Author: Ummul Khairi
•Thursday, November 24, 2011

Lelaki itu rapuh. Belum kuat untuk membangun diri. Hanya berpikir jiwanya paling buruk tanpa berusaha menjadi lebih baik. Dan, ia terpuruk pada keadaan yang ia cipta sendiri. Lalu, bagaimana bila nanti? Bila berbilang tahun sudah berganti. Semua jawaban harus diakumulasi.


Dan lalu, bagaimana bila nanti? Jika waktu jelma pasti. Pada suatu hari ia tak boleh lagi sendiri. Entah bagaimana ia kuat untuk berdua pada percepatan hidup, jika dan hanya jika ia adalah seorang lelaki rapuh.

This entry was posted on Thursday, November 24, 2011 and is filed under , , , , . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

0 comments: