Salam..
Tempo hari saya berjalan di sebuah jalan yang cukup lebar. Tidak terlalu banyak kendaraan yang lewat, meski cukup bising. Mata saya tertuju pada sebuah rumah sederhana. Tamannya begitu luas, hingga saya bisa melihat matahari tenggelam kesukaan saya. Disana, semua rumput segar yang berwarna hijau tidak mengganggu jalan setapak menuju taman yang diberi nama 'Rumah Tinggal Selamanya'.
Pikiran saya kembali terbentang pada 3 tahun silam. Ketika saya memutuskan untuk tinggal disini lebih lama. Ternyata waktu begitu cepat berganti hingga 3 tahun itu punya banyak sekali kenangan yang sangat sulit dilupakan. Disini, saya begitu banyak mendapatkan cinta dan rasa. Banyak yang menemani. Banyak yang mengisi. Banyak yang datang. Begitu banyak pula yang pergi. Termasuk saya. Saya memutuskan untuk tidak tinggal disini lebih lama. Apakah terlihat begitu gegabah? mungkin iya jika hanya 'dilihat' tapi rasa tidak seperti yang 'dilihat', karena rasa menggunakan hati untuk 'melihat'.
Saya akan pulang kerumah baru. Untuk selamanya. Sebuah tempat hidup penuh kebahagiaan bersama orang-orang yang saya cintai, selamanya :)
-Dalam derasnya hujan diluar sana-
Ketika kita ingin semua berakhir dalam gerakan yang lambat.
Ketika kita ingin duduk sejenak menyantap manisan dalam waktu yang semakin cepat.
karena aku tak bisa menunggu lama, setelah kamis siang nanti.
More...
Ibadah; Jalan Rezeki Utama, Bekerja Dengan Allah, Bekerja Untuk Allah
1. Memperluas Jalan Usaha, Memperbesar Hasil Usaha
Semula banyak orang berpikir bahwa hasil usaha adalah seukuran kerja, seukuran usaha, seukuran proyek, seukuran dagangan atau seukuran modalnya. Begitulah selama ini pikiran kita bekerja. Tidak pernah terpikirkan atau jarang terpikirkan bahwa hasil usaha bisa DIPERBESAR lewat jalan ibadah, dan jalan usaha bisa DIPERLUAS lewat jalan ibadah.
Ya, banyak diantara kita yang tidak berani berpikir bahwa jalan ibadah bisa menambah dan memperluas rezeki. Mungkin hanya sebatas yakin saja tapi jika jalan ibadah bisa menjadi sebuah metode, menjadi sebuah solusi yang "dikertaskan", tidak sedikit yang kurang berani.
2. Ikhlas, doa dan harapan memberi spirit dalam beribadah
Ada yang mengatakan, tidak boleh ibadah karena dunia-Nya, harus karena wajah-Nya semata. Ibadah itu harus ikhlas. Tidak boleh mengharap apa-apa. Padahal, orang-orang yang mencari dunia milik Allah lewat jalan ibadah pun tidak mesti juga serta merta dikatakan tidak ikhlas. Bagaimana kalau mereka secara cerdas, "memisahkan" antara keikhlasan dan doa? "memisahkan" antara keikhlasan dengan harapan? Artinya ketika mereka menjalankan, mereka tahu dengan ilmunya, bahwa dengan beribadah, dunia akan Allah dekatkan, tapi pada saat yang sama, mereka beribadah sepenuh hati kepada Allah. Bahwa ia menempuh jalan ibadah, sebab karena Allah dan Rasul-Nya memberi petunjuk demikian.
"Dan orang yang disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak akan memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan" (QS. Ath-Thalaq: 7)
Salahkan kita? Apakah kita disebut tidak ikhlas hanya karena beribadah karena berharap akan kebenaran janji-Nya? Salahkah kita bila percaya pada "omongan"-Nya? Sama "iming-iming"-Nya? Salahkan juga kalau kita kemudian bersedekah karena ingin diberikan kemudahan atau karena kita ingin segala kesulitan dihapuskan-Nya? Sedang inilah Firman-Nya. Tega betul jika disebut tidak ikhlas.
Matematika Dasar Sedekah
1. Kehebatan sedekah
Sedekah bisa mendatangkan ampunan Allah, menghapus dosa, dan menutup kesalahan dan keburukan. Sedekah bisa mendatangkan ridha Allah juga kasih sayang serta bantuan Allah. Tapi kepada siapa Allah berikan semua ini? Kepada siapa yang mau bersedekah, kepada yang mau membantu orang lain, dan kepada yang mau peduli serta berbagi.
"Dan Allah senantiasa memberi pertolongan kepada hamba-Nya selama ia menolong saudaranya" (HR. Muslim)
2.Matematika Dasar Sedekah
Apa yang kita lihat dari matematika dibawah ini?
10-1=19
Pertambahan ya? Bukan pengurangan? Kenapa matematikanya begitu? Matematika pengurangan dari mana?
Kok ketika dikurangi hasilnya malah lebih besar?
Kenapa bukan 10-1=9?
Ini kiranya matematika sedekah. Dimana ketika kita memberi dari apa yang kita punya, Allah justru akan mengembalikan lebih banyak lagi. Matematika sedekah diatas adalah matematika sederhana yang diambil dari Surat Al-An'am ayat 160 ketika Allah menjanjikan balasan 10 kali lipat bagi mereka yang mau berbuat baik.
Tentang matematika sedekah ini lebih lengkap bisa dilihat disini. Lho katanya kita harus mengeluarkan hak orang lain 2,5 %? Sedekah kita yang 2,5 % itu sebenarnya tetap akan mencukupi kebutuhan-kebutuhan kita di dunia ini maupun kebutuhan yang lebih hebat lagi di akhirat kalau kita bagus dalam amaliyah lain selain sedekah. Misalnya bagus dalam mengerjakan shalat. Shalat dilakukan selalu berjamaah. Shalat selalu dilakukan dengan menambah sunnah-sunnahnya; qabliyah, ba'diyah, hajat, dhuha, tahajud. Bagus juga dalam hubungan dengan orang tua, dengan keluarga, dengan tetangga, dengan kawan sekerja, kawan usaha. Hanya sayangnya, kita-kita ini justru orang yang sedikit beramal dan banyak maksiatnya. Maka jadilah kita orang-orang yang merugi.
an Introduction to The Miracle of Giving
1. Karena ilmu dan keyakinan
Ada seseorang yang butuh kejadian sesuatu, yang kemudian mengantarkannya kepada Allah. Ada juga yang cukup dengan ilmu dan keyakinan yang mendorongnya beribadah, tunduk dan patuh kepada Allah. Dua-duanya istimewa. Yang salah adalah yang tidak bergeming, tidak beribadah; baik dengan ilmunya, maupun pengalamannya. Jadi jika punya hajat, punya keinginan perbanyak ibadahnya seperti shalat dhuha, tahajud, sedekah, doa dan dibarengi ikhtiar. InsyAllah pertolongan Allah pasti datang lewat jalan mana saja dan siapa saja.
2. Karena kejadian dan pengalaman
Ada yang melakukan ibadah karena ilmu dan keyakinan, dan ada yang melakukannya karena pengalaman. Seperti kisah seorang bapak yang kehilangan seorang anak. Anaknya bisa dikatakan sensor motorik dan sensor otaknya kurang sempurna yang membuatnya berbeda dari anak lain. Ayah si anak sangat sedih, bingung, gundah dan khawatir dan ia mengadukan semuanya pada Allah lewat munajatnya di tengah malam. Alhamdulillah karena hal ini si Ayah jadi rajin tahajudnya. Ada yang mengatakan, ya begitu lagi punya masalah rajin banget sujudnya, begitu sudah lepas, lepas juga ibadahnya. Sedangkan bagi saya, barangkali seperti itulah cara Allah mengajarkan dan mengingatkan hamba-Nya. Kita harus yakin, bahwa meminta dengan jalan ibadah, itulah cara terbaik, sesuai petunjuk-Nya. Apabila kita lupa ibadah, atau sekedar meyurutkannya, maka siklus kesusahan akan berulang juga kejadiannya. Nah, capek kan? Masa untuk bisa mengingat Allah harus terus-menerus lewat pintu kesusahan? Akan lebih baik lagi bila kita mau berkenan ibadah karena syukurnya kita kepada Allah. Tentang anaknya si Ayah tersebut, melalui doa-doanya, akhirnya si anak ketemu dan Subahanallah dengan kuasa-Nya, bertambah baik motoriknya, fisiknya dan bolehlah bila ia disebut sebagai anak normal.
3. Ibadah karena kebiasaan
Ada yang bukan karena ilmu, atau karena sebuah peristiwa ia beribadah. Tapi karena kebiasaan. Ada seorang nenek yang dari kecil diajarkan orang tuanya untuk selalu tahajud. Kalau biasanya kita sering nanya "Ada enggak obat yang bikin kita enak tidur, bisa tidur nyenyak?" Nah kalau si nenek sebaliknya, "Ada enggak obat yang bikin susah tidur?" Si nenek suka sebel, menurutnya lebih baik tidak tidur dari pada tidak tahajud. Subahanallah. Kebiasaan bisa dibiasakan. Asal punya kemauan, punya niat, dan sungguh-sungguh memulai kebiasaan yang mau dibiasakan. Kebiasaan akan menjadi karakter. Maka hati-hatilah dengan kebiasaan buruk.
4. Bukan karena meminta, tapi karena syukur
Ada yang melakukan ibadah sebab syukurnya dia sama Allah, Tuhannya. Seperti cerita seorang ibu yang rajin bangun malam karena anaknya lulus SMU dan masuk perguruan tinggi yang diidam-idamkan anaknya, di jurusan yang juga diinginkan anaknya. Dia bangun malam karena bersyukur. Lain lagi dengan kisah seorang istri yang rajin dhuhanya, sebab dia sadar dhuha ini yang mengantarkan suaminya jadi bekerja di perusahaan yang bagus, dengan karir dan punya peluang yang bagus. Dia dhuha lantaran syukurnya.
5. Tidak selalu dibayar dengan uang
Sedekah bisa mengantarkan seseorang agar hajatnya dipenuhi oleh Allah, seperti keinginan naik haji, dapat jodoh, menyelamatkan perusahaan, naik karier, mendapat kekayaan, bayar utang, punya anak, persoalan penyakit, modal usaha, persoalan keluarga, bisnis, dagang, pendidikan, persoalan suami-istri, anak-cucu-mantu, anak autis, punya rumah, mobil, memberangkat orang tua ke haji, dll. Sedekah uang tidak selalu dibalas dengan uang. Sebagaimana sedekah, yang tidak harus melulu berbentuk uang. Kenapa kenyataannya tidak selalu demikian? Memang seperti itulah, tapi kadang bukan berbentuk uang tunai, melainkan yang senilai dengan uang tunai tersebut. Sebut saja: penyakit atau kehadiran kesehatan bagi badan kita, umur, bala, kesempatan hidup yang lebih baik, anak yang sehat atau kehadiran anak itu sendiri, sehatnya keluarga, selamatnya diri dan keluarga, karier yang lebih baik, status sosial yang lebih baik, dll. InsyAllah, Allah akan betul-betul membayar tunai segala kebaikan kita. Sebab itulah memang janji-Nya. Baik sangka kepada Allah adalah sebagian dari iman.
Sedekah yang dilengkapi dengan amalan lain, maka kemuliaan dan keberkahan si pelakunya akan melesat tinggi dengan cepat. Apabila sedekah kita kurang, amalan yang lainnya juga kurang, apalagi ditambah dengan sederet dosa dan keburukan yang kita lakukan, akan semakin jauhlah kita dari kebercukupan. Sebaliknya, bila kita melengkapi amaliyah keseharian kita dengan banyak hiasan kebaikan yang terdiri dari amalan-amalan sunnah, maka InsyAllah hidup kita akan tercukupi. Misal kita punya hajat besar terus sedekah seadanya aja. Allah memang mencukupkan kebutuhannya tapi masih terasa kurang. Itu terjadi karena sedekahnya memang "tidak sebanding" dengan hajatnya. Istilahnya sedekahnya belum nyampe ukuran seharusnya.
6. Rahasia dibalik kisah; jadi metode, jalan cepat, jalan mudah
Peraturan rumus/metode:
- Siapa yang memberi 1 akan dibalas 10, atau bila Allah berkehendak maka Allah akan membalas hingga 700 kali lipat atau tak terhingga.
- Balasannya dari Allah bisa jadi yang senilai atau setara, tidak harus selalu uang.
- Kalau Allah bayar tunda perbuatan baik seseorang, maka bayaran atau balasannya itu akan semakin besar. Ini berlaku untuk perbuatan baik maupun perbuatan buruk.
- Manusia bisa lupa, tapi Allah Yang Maha Mencatat tidak akan pernah lupa perbuatan seseorang. Besar kecilnya tetap akan Allah balas, tetap Allah akan hargai. Tentang kapan balasan, tergantung kehendak Allah.
- Berbuat baik terhadap anak yatim dan tak mampu, balasannya lebih istimewa ketimbang berbuat baik kepada anak yang orang tuanya lengkap dan mampu.
Kadang kita manusia, karena kurangnya ilmu, ketika jalan sudah dibukakan Allah, malah Allah lebih sering ditinggal. Atau kalaupun tidak ditinggal, maka terhadap Allah kita sering juga mengurangi jatah perhatian dan waktu untuk-Nya. Meniti jalan-jalan yang bisa mendekatkan diri kepada Allah, itulah jalan-jalan ikhtiar yang terbaik. Apalagi kalau kemudian bisa lurus dan istiqamah. Dunia akan dibukakan Allah buat mereka yang mengabdi kepada Allah. Sebab dunia adalah milik-Nya. Dan Dia akan menguasakan lagi kepada siapa yang Dia kehendaki. Wallahualam.
More...
