pikir, perlu sedikit berjalan melintasi pasir-pasir disana. Aku menolak untuk duduk tenang. Bahkan aku tak punya alasan untuk berleha-leha sejenak. Mereka para pujangga selalu berkata, setiap sebuah perjalanan melahirkan cinta dan kedekatan padaNya. Tak ada salahnya aku coba. Jika saja aku punya mesin waktu, aku pasti akan menghadirkan senja secepat kidung awan kelabu membaluti putih awan disebelah selatan sana. Tak ada burung bangau yang kusuka melintas di kepala. Tak ada matahari. Sudah pasti tak ada rembulan karena senja masih gegas melomba waktu. Hanya ada aku sendiri berjalan di antara pasir-pasir dan tawa mereka. Juga ada sedikit ombak yang dicumbu angin.

Sahabatku yang manis, sering aku berkata, aku sangat menyukai tempat-tempat tertinggi. Bahkan sudah terhitung dua kali kita kesana, ke rumah di atas bukit. Aku dan kamu sama-sama melihat senja dengan mata tak berkedip. Sungguh indah. Dan, kita masih saja tak mau beranjak dari dudukan komidi putar itu. Ah..sebenarnya aku yang enggan melangkahkan kaki. Rasanya aku ingin selamanya berada disana dan tak ingin kembali ke kota Banda yang penuh sesak. Kamu selalu saja memutarkan kemudinya lagi dan lagi. Aku seperti anak ingusan yang sering kita lihat menaiki ayunan. Aku tak peduli, sahabatku sayang. Aku hanya ingin kemudi itu kita berdua saja yang punya. Biar mereka tau, terkadang kita semua butuh untuk tidak menjadi dewasa sesekali. Ego-ego yang kita bawa seringkali meruntuhkan segala kebebasan. Dan, aku benar-benar bisa melepaskan segala ego hanya di depanmu saja.

Katanya kamu ingin menangkap angin untukku. Aku selalu tertawa. Mana mungkin bisa, sahabatku yang lucu. Angin tak punya kemudi seolah komidi putar yang kita naiki. Biarkan saja, biarkan ia terbang sekehendak hatinya. Karena angin tidak terkungkung. Walau aku suka suara angin dan gemericik air, tapi aku tak ingin mereka menjadi milikku, karena tanpa mereka dunia akan mati. Cukup aku menghabiskan waktu berdua saja denganmu ketika senja. Ya, berdua saja. Kau dan aku. Sewaktu bangau-bangau pulang ke utara, kau berjanji akan menemaniku melihat kota Banda dari puncak sana. Kau berjanji ingin memperlihatkan kota kita seperti lilin-lilin yang tunduk pada sendu. Aku melihatnya dengan mataku sendiri, betapa kota kita tak ada artinya. Segala kesombongan telah dipagar oleh sunyinya malam. Dan, kau ingin memberinya untukku lagi? Sudahlah sahabatku yang baik, aku hanya ingin senja saja. Tak lebih.

Aku masih disini sahabatku. Masih di pantai yang kucerita tadi. Masih dengan kidung awan yang menggelegar. Masih tanpa matahari. Masih belum muncul juga sinar rembulan yang tidak menusuk mata. Masih mengingat kamu yang sibuk menghadapi orang banyak. Harusnya hari ini pantai ramai. Ah..mungkin mereka takut tubuh-tubuh mereka terkena hujan dan jatuh sakit. Aku bahkan tidak peduli dengan tubuh lemahku yang tak kebal dingin. Biarkan saja. Karena ketika aku sudah tak lagi disini, tubuhku juga tidak akan bergerak selamanya. Mungkin aku perlu berjalan lebih jauh, agar suara-suara mereka tak menghalangi niatku untuk bermain pasir hari ini.

Sahabatku yang manis, sahabatku yang lucu dan menggemaskan, aku berjalan tanpa beralas tapak. Membenamkan sejenak kakiku kedalam pasir yang baru saja disapu ombak kecil. Ada beberapa terumbu yang terbawa air pasang. Juga ada bambu-bambu basah yang entah dari mana muasalnya. Aku ingin membuat sebuah istana dari pasir. Apalah arti kekokohannya. Karena sebentar lagi juga akan dimakan angin dan digerus air. Jika ada kamu disini, kamu pasti akan tertawa dan mengatakan aku seperti anak kecil. Lalu kamu akan membantu untuk membuatkan istana itu. Dan, kamu suka sekali mencandai ku sembari berkata, ini istana untuk sang putri, semoga putri hidup bahagia bersama pangeran. Sahabatku sayang, kau memang tau cara yang paling tepat untuk mengokohkan pikiranku yang kacau. Itulah mengapa aku tak peduli akan kekokohan istana pasir, karena aku tau kau selalu bersamaku untuk kembali menguatkan ketika aku lemah, ketika aku menangis, ketika aku butuh tau kenapa kau ada untukku.

Duhai, masihkah sibuk engakau disana? Masihkah aku boleh menghubungimu untuk sekedar menanya kabarmu hari ini? Sudahkah engkau makan siang tadi? Aku takut mengganggumu. Aku bahkan terlalu takut kehilanganmu. Sahabatku yang tak jengah mendengarkan, aku masih di sini. Duduk beralas pasir bersama istana pasirku. Aku ingin kamu disini. Jangan lupa selesai kamu memberi abdi pada dunia, kita akan bersama lagi. Walau sebentar saja, tapi tak apa. Aku bahagia.

