Rasa kehilangan itu tidak mudah digantikan dengan apapun. Karena semua rasa tidak akan pernah setara dengan rasa yang dulu dan pernah ada. Mereka timbul tenggelam. Kadang tak pernah kembali. Sama seperti malam lalu. Pasti tidak akan sama dengan malam kemarin. Saya rindu. Pada malam lalu, yang dihabiskan untuk sendiri saja. Menepi dengan waktu. Meregang dengan segala emosi. Melewati pukul 12 tengah malam hanya untuk sendiri saja. Saya rindu. Pada sosok saya yang dulu. Pada malam-malam yang tak diganggu. Malam yang hanya saya lah pemegang kuasa. Meretas pada selubung rindu untuk menuliskan sekelebat di kepala.
Malam kemarin, malam lalu, banyak dunia yang hilang. Adiksi sudah tidak bisa lagi muncul. Dunia yang dulu digenggam seperti hilang. Hilang sama sekali. Saya rindu. Rindu sekali pada malam-malam sendiri. Saya dan buku. Saya dan kata. Saya dan imaji. Saya dan diri sendiri.
Saya dan "Saya" yang hilang ditelan malam hanya untuk bercakap hingga pagi. Saya dan "Saya" yang hilang mendengar alun musik sendiri. Saya dan "Saya" yang hilang berjalan pada log bisu. Saya dan "Saya" ketika menangis untuk bait-bait Tuhan yang syahdu. Saya dan "Saya" seperti dua tubuh tak padu. Saya dan "Saya" yang berada di tengah-tengah rutinitas dunia.
Saya ingin menepi. Untuk menemukan kembali siapa "Saya". Dan, berlaku konsisten juga adil pada diri "Saya". Hanya untuk saya.
14 comments:
Subhanallah, saya benar-benar takjub dengan saya. Semalam saya menjadi pusat perhatian, hehe. Nyambung ga? Salam Bloofers :)
catatan yang bagus. mantap dan salut dengan genrenya. keep writing. ^_^
siip dah buat dirimu mbak ummi, semoga bisa menepi pada suatu konsistensi ^_^
jadi teringat satu buku, yang menuliskan tentang dualisme "aku" dan aku, tapi dengan konsep yang berbeda.
"saya" yang bingung akan jati diri seakan hilang tiba-tiba dari saya yang bahkan membuat "saya" kembali tersesat di saya :(
nice...terkadang kita kehilangan ka-aku-an diri...bahkan terkadang lebur dan bukan sekedar berbaur...^^
Menepi mencari 'saya' nya jangan ke jurang tepi laut terus loncat yaaa....susah nemunyaaa entar....hehehe...^^
@Qefy: salam ya mas buat si "saya", hehe
@edi: terima kasih mas edi :)
@aulia: haduh, panggil ayi saja bang aulia =_="
@armae: hmm..bahkan dalam kehidupan nyata pun juga seperti itu. Satu tubuh, dua kepribadian.
@diah: iya dek, kakak juga tersesat baca komen dia,hehe..peache ^_^v
@nick: eh nick, saya kok jadi teringat jargon "say no for khalwat but yes for ikhtilat" ya? :D
@sam: ya ampun sam, saya gak se-nekat itu kok :D