Seseorang bernama baik pernah berkata, jika kamu memeluknya, mengecup keningnya, pernahkah ia tau bahwa kau melakukannya karena cinta? Aku berkata, tidak pernah. Karena ia akan mengerti. Karena waktu akan mengubah perlakuanku menjadi bahasa yang akan ia mengerti dengan sendirinya. Lalu kau berkata, kau salah. Cinta adalah sikap dan bahasa. Jika mereka dipisahkan, bak menceraikan awan dan angin. Mereka saling melengkapi. Saling berpegangan untuk menurunkan hujan ke bumi dan menaburkan cinta bagi anak manusia, tumbuhan maupun ternak. Cinta tidak bekerja sendiri. Cinta adalah kesatuan tertinggi yang harus diperjuangkan. Itulah mengapa Tuhan punya Ar-Rahim, sebuah cinta yang dibahasakan. More...
Isinya banyak. Lengkap. Tentunya seputar Twit yang sudah pernah ada di lamannya Asma Nadia. Buku itu mencakup Twit tentang jilbab, busana muslimah, keimanan, cinta, pernikahan, poligami, kepenulisan, parenting, olahraga, diet, traveler, motivasi, kepedulian sosial, dll. Salah satu Twitnya dari buku Sakinah Bersamamu yang paling saya suka adalah:
Jika kau tanya kenapa aku memilihmu...itu karena Allah memberiku cinta yang ditujukan kepadamuseketika air mata saya tumpah. Teringat kejadian sehari yang lalu.
Bagian yang paling saya suka dari buku ini adalah Parenting. Jika saja seluruh orang tua atau calon orang tua punya bekal parenting yang baik, InsyAllah generasi kedepannya juga ikut baik. Karena satu unit terkecil dalam hidup itu dimulai dari keluarga, ayah dan ibunya. Banyak pasangan muda yang blank dengan konsep parenting, sehingga pendidikan anak jadi trial dan error. Lalu kenapa konsep parenting itu penting? Hingga setiap orang tua atau calon orang tua harus ikut seminar atau trainingnya? Mungkin konsep parenting ini dikenalkan pada saat sekarang. Pada saat zaman sudah canggih. Dulunya, orang tua dari orang tua kita hanya berbekal cara mendidik anak dengan konsep yang diterapkan orang tua mereka juga. Sehingga konsep itulah yang terbawa hingga hari ini. Tidak peduli benar atau salah karena seperti itulah yang diajarkan turun temurun. Syukur kalau apa yang diajarkan itu benar, nah kalau salah? Atau konsep turun temurun itu sudah berbeda dengan zaman sekarang? Itulah mengapa-bagi saya- Parenting itu perlu dan menjadi kebutuhan. Dalam buku tersebut ditulis seperti ini,
Anak-anak punya memori kuat atas apa yang mereka dengar, karena itu jaga komentar kita didepan mereka. Pada masa pertumbuhan awal, orang tua adalah sumber kebenaran bagi anak-anak, baik atau buruk yang kita sampaikan, bagi mereka adalah kebenaran. Apa yang dianggap cantik atau buruk, apa yang dipercaya, benar atau salah, apa yang dianggap memalukan atau membanggakan, semua tergantung ucapan kita di masa pertumbuhannya. Ucapan kita adalah nilai yang ditanamkan pada anak-anak. Jika hal buruk yang kita ucapkan sudah melekat sebagai kebenaran bagi anak-anak, maka akan lebih sulit untuk melupakannya. Mendidik anak bukanlah pekerjaan mudah, namun mendidik anak itu adalah ibadah.
Konsep Parenting (Dalam Buku Rumah Tanpa Jendela):
1. Tugas orang tua membangun impian anak
Terutama ibu, tugas seorang ibu adalah mengajak anak berani memahat mimpi dan memperjuangkannya. Sebagai orang tua harusnya bisa berkaca dan bermuhasabah, bagaimana kita telah mengukir ingatan anak-anak tentang orang tuanya?
2. Menyiapkan anak kalau saja usia orang tua singkat
Impian anak tak harus mati, ketika ayah bunda tak bisa jadi tempat bersandar lagi. Hidup merupakan rangkaian tragedi. Tapi tragedi tak boleh menghentikan mimpi.
3. Menghargai kebersamaan ketika semua masih hidup
Bagaimana seharusnya orang tua ataupun anak memaknai setiap kebersamaan. Bahkan terkadang anak-anak tidak pernah tau apa arti saudara kandung baginya. Kadang kita baru merasa seseorang berharga ketika kehilangan mereka.
4. Bersyukur diberi amanah memiliki anak
Anak adalah anugerah. Terimalah dengan sempurna seorang anak betapapun fisik mereka tak sempurna .
Bahkan ada beberapa kalimat yang tidak pantas diucapkan pada seorang anak, seperti:
"kok temenmu bisa, kamu gak bisa sih? makanya jangan malas, belajar dong!" (mending evaluasi cara belajarnya daripada nuduh!).
