Author: Ummul Khairi
•Wednesday, August 17, 2011

Banyak orang-orang di luar sana yang berpikir dengan cara mereka sendiri. Mereka tidak mengikuti bagaimana orang lain bertingkah laku. Aturan dibuat sendiri tanpa ada paksaan untuk mengikuti sesuatu yang biasa orang-orang lihat. Mereka punya aturan membiasakan yang benar daripada membenarkan yang biasa. Berlari, bersikap, berbicara, menanyakan, menemukan jawaban, masuk, keluar, dan hidup dengan cara yang tak biasa. Kadang saat-saat seperti itu mereka dinilai ganjil dan seringkali cap aneh selalu dibawa-bawa. Apa pula yang aneh jika mereka menganggap hal itu adalah sesuatu yang orang lain tak punya, yang orang lain tak biasa melakukannya, tak biasa dipikirkan orang kebanyakan.

Orang-orang memang akan selalu menanyakan kenapa melakukan ini, kenapa berkata seperti itu, kenapa hanya diam saja tak melerai, kenapa harus ribut saat orang lain ingin diam, kenapa harus mati saat orang lain ingin merasakan sari pati hidup, kenapa banyak tanya saat belum habis membaca? Sudah lanjut saja dulu!

Ini tentang apa? Tentang sebuah pergolakan batin yang orang lain tak tahu. Hanya diri sendiri yang merasakan. Saat ketika merasakan benci yang teramat sangat pada sesuatu yang paling disayangi, saat kata-kata berontak tiba-tiba harus dibungkam agar tidak menjadi sampah yang berurai cacian, saat kita harus mengikuti orang lain tapi sebenarnya enggan dan saat ingin sekali menenggelamkan segala ego untuk berpindah pada sebuah tempat dengan sekali helaan nafas, berpindah pada sesuatu yang paling ingin kita tahu kenapa harus mulai untuk melangkah, saat ketetapan hati kembali di obrak-abrik waktu, waktu dan waktu.

Setelah lengkap semua gegabah, baru mengasingkan diri menjadi pribadi yang lain untuk -tentu saja- mengganti diri yang meledak-ledak dulu agar lebih tenang pada helaan nafas berikutnya. Kita perlu sebuah tempat, dimana segala muak telah ditelan bulat-bulat oleh kepala-kepala kita. Kita perlu sebuah tempat yang orang lain sama sekali tak pernah tau keberadaan kita hingga benar-benar bisa mengasingkan diri tanpa memusingkan semua ego yang lalu.

Kita perlu keluar dari hingar bingar caci maki agar langkah-langkah kecil tak lagi menjadi jarak. Kita perlu sebuah tempat, tempat untuk seorang diri saja yang miliki, tempat yang hanya diri saja berbuat sesuka hati. Titik.
More...

Author: Ummul Khairi
•Wednesday, August 17, 2011

Jika Tuhan menciptakan dunia ini bundar, maka manusia yang berjanji membawa dunia berada di genggamannya akan mencari himpunan titik-titik yang membentuk utuh sebuah lingkaran dalam hidupnya. Meski pada rentetan jarak terbentang bidang berupa-rupa, manusia tidak boleh menyerah. Manusia hanya boleh mencari untuk sebuah alasan, bukan mencari demi sebuah jawaban. Hingga sampailah ia pada titik pusat yang ia cari. Aku, kehilangan hampir sebagian besar titik yang kucari. Meski telah berputar satu putaran penuh. karena belenggu... More...

Author: Ummul Khairi
•Saturday, August 06, 2011

Pernah ada masa-masa dalam cinta kita
kita lekat bagai api dan kayu
bersama menyala, saling menghangatkan rasanya
hingga terlambat untuk menginsyafi bahwa
tak tersisa dari diri-diri selain debu dan abu

Pernah ada waktu-waktu dalam ukhuwah ini
kita terlalu akrab bagai awan dan hujan
merasa menghias langit, menyuburkan bumi,
dan melukis pelangi
namun tak sadar, hakikatnya kita saling meniadai

Di satu titik lalu sejenak kita berhenti, menyadari
mungkin hati kita telah terkecualikan dari ikatan di atas iman
bahkan saling nasehat pun tak lain bagai dua lilin
saling mencahayai, tapi masing-masing habis dimakan api

Kini saatnya kembali pada iman yang menerangi hati
pada amal shalih yang menjulang bercabang-cabang
pada akhlak yang manis,lembut dan wangi
hingga ukhuwah kita menggabungkan huruf-huruf menjadi kata
yang dengannya kebenaran terbaca dan bercahaya

-Salim A. Fillah, Dalam Dekapan Ukhuwah-

nb: Percayakah kalian bahwa dunia tidak linier? Aku percaya. Namun hingga detik ini aku tak mengerti kenapa dunia tidak pernah terbalik untuk setiap rangkaian persaudaraan yang telah digaris Tuhan dalam hidup. Kenapa kita harus bertemu maupun berpisah. Kenapa kita harus mendengar dan berbagi. Kenapa ada tangis juga rindu. Untuk semua sahabat yang telah diutus Tuhan dalam hidupku, dimanapun kalian berada, demi nama Allah, aku sayang kalian...
More...

Author: Ummul Khairi
•Tuesday, August 02, 2011


Aku binggung! Di depanmu, aku linglung. Kamu seperti sebuah lorong. Mau tak mau harus terdesak masuk dalam likunya. Diam. Dingin. Bisu. Aku dihadapkan dengan garis-garis semraut. Berkelok dan tak tau akhir lintasannya. Didepanku ada sebuah lintasan panjang yang menuju beberapa titik. Mencapai ujungnya harus bergegas dengan waktu. Sesekali berkelok sebentar untuk singgah di tempat yang tak semestinya. Kemudian lintasan semakin panjang, sedang aku harus mencapai titik terdekat. Jika belum bertemu titik perintang yang kucari, kakiku akan diam ditempat. Kemudian kembali lagi pada keadaan semula. Aku berjalan dua kali pada lintasan yang sama. Pada jarak acak yang kubuat sendiri. Sungguh! Sulit sekali berada pada satu lintasan yang sama denganmu. Mensejajarkan dengan inginmu. Egomu. Lucunya, meski mencari lintasan terdekat adalah hal absurd yang telah kulakukan, aku bahagia...



nb: Algoritma Dijkstra. Salah satu algoritma yang digunakan untuk mencari lintasan terpendek dari suatu graf. More...