Ketika kita ingin semua berakhir dalam gerakan yang lambat.
Ketika kita ingin duduk sejenak menyantap manisan dalam waktu yang semakin cepat.
karena aku tak bisa menunggu lama, setelah kamis siang nanti.
More...
Lamaaa sekali tidak menulis di rumah ini. Saking lamanya 'aaa'-nya menjadi triple. Sebuah analogi betapa rumah ini jarang saya kunjungi. Hanya sesekali mampir untuk mengobati rindu. Bukan. Bukan karena saya sedang "mempoles" rumah baru atau menggandakan properti disana. Bukan itu. Tapi karena saya punya banyak kekurangan, salah satunya sulit mengatur waktu antara blogging dan skripsi. Jujur. Jika sudah menulis disini, ada segudang kerinduan yang ingin saya tulis, ada ide-ide yang ingin disuarakan, ada kritikan tajam yang ingin saya asah, juga sampah-sampah di kepala yang hampir menjadi sarang laba-laba. Jika dibandingkan waktu antara mengerjakan skripsi, blogging juga blogwalking maka skala perbandingannya 1:2. Sangat tidak efisien menghabiskan waktu kesenangan dibandingkan melakukan tugas yang kapasitasnya lebih urgent, seperti skripsi misalnya. Oleh karena itu, saya memilih untuk tidak berlama-lama menulis juga blogwalking. Bukan tidak ada waktu. Tapi waktu yang ada ingin dipergunakan dengan lebih bijaksana. Toh, nantinya jika selesai skripsi, saya bisa menulis sepuasnya. Dari pagi hingga petang, dari petang hingga pagi lagi. Alasan lainnya, saya takut kebablasan curhat yang tidak penting :p *lha ini curhat kan?
Ujung-ujungnya, sebagai pengobat kerinduan akan blogging, saya merealisasikan impian 10 Agustus lalu, untuk membuat blog khusus foto-foto. Saya tidak berbakat di bidang fotografi. Hanya saja-meminjam istilah teman- ingin melihat dunia dari sisi yang berbeda. Serunya punya blog khusus foto itu, salah satunya tidak perlu banyak berkata-kata. Karena satu gambar saja sudah menceritakan banyak hal. Hanya sesekali saya mengkaitkan beberapa situasi yang menurut kaca mata saya sepeti ini dan itu dengan perlakuan itu dan ini.
Pernah tidak, saya mengatakan kalau saya ini orang yang terstruktur? Mudahnya seperti ini. Jika ada formasi atau target yang telah disusun tapi tidak berjalan semestinya, saya gampang terpuruk. Seringkali hal ini mendominasi jika semangat saya meletup. Segala usaha sudah maksimal tapi eh ujung-ujungnya gagal. Ini juga salah satu kekurangan saya. Saya gampang sekali kecewa. Tapi sisi baiknya adalah, saya tidak mau berlarut-larut. Tidak baik untuk pikiran maupun hati. Oleh karena keterstrukturan tersebut saya lebih sering membuat agenda harian, mingguan, bulanan dan tahunan. Biasanya agenda atau target-target itu sudah tersusun dalam buku harian ataupun mading pribadi di kamar. Untuk apa? Agar saya selalu bisa mengingat kembali jika kemudian lupa. Beberapa target harian kadang saya Kicaukan di laman pribadi. Percaya atau tidak, karena sering dilihat dan dibaca, semuanya bisa terealisasi, dengan usaha tentunya. Dengan izin Allah pula, jika ingin sesuatu dan diucap, dibaca, dilihat secara berulang-ulang, secara tidak sadar semuanya terekam ke alam bawah sadar, dan InsyAllah pasti dikabulkan. Jadi kawans, keinginan saya yang paling besar tahun ini adalah lulus sarjana di bulan November 2012. Doa ini pula yang selalu saya pinta pada Allah di bulan Ramadhan lalu. InsyAllah, dengan usaha, doa dan tawakal, Allah merealisasikan doa-doa saya dan doa-doa kawan semua.
Jadi, tidak apa-apa ya, kalau rumah ini hanya saya kunjungi sesekali. Hanya untuk memastikan bahwa semua save and secure. Pintu, jendela, kran air, kompor gas tidak menyala, lampu selalu dimatikan juga gembok pagar selalu terkunci. Tapi, saya (sungguh) tidak bisa menahan diri jika punya referensi buku yang sangat bagus untuk ditulis ulang disini. Bagi saya tulisan berupa referensi buku-buku yang dibaca adalah sedekah. Jika ada kawans yang belum mampu beli buku tersebut lalu tanpa sengaja mampir dirumah ini, tidak ada salahnya saya menjamu dengan tulisan-tulisan yang berbobot. Walau saya bukan si pengarang buku, setidaknya rumah ini menjadi perpanjangan lisan dari intisari buku tersebut. Yaa, inilah sedikit amal jariyah yang bisa saya bagi.
Mulai kedepannya, mungkin skala menulis saya menjadi berkurang. Tapi InsyAllah, walau sedikit bermanfaat. Doakan doa-doa saya dikabulkan ya dan InsyAllah akan digandakan juga pahalanya untuk kawan-kawan.
Tetap semangat untuk berbuat kebaikan dan selalu hadirkan Allah dalam setiap gerakan :)
More...
Bukan kesulitan yang membuat kita takut, tapi ketakutan yang membuat kita sulit. Karena itu jangan pernah mencoba untuk menyerah dan jangan pernah menyerah untuk mencoba dalam amanah, keikhlasan dan kejujuran. Maka jangan katakan pada Allah aku punya masalah, tetapi katakan pada masalah AKU PUNYA ALLAH Yang Maha SegalanyaMore...
-Ali Bin Abi Thalib
Meski galau ini sudah bertumpuk, meski sesak jika harus jujur menulisnya disini, aku bersyukur. Karena Tuhan selalu adil. Tuhan selalu punya cara terbaik untuk merespon setiap doa. Ada doa yang segera dikabulkan, ada yang ditunda, juga ada doa yang ditangguhkan di akhirat kelak. Jika saat ini doaku ditunda, artinya Tuhan punya rencana lain yang lebih baik dan aku butuhkan. Dimanapun aku berada, aku harus punya cara terbaik untuk terus berusaha, bertawakal juga berpikir positif. Jika nanti doa itu dikabulkan, aku akan tau dari pengalaman dan pembelajaran sebelumnya, bahwa apa yang aku harapkan harus tetap aku kejar. Aku tidak boleh menyerah pada keadaan karena apa yang kudapat adalah sebuah kepayahan. Tuhan mengajak aku berpikir rasional. Jika aku berusaha sekian, maka aku juga dapat sekian bagian. Sedikit atau banyak, baik-buruk, juga seberapa tulusnya niat akan menjadi tolak ukur.Hidup ini tak ada yang pasti. Hari ini dimalam yang sama aku bisa melihat bintang gemintang. Nanti di tahun berikutnya pada waktu yang sama, belum tentu aku bisa melihat bintang lagi, meski aku berusaha dan berkeinginan kuat untuk melihatnya. Namun, hal ini juga tidak boleh membuat diri pesimis. Ujung-ujungnya kembali lagi pada dua konsep yang berbeda, mana keinginan, mana kebutuhan. Dua-duanya sama baik, tapi kebaikan menurut diri belum tentu baik menurut Tuhan. Lalu, bagaimana membuatnya seiring sejalan?
Memang tidak bisa dikatakan mudah. Tapi percayalah, pada akhirnya kita akan sadar bahwa apa yang Tuhan putuskan itu adalah sebuah kebutuhan yang nantinya berujung kebaikan. Beberapa hari lalu, aku kembali dipertemukan pada orang-orang utusan Allah. Sebenarnya jika kurunut dari semua persoalan hidup dan juga kebutuhan, Tuhan selalu memberiku jalan melalui berbagai orang. Bahkan pada waktu dan tempat yang tak disangka. Aku bersyukur mereka ada. Mereka adalah guru yang sangat berharga. Mungkin mereka atau siapapun di dunia ini tak akan sadar bahwa hal sekecil apapun akan menjadi kebaikan jika dijalani dengan tulus. Jika kita berprinsip suatu saat apa yang akan kita lakukan sekarang akan berdampak di masa yang akan datang, maka hasil itu akan kita alami sedikit demi sedikit dari sesuatu yang tak terduga.
Dunia ini berputar. Dan, tidak akan berhenti hingga hari akhir. Begitu juga hidup. Tidak selamanya bisa menyenangkan juga tidak akan selalu dirundung kesedihan. Hanya diri sendiri yang mengerti apa yang menjadi kebutuhan. Hanya diri sendiri yang mengerti seberapa besar kesulitan yang dihadapi. Aku yakin, suatu hari nanti, Allah akan mengabulkan setiap mimpi. Nanti. Pada waktu yang paling tepat dalam hidupku.
More...
Saya merasa aneh akhir-akhir ini. Hati mulai tidak tetap pada beberapa pilihan lalu. Seperti memutuskan dan diputuskan. Seperti ada yang hilang. Semua tersekat rapi hanya dalam tempurung kepala sendiri. Beberapa kali melihat orang-orang yang berhasil dengan caranya, seperti ada motivasi sendiri untuk bergerak. Semalaman suntuk berkutat pada hal-hal yang harus saya dapatkan. Namun beberapa menit kemudian semua hilang. Saya beralih dari 'kewajiban' itu. Lalu, keesokan harinya saya berdiskusi dengan orang lain, mendapat jawaban yang berbeda dengan target yang sama, saya kembali terkecoh untuk santai sejenak dari rutinitas dengan target terdekat. Sama halnya ketika saya membaca beberapa artikel di dunia maya, pikiran ini benar-benar tidak pada tempatnya. Kemudian berada di depan layar komputer untuk-seharusnya-bekerja demi 'kewajiban' itu tapi setelah beberapa saat saya sadar bahwa kehilangan konsentrasi membuat saya kehilangan fokus pada kewajiban-kewajiban menumpuk itu.
Seperti ada pribadi ganda yang mengkomandoi untuk lari dari semua dan merelaksasikan kepala, tapi di saat yang sama ada perintah untuk terus berkutat pada rutinitas. Saya bahkan benci jika harus mengibakan diri dengan mengatakan, "Jalani saja". Kenapa setiap manusia selalu punya alasan untuk berdalih pada hal-hal yang selalu merusak konsentrasinya? Kenapa manusia selalu harus punya tenaga ekstra untuk mengalah pada hal-hal yang merusak segala targetnya? Padahal nanti menyesal pula.
More...
Orang-orang di sekitar kita pasti bertanya kapan dan mengapa.
"Kapan kamu masuk sekolah?", "Kapan kamu kuliah?", "Kapan kamu selesai skripsinya?", "Kapan kamu nikah?", "Kapan kamu kerja?", "Kapan kamu punya anak?", kapan si kakak punya adik? atau
"Kok lama banget sih ngerjain skripsinya? main aja ya kerjanya?"
semua pertanyaan-pertanyaan itu tidak akan pernah ada akhirnya. Huff...
Sah-sah saja sih. Mungkin pengalaman belum mengajarkan mereka bahwa kadang ada pertanyaan-pertanyaan yang tidak perlu ditanyakan. Seperti perihal di atas itu. Ah, jujur saja, saya mulai terganggu. Mungkin itu salah satu sebabnya saya membuat sekat-sekat yang tidak perlu di lalui semua orang dalam hidup saya. Cukup saya saja yang tau dan biarkan waktu yang memulihkan segalanya. Bukan bermaksud untuk menghindar, tapi hanya perlu privacy agar perbandingan jarak yang boleh di lalui orang-orang mampu saya kontrol dengan baik. Semoga tidak menjadi ke-ambiguan.