"Kalau bandel bunda turunin kamu disini ya!" (padahal gak mungkin diturunin, jadi nanti omongan orang tua tidak dipercaya).
Dan beberapa kalimat lain yang sering kita dengar padahal tak pantas diucapkan. Membaca buku ini membuat saya sadar, betapa banyak konsep yang saya terapkan pada adik saya masih kurang tepat. Betapa masih jauh sekali konsep menjadi orang tua yang baik menjadi bahan kajian yang harus dicermati. Dan betapa saya hanya mengkritisi orang tua saya salah ini dan itu, tidak baik begini dan begitu, padahal menjadi orang tua mempunyai tanggung jawab yang besar karena mengemban amanah yang tak kalah besar. Semoga Allah menjadikan generasi sekarang dan berikutnya menjadi generasi yang mau memperbaiki diri terus menerus. More...
Lamaaa sekali tidak menulis di rumah ini. Saking lamanya 'aaa'-nya menjadi triple. Sebuah analogi betapa rumah ini jarang saya kunjungi. Hanya sesekali mampir untuk mengobati rindu. Bukan. Bukan karena saya sedang "mempoles" rumah baru atau menggandakan properti disana. Bukan itu. Tapi karena saya punya banyak kekurangan, salah satunya sulit mengatur waktu antara blogging dan skripsi. Jujur. Jika sudah menulis disini, ada segudang kerinduan yang ingin saya tulis, ada ide-ide yang ingin disuarakan, ada kritikan tajam yang ingin saya asah, juga sampah-sampah di kepala yang hampir menjadi sarang laba-laba. Jika dibandingkan waktu antara mengerjakan skripsi, blogging juga blogwalking maka skala perbandingannya 1:2. Sangat tidak efisien menghabiskan waktu kesenangan dibandingkan melakukan tugas yang kapasitasnya lebih urgent, seperti skripsi misalnya. Oleh karena itu, saya memilih untuk tidak berlama-lama menulis juga blogwalking. Bukan tidak ada waktu. Tapi waktu yang ada ingin dipergunakan dengan lebih bijaksana. Toh, nantinya jika selesai skripsi, saya bisa menulis sepuasnya. Dari pagi hingga petang, dari petang hingga pagi lagi. Alasan lainnya, saya takut kebablasan curhat yang tidak penting :p *lha ini curhat kan?
Ujung-ujungnya, sebagai pengobat kerinduan akan blogging, saya merealisasikan impian 10 Agustus lalu, untuk membuat blog khusus foto-foto. Saya tidak berbakat di bidang fotografi. Hanya saja-meminjam istilah teman- ingin melihat dunia dari sisi yang berbeda. Serunya punya blog khusus foto itu, salah satunya tidak perlu banyak berkata-kata. Karena satu gambar saja sudah menceritakan banyak hal. Hanya sesekali saya mengkaitkan beberapa situasi yang menurut kaca mata saya sepeti ini dan itu dengan perlakuan itu dan ini.
Pernah tidak, saya mengatakan kalau saya ini orang yang terstruktur? Mudahnya seperti ini. Jika ada formasi atau target yang telah disusun tapi tidak berjalan semestinya, saya gampang terpuruk. Seringkali hal ini mendominasi jika semangat saya meletup. Segala usaha sudah maksimal tapi eh ujung-ujungnya gagal. Ini juga salah satu kekurangan saya. Saya gampang sekali kecewa. Tapi sisi baiknya adalah, saya tidak mau berlarut-larut. Tidak baik untuk pikiran maupun hati. Oleh karena keterstrukturan tersebut saya lebih sering membuat agenda harian, mingguan, bulanan dan tahunan. Biasanya agenda atau target-target itu sudah tersusun dalam buku harian ataupun mading pribadi di kamar. Untuk apa? Agar saya selalu bisa mengingat kembali jika kemudian lupa. Beberapa target harian kadang saya Kicaukan di laman pribadi. Percaya atau tidak, karena sering dilihat dan dibaca, semuanya bisa terealisasi, dengan usaha tentunya. Dengan izin Allah pula, jika ingin sesuatu dan diucap, dibaca, dilihat secara berulang-ulang, secara tidak sadar semuanya terekam ke alam bawah sadar, dan InsyAllah pasti dikabulkan. Jadi kawans, keinginan saya yang paling besar tahun ini adalah lulus sarjana di bulan November 2012. Doa ini pula yang selalu saya pinta pada Allah di bulan Ramadhan lalu. InsyAllah, dengan usaha, doa dan tawakal, Allah merealisasikan doa-doa saya dan doa-doa kawan semua.