Coba kamu lihat sahabatku sayang, awan sudah jernih. Tak ada lagi belenggu. Matahari juga sudah muncul. Hari ini sungguh istimewa. Meski aku tak bisa melihat senja dari sini, tapi nanti suatu hari ketika kita menginggalkan segala ego-ego yang menguap di kepala, kita akan melihat senja dari bukit tertinggi di kota kita. Ya kita, kau dan aku saja. Bersama arakan kapas putih di atas kepala, kukirim senja untukmu dari sudut hati yang paling rindu untuk bertemu denganmu lagi.

Banda Aceh, May 8th 2011. 00.10 am

This entry was posted on Sunday, May 08, 2011 and is filed under , , , . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

28 comments:

On May 8, 2011 at 1:20 AM , Fahrie Sadah said...

Siapakah 'mu' disini? ..^^

 
On May 8, 2011 at 1:59 AM , Opi said...

glek, gue nge-fly bacanya..

 
On May 8, 2011 at 2:11 AM , Anonymous said...

mari mengukir cerita baru....

 
On May 8, 2011 at 11:53 AM , Unknown said...

kakak, diah jadi kangen ama temen-temen diah :'(

 
On May 8, 2011 at 11:48 PM , Sam said...

wahai senja... seorang insan kembali bercerita padamu...ia titipkan salam pada dia yang entah di mana padamu.... sampaikanlah dengan keheninganmu... agar yang layu kembali merekah..:)

 
On May 9, 2011 at 12:07 AM , Anonymous said...

semoga sahabat bisa membaca isi hati di atas semua

 
On May 10, 2011 at 8:19 AM , Gaphe said...

memiliki sahabat yang bisa diandalkan tentu saja mencerahkan hari-hari. biarpun terkadang tidak selalu berada di sisi, setidaknya kita tahu bahwa mereka selalu ada mendukung kita.

jadi kangen sahabat juga

 
On May 10, 2011 at 6:56 PM , BLACKBOX said...

senja yg indah

 
On May 11, 2011 at 6:22 PM , Anonymous said...

Tiap hr senja datang. aku tak tahu yg mana titipanmu :)

 
On May 12, 2011 at 1:07 PM , Anonymous said...

Tulisan yang indah, yang membuat saya tersenyum..btw, saya juga penyuka senja. :)

 
On May 15, 2011 at 5:10 PM , auraman said...

senja memang indah untuk dilihat ^_^

 
On May 15, 2011 at 10:20 PM , Ummul Khairi said...

@fahrie: ah Fahrie, "mu" itu sahabat saya yang paling tulus^^

 
On May 15, 2011 at 10:34 PM , Ummul Khairi said...

@opi: jangan jadi candu ya, Opi :D

 
On May 15, 2011 at 10:35 PM , Ummul Khairi said...

@DimasAdy: Mari mas dimas, sekalian melukis senja^^

 
On May 15, 2011 at 10:37 PM , Ummul Khairi said...

@diah: kalo kangen, buatsatu tulisan khusus buat mereka dek, trus kasih tau ke mereka, bahwa diah sayang mereka :)

 
On May 15, 2011 at 10:38 PM , Ummul Khairi said...

@sam: sam, identik dengan hening ya^^

 
On May 15, 2011 at 10:45 PM , Ummul Khairi said...

@aulia: yup! sahabat saya sudah membaca tulisan ini dan dia terharu sekali :)

 
On May 15, 2011 at 11:04 PM , Ummul Khairi said...

@gaphe:ayo mas gaphe, posting juga satu tulisan khusus utk sahabatnya^^

 
On May 15, 2011 at 11:11 PM , Ummul Khairi said...

@blackbox: senja selalu indah mas..

 
On May 15, 2011 at 11:13 PM , Ummul Khairi said...

@ibnu: senja ini senja yang lain, senja yg diberi Tuhan untuk dititipkan ke dalam hati :)

 
On May 15, 2011 at 11:14 PM , Ummul Khairi said...

@auraman: benar sekali mas, saya pun tak bosan menikmatinya^^

 
On May 19, 2011 at 5:25 PM , W i e d e s i g n a r c h said...

dahsat,,,, kalimatnya anggun sekali... tertata dengan sangat syahdu...
aku menyukai tulisan anda

salam kenal...
salam bloof

 
On May 20, 2011 at 8:46 PM , Ummul Khairi said...

@Wiedesignarch: salam kenal juga mba^^

 
On May 21, 2011 at 12:47 AM , cus said...

jadi kangen temen2 jaman dulu .. btw, tulisanmu bagus deh. aku suka :)

 
On May 21, 2011 at 2:27 PM , I-one said...

wah,jadi ingat masa lalu ketika masih bersama sahabat

 
On May 23, 2011 at 8:32 PM , Ummul Khairi said...

@cho: saya juga suka englishmu. Mengalir. Apalagi foto-foto jepretanmu, Cho :)

 
On May 23, 2011 at 8:35 PM , Ummul Khairi said...

@i-one: hm, ah..saya kira sahabat itu bukan bagian dari masa lalu, karena sahabat selalu ada dan tidak akan pernah menjadi masa lalu^^

 
On May 25, 2011 at 2:20 AM , Ummul Khairi said...

@Zeph:*ah..komennya sudah masuk mas^^

pastinya mas zeph ini sering melihat senja di atas gunung atau di tempat-tempat tinggi lainnya. Menyenangkan sekali, bukan? :D