Saat ini, tepatnya semester akhir ini, di saat yang sama saya mengambil mata kuliah, tugas akhir, mengajar 2 kelas mahasiswa dan membimbing adik-adik kelas untuk memperlanjar bacaan iqranya, adalah waktu yang paling urgent untuk saya lalui dengan agenda yang bermanfaat. Sering kali jika saya mengerjakan tugas kuliah dari dosen, saya berpikir hal tersebut juga sia-sia. Atau ketika saya mempersiapkan bahan ajar untuk MEC (Mathematics English Club), saya juga seperti menganggap sebagai wasting time. Alasannya hanya satu, saya selalu membandingkan dengan capaian tugas akhir yang masih berjalan lebih lambat dari pada semua agenda yang lain. Benarlah memang, tugas akhir itu seperti weker yang siap-siap berdering, sedang kegiatan lainnya adalah saat-saat jeda waktu antara weker yang berdering itu. Sebenarnya bukan saya ingin melambatkan atau tidak melakukan apapun untuk setidaknya seminar proposal. Saya hanya belum menemukan benang merah sesuai keinginan. Saya belum menemukan titik ledak dalam pengerjaannya. Sedang untuk masalah data-data yang tersedia masih sangat umum sekali. Tidak ada yang spesifik untuk dapat dijadikan batasan masalah. Saya lebih suka benang merah tersebut bisa menjadi bahan analisa. Dengan membuat A maka saya bisa menemukan B. Dan lagi, untuk sebuah tantangan saya tidak ingin diburu waktu. Sungguh. Adopsi dan penjiplakan kata-kata bahkan analisa deskriptif semata jelas bukan saya.Sedih sekali rasanya. Saya belum menemukan teman diskusi yang sesuai. Pembimbing utama pun seperti tidak mau ambil pusing soal ini. Mottonya seolah-olah seperti "Yang penting beres". Oh Tuhan, saya paling tidak bisa menyelesaikan suatu perkara hanya bermodalkan kemudahan tanpa jerih payah. Saya lebih suka diberi tugas berat dengan hasil maksimal dan bermanfaat daripada tugas ringan yang tidak perlu ambil pusing dan langsung lulus sebagai sarjana!
Kata seorang teman, setelah saya mengemukakan apa keinginan saya terhadap skripsi ini, saya terlalu banyak mengeluh. Asthgfirullah...jangan-jangan memang benar. Hanya karena ketidakfokusan menjadikan faktor-faktor yang mudah terlihat rumit. Dan, katanya lagi, saya belum tau apa yang sebenarnya saya mau. Jadi makin sedih setelah percakapan dalam log maya itu.
Saya takut sekali semua yang ingin dicapai tidak sesuai dengan target. Lebih-lebih jika orang-orang yang paling dekat dengan saya menanyakan hal serupa. Kadang saya tidak bisa membedakan yang mana menyudutkan, yang mana motivasi. Seolah keduanya terlihat seperti dua sisi. Saya senang ada yang memperhatikan, sekaligus takut tidak bisa seperti yang dulu pernah ditargetkan. Ah, terlihat sekali sejauh apa kegalauan saya saat ini, bukan?
Saya hanya butuh ide segar. Hanya hal itu. Saya juga butuh teman diskusi yang baik, bisa mensupport dan tidak menjatuhkan, serta bacaan-bacaan aktual yang mampu mencerahkan. Ada satu quote yang saya suka dari Mary Kay Ash,
"For every failure, there's an alternative course of action. You just have to find it. When you come to a roadblock, take a detour"