Jadi, tidak apa-apa ya, kalau rumah ini hanya saya kunjungi sesekali. Hanya untuk memastikan bahwa semua save and secure. Pintu, jendela, kran air, kompor gas tidak menyala, lampu selalu dimatikan juga gembok pagar selalu terkunci. Tapi, saya (sungguh) tidak bisa menahan diri jika punya referensi buku yang sangat bagus untuk ditulis ulang disini. Bagi saya tulisan berupa referensi buku-buku yang dibaca adalah sedekah. Jika ada kawans yang belum mampu beli buku tersebut lalu tanpa sengaja mampir dirumah ini, tidak ada salahnya saya menjamu dengan tulisan-tulisan yang berbobot. Walau saya bukan si pengarang buku, setidaknya rumah ini menjadi perpanjangan lisan dari intisari buku tersebut. Yaa, inilah sedikit amal jariyah yang bisa saya bagi.
Mulai kedepannya, mungkin skala menulis saya menjadi berkurang. Tapi InsyAllah, walau sedikit bermanfaat. Doakan doa-doa saya dikabulkan ya dan InsyAllah akan digandakan juga pahalanya untuk kawan-kawan.
Tetap semangat untuk berbuat kebaikan dan selalu hadirkan Allah dalam setiap gerakan :)
More...
It's about honesty...Sometimes a little discomfort in the beginning, can save a whole lot of pain down the road.
*All these year, we never really talked. More...
Dulu sekali, sejak saya berkenalan dengannya, ada sesuatu yang dapat saya lihat. Entah karena sebuah bentuk kekaguman atau terpikat. Bagaimanapun cara ia berkisah, cara ia menyampaikan, caranya berjalan, memeluk, caranya memanjakan, membuat ia begitu istimewa. Dalam sebuah Rumah Tuhan ia pernah bercerita. Tentang apa yang ia kejar. Tentang yang sebenarnya dicari. Untuk siapa dan kemana muaranya kelak.
Seorang Wanita yang terpaut usia cukup jauh jaraknya dengan saya. Mungkin orang lain boleh berpendapat bahwa usia bukan faktor utama seseorang disebut dewasa. Bagi saya, usia linier dengan pengalaman. Pengalaman yang menjadi batu-batu loncatan. Sejauh apa ia mempelajari hidupnya, sendiri atau bersama dengan orang lain, sebanyak apa ia bertemu dengan karakter orang berbeda dan bagaimana ia ‘menyentuh’ hati-hati mereka. Dan ia, berhasil menembus hati saya. Hanya ketika ia menatap, saya mampu menangis berlipat-lipat.
Kawan, tahukah kalian bahwa kadang, apa yang menurut kita tak cukup pantas untuk dipertahankan, yang menurut kita keluar dari ‘jalur’ untuk segera diperbaiki, lebih banyak diperankan oleh ego. Dan jika ego lebih banyak dimainkan, maka bersiaplah untuk kecewa.
Siapapun kita, saya, bahkan wanita itu pernah ingin mengubah ‘jalur’ itu dengan dominasi egonya. Merasa ia pantas mengubahnya dengan bekal puing-puing pengalaman hidup. Waktu demi waktu, ‘jalur’ yang ingin ia ubah itu tidak membuahkan hasil. Cenderung stagnan. Bahkan jejaknya pun tak tampak. Ia tidak menyerah. Wanita bermata empat itu melihat lagi kedalam hatinya dengan menambal semua kekurangan. Sampai tiba dimana ia butuh sendiri. Pada posisi vertikal. Ia dan Tuhan. Melihat sekeliling hanya akan menambah beban. Dan kemudian, ia hanya berdua saja. Kembali dengan egonya.
Sebenarnya, apa yang ia kejar? Apa yang ia cari dengan harus mengubah ‘jalur’ itu? Untuk mendapat pujian bahwa ia hebat? Untuk membuktikan bahwa ia bisa menghadapi siapa saja? Pertanyaan dasarnya adalah, kenapa harus manusia yang mengubahnya kalau sebenarnya ada Tangan Tuhan yang lebih menggenggam? Bukankah kita-manusia hanya perantara saja?
Ini aneh. Ketika ia berusaha meregangkan sedikit saja genggamannya atas ‘jalur’ itu, perlahan apa yang diinginkan ia dapatkan. Ia tak berusaha barang sejengkalpun untuk mengubah keadaan lagi. Ia tunduk pada Tangan Tak Tampak. Dengan sendirinya kebaikan yang diharapkan muncul. Lalu, adakah hal lain yang ia kejar jika manis madu itu telah diteguk? Adakah hal yang lebih baik selain Tangan yang telah mengusap lembut tiap sela hatinya?
Kenapa ya? Pada saat hati terlalu memaksa kehendak, justru ia menjauh. Namun, pada saat hati berani melepaskan, menyerahkan seutuhnya pada Tangan Tak Tampak, justru keadaan berubah terbalik. Ia mendekat. Mungkin saat menggenggam terlalu erat, ia berpaling untuk mencari kelapangan. Mungkin juga mencari sesuatu yang dibutuhkan. Karena sering kali kebutuhan tidak berbanding lurus dengan keinginan. Dan, kadang keinginan hati belum tentu lebih baik dari kebutuhan itu sendiri. Dunia kadang memang aneh. Pada akhirnya kebaikan itu akan terus mencari hakikatnya.
More...Rata-rata orang jika disuruh menuliskan tentang diri pasti sulit sekali menarasikannya. Mendeskripsikan diri sendiri itu harus mengkhayalkan satu persatu tahapan hidup yang sudah dilewati. Dapat tugas dari Bang Fahri untuk mendeskripsikan diri melalui Versatile Award yang saya dapat beberapa waktu lalu, dan 7 hal ini rangkumannya.
1. Saya adalah orang yang menyelesaikan masalah di dalam kepala. Entah karena lingkungan yang selalu menuntut menganalisa menggunakan otak kiri atau karena kurang bisa berbagi. Me-time adalah waktu dimana semua beban dan solusi bisa dipecahkan secara bersamaan. Mungkin itulah mengapa saya tak bisa lepas dari diary dan cenderung melankolis dalam mengambil sikap.
2. Masih berhubungan dengan yang pertama, adik perempuan saya adalah satu-satunya orang yang bisa saya percayai untuk mengendapkan banyak cerita. Ia adalah sosok orang dewasa dalam perangkap anak kecil berumur 10 tahun. Itulah mengapa saya selalu bisa mempercayainya, Lala.
3. Kepala. Satu bagian tubuh yang terletak diatas bagian tubuh lainnya. Tuhan menciptakannya bukan tanpa sebab. Kepala Tuhan cipta agar manusia selalu mengandalkan logika untuk membaca ayat-ayat Tuhan yang tersirat dan tersurat. Untuk itulah saya butuh seorang bijak yang mampu mengimbangi ke-melankolisan ini dengan ke-logikaannya. Confuse? :D
4. Jika suatu saat nanti saya mendapat 'jatah' syurga, saya akan meminta pada Tuhan untuk diberikan sepasang sayap. Sayap melambangkan kebebasan. Jika selama ini ada jiwa yang terkungkung dalam jasad ini, saya tidak akan berhenti meneriakkan hingga seluruh beban terburai lepas.
5. Phobia darah, suka makanan manis, anime and arc addicted, lebih suka membaca buku-buku filosofis dan sejarah dari pada matematika. Hmm, segitu dulu.
6. Saya adalah anak perempuan yang dibesarkan dengan didikan ala Ayah. Sejak kecil ketika di taman kanak-kanak hingga sekolah menengah selalu dijemput dengannya dengan skala keterlambatan yang cukup parah, tapi karena selalu terlambat Ayah mengajak saya duduk di warung kopi dengan teman-teman kantornya, yang tak lain adalah ayah-ayah paruh baya yang gemar minum kopi. Sedang saya, selalu bermain dibawah pohon ceri untuk mengusir penat selama mereka menyuruput pekatnya kopi. Ayah adalah pustaka pertama saya dalam membaca Al-Quran juga Ilmu Fiqh. Butuh beberapa tahun untuk 'mengenalnya' menjadi sosok yang saya kagumi. Untuk itu, lelaki yang akan menjadi imam saya kelak harus bisa mengambil hati Ayah.
7. Terakhir, saya bukan orang yang mudah memaafkan kekecewaan. Dengan kata lain saya sulit memaafkan orang yang telah membuat saya kecewa. Jeleknya, hanya dengan satu perspektif masalah, yang lainnya pun ikut terlibat. Sering kali hal ini yang menyebabkan saya menjaga jarak dengan seseorang tanpa mengkonfirmasi sebab-akibat. Inilah hal yang membuat orang banyak salah paham. Jika ingin membela diri, saya menjaga jarak karena sebenarnya saya tak mampu mengontrol diri.
Baiklah. Saatnya meneruskan tugas rumah. Maaf hanya bisa meneruskan ke-7 orang saja. Untuk teman-teman yang saya sebut, jangan bosan diberi tugas berantai ya :D

Hari ini adik saya, Lala, berulang tahun yang ke-10. Usia yang terbilang cukup dewasa untuk ukuran anak-anak. Artinya, Lala tidak boleh lupa lagi pada shalat 5 waktunya, bacaan shalat, beberapa hukum tajwid dalam membaca Al-Quran, juga sudah harus bisa membantu saya mengurus rumah :D
Karena ank paling bungsu, hampir semua permintaannya dituruti. Tahun ini ia minta dibelikan sandal baru dan helm. Jauh sebelum hari ulang tahunnya, ia sudah sibuk minta dibelikan beberapa bahan cake. Jadilah tahun ini request cakenya adalah brownies. Tentu saja yang harus membuatnya saya. Baiklah. Untuk adik tersayang, saya membuatkan Chocolate Cheese Brownies. Brownies kukus terbilang pertama kali saya buat. Biasanya setiap cake yang saya buat menggunakan oven. Awalnya tidak pe-de. Takut gagal. Takut cakenya bantet dan tidak lembut. Tapi selalu ada yang pertama dalam segalanya, bukan? Then, Alhamdulillah cakenya sukses. Campuran coklat dan keju merupakan perpaduan rasa yang unik.
Beberapa cake yang pernah saya buat seperti Chiffon, Tiramisu Cake, Lapis Surabaya, Marmer Cake, Black Forest #kue klasik, dan Chocolate Cheese Brownies. Dari beberapa panganan diatas, Tiramisu Cake adalah Masterpiece saya. Setidaknya Mama dan adik lelaki saya yang mengatakan begitu. Dibanding yang lain, Tiramisu memiliki kerumitan tersendiri. Oleh karena itu, penyajiannyapun hanya setahun sekali. Tepatnya ketika lebaran. Malahan, lebaran tahun lalu, Mama request 2 loyang tiramisu sekaligus!
Setiap awal bulan, dirumah kami selalu penuh dengan panganan. Salah satunya cake. Kami sekeluarga sangat menyukainya. Ketika ada rezeki lebih, saya juga senang membeli cake apapun untuk dibagikan bersama keluarga. Mereka memiliki pendapat masing-masing jika menyangkut soal rasa. Dan, setiap toko kue yang saya hunting di Banda Aceh memiliki cita rasa tersendiri. Jadi, setiap kue yang berbeda jenisnya tidak bisa dibandingkan satu sama lain.
Dulu pernah saya memesan Green Tea Roll Cake pada seorang kerabat. Saya memilih bolu gulung ini karena, selain belum pernah mencicipinya, Green Tea Cake memang terbilang jarang tersedia di toko-toko kue. Namun saya mendapat komentar berbeda dari keluarga. Hingga pernyataan yang sedikit berlebihan keluar dari mulut Mama.
"Diantara kue yang pernah Mama makan, Mama paling suka Tiramisu" Mama bisa bilang seperti ini mungkin karena lidah orang pada umumnya hanya mengenal rasa coklat, keju, mocca dan pandan. Jadi, ketika dihadapkan dengan rasa yang terbilang baru dan ganjil, perlu penyesuaian terlebih dahulu. Ah...bagi saya, tiramisu ya tetap rasa tiramisu, tidak bisa dibandingkan dengan green tea, coklat maupun pandan. Dan, tentang rasa, semua orang boleh punya pendapat berbeda.
Anyway, tidak ada makanan yang tidak enak, tidak ada lagu yang diciptakan jelek, semua hanya perihal suka dan tidak suka. Saya tidak suka terasi, bukan berarti terasi tidak enak, atau saya tidak suka lagu-lagu Justin Beiber juga bukan berarti lagunya jelek, semua hanya suka dan tidak suka. Dan, suka-tidak suka itu relatif. Personal sekali.
More...
Berbicara topik ini membuat saya ketar-ketir duluan. Bukan karena tidak suka membahasnya, tapi lebih karena tidak pantas saja. Walau akhirnya harus setuju dengan sebuah wejangan yang pernah saya terima 2 tahun lalu. Saya pikir cukup pantas untuk dinikmati bersama. Terutama, asupan untuk diri sendiri yang harus percaya dengan Sang Maha Pengatur.
Suatu ketika pertemuan kami secara tak sengaja di mushala kampus. Ternyata pertemuan yang tak disangka itu membawa keberkahan tersendiri. Sembari memberi buku "Rindu Tiada Akhir" yang sangat ingin saya pinjam darinya, kami berbicara sejenak. Melepas rindu di Rumah Tuhan hingga menjelang petang. Menanyakan kabar serta kesibukan. Mendengar tausiah-tausiahnya yang sederhana, berdiskusi tentang banyak hal, hingga kapan akan menikah.
Pertanyaan yang salah untuk ditanyakan pada wanita berumur 26 keatas. Seperti disentil dari ujung yang paling dalam. Namun jawabannya selalu mencerahkan. Tidak pernah ada guyonan balik untuk menjatuhkan. She is sharp as ever!
Ia menceritakan tentang sahabat-sahabatnya yang sudah menikah, yang juga saya kenal baik. Tentang salah seorang diantara mereka yang menikah dengan teman masa kecil. Ada pula sahabatnya yang menikah pada pertemuan ke-5. Dan satunya lagi yang tinggal menghitung hari pernikahannya. Semuanya berbeda. Sama seperti Tuhan memberikan jodoh pada tiap manusia. Dengan jalan yang tidak pernah