Author: Ummul Khairi
•Monday, December 12, 2011

Malam ini saya excited. Karena baru saja menemukan "the matter" untuk proyek akhir. Dan, taukah? Saya menemukannya ketika menonton animasi kesukaan, Naruto. Beberapa bulan kebelakang saya sering melakukan banyak hal dalam waktu yang bersamaan. Hasilnya memang tidak sepadan ketika saya melakukan satu hal dengan fokus. Tapi entah kenapa, saya begitu takut membuang waktu, hingga tadi sore saya kembali menemukan "jiwa" itu. Jiwa yang kembali bersemangat untuk melakukan semuanya lagi. Melalui sitenya Marion yang saya dapat secara tidak sengaja, saya ingin sekali menulis ini. Tentang rasa terima kasih yang saya dapatkan selama ini. Tentu saja, Tuhan menempati posisi pertama. Thank's Allah.

Pada setiap senja yang terbenam dengan jingganya, juga awan, hujan, bintang-bintang dan semua goresan alam Allah yang tidak bisa saya sebut satu-persatu.

Teman-teman. Jika mereka tidak ada, saya mungkin tidak bisa "hidup" dengan bahagia.

Tugas Akhir saya. Walau begitu "kejam" terlihat, tapi saya banyak belajar untuk lebih disiplin.
Ayah, ayah dan ayah.
Dia.

Its kind of silly, my motorcycle.
Semua buku-buku yang minta dibaca ulang.

Saya rindu dedek, tapi syukur ada laptop Lab GIS yang sangat setia untuk tidak saya install antivirus sejak februari lalu. Ups!

Semua orang-orang dalam lingkaran hidup. Mereka benar-benar guru terbaik.

Oh my, i can't life without music!
Kalau dipikir-pikir, banyak sekali hal yang patut disyukuri. Dan, kenyataannya, kebahagiaan itu bukan seberapa besar yang kita dapatkan tapi seberapa berartinya kebahagiaan itu walau hanya hal-hal kecil sekalipun. Anyway, semoga "the matter" itu bisa saya develop lagi dan diterima. Amin.

More...

Author: Ummul Khairi
•Sunday, December 04, 2011

Meski galau ini sudah bertumpuk, meski sesak jika harus jujur menulisnya disini, aku bersyukur. Karena Tuhan selalu adil. Tuhan selalu punya cara terbaik untuk merespon setiap doa. Ada doa yang segera dikabulkan, ada yang ditunda, juga ada doa yang ditangguhkan di akhirat kelak. Jika saat ini doaku ditunda, artinya Tuhan punya rencana lain yang lebih baik dan aku butuhkan. Dimanapun aku berada, aku harus punya cara terbaik untuk terus berusaha, bertawakal juga berpikir positif. Jika nanti doa itu dikabulkan, aku akan tau dari pengalaman dan pembelajaran sebelumnya, bahwa apa yang aku harapkan harus tetap aku kejar. Aku tidak boleh menyerah pada keadaan karena apa yang kudapat adalah sebuah kepayahan. Tuhan mengajak aku berpikir rasional. Jika aku berusaha sekian, maka aku juga dapat sekian bagian. Sedikit atau banyak, baik-buruk, juga seberapa tulusnya niat akan menjadi tolak ukur.

Hidup ini tak ada yang pasti. Hari ini dimalam yang sama aku bisa melihat bintang gemintang. Nanti di tahun berikutnya pada waktu yang sama, belum tentu aku bisa melihat bintang lagi, meski aku berusaha dan berkeinginan kuat untuk melihatnya. Namun, hal ini juga tidak boleh membuat diri pesimis. Ujung-ujungnya kembali lagi pada dua konsep yang berbeda, mana keinginan, mana kebutuhan. Dua-duanya sama baik, tapi kebaikan menurut diri belum tentu baik menurut Tuhan. Lalu, bagaimana membuatnya seiring sejalan?

Memang tidak bisa dikatakan mudah. Tapi percayalah, pada akhirnya kita akan sadar bahwa apa yang Tuhan putuskan itu adalah sebuah kebutuhan yang nantinya berujung kebaikan. Beberapa hari lalu, aku kembali dipertemukan pada orang-orang utusan Allah. Sebenarnya jika kurunut dari semua persoalan hidup dan juga kebutuhan, Tuhan selalu memberiku jalan melalui berbagai orang. Bahkan pada waktu dan tempat yang tak disangka. Aku bersyukur mereka ada. Mereka adalah guru yang sangat berharga. Mungkin mereka atau siapapun di dunia ini tak akan sadar bahwa hal sekecil apapun akan menjadi kebaikan jika dijalani dengan tulus. Jika kita berprinsip suatu saat apa yang akan kita lakukan sekarang akan berdampak di masa yang akan datang, maka hasil itu akan kita alami sedikit demi sedikit dari sesuatu yang tak terduga.

Dunia ini berputar. Dan, tidak akan berhenti hingga hari akhir. Begitu juga hidup. Tidak selamanya bisa menyenangkan juga tidak akan selalu dirundung kesedihan. Hanya diri sendiri yang mengerti apa yang menjadi kebutuhan. Hanya diri sendiri yang mengerti seberapa besar kesulitan yang dihadapi. Aku yakin, suatu hari nanti, Allah akan mengabulkan setiap mimpi. Nanti. Pada waktu yang paling tepat dalam hidupku. More...

Author: Ummul Khairi
•Friday, December 02, 2011

Saya merasa aneh akhir-akhir ini. Hati mulai tidak tetap pada beberapa pilihan lalu. Seperti memutuskan dan diputuskan. Seperti ada yang hilang. Semua tersekat rapi hanya dalam tempurung kepala sendiri. Beberapa kali melihat orang-orang yang berhasil dengan caranya, seperti ada motivasi sendiri untuk bergerak. Semalaman suntuk berkutat pada hal-hal yang harus saya dapatkan. Namun beberapa menit kemudian semua hilang. Saya beralih dari 'kewajiban' itu. Lalu, keesokan harinya saya berdiskusi dengan orang lain, mendapat jawaban yang berbeda dengan target yang sama, saya kembali terkecoh untuk santai sejenak dari rutinitas dengan target terdekat. Sama halnya ketika saya membaca beberapa artikel di dunia maya, pikiran ini benar-benar tidak pada tempatnya. Kemudian berada di depan layar komputer untuk-seharusnya-bekerja demi 'kewajiban' itu tapi setelah beberapa saat saya sadar bahwa kehilangan konsentrasi membuat saya kehilangan fokus pada kewajiban-kewajiban menumpuk itu.

Seperti ada pribadi ganda yang mengkomandoi untuk lari dari semua dan merelaksasikan kepala, tapi di saat yang sama ada perintah untuk terus berkutat pada rutinitas. Saya bahkan benci jika harus mengibakan diri dengan mengatakan, "Jalani saja". Kenapa setiap manusia selalu punya alasan untuk berdalih pada hal-hal yang selalu merusak konsentrasinya? Kenapa manusia selalu harus punya tenaga ekstra untuk mengalah pada hal-hal yang merusak segala targetnya? Padahal nanti menyesal pula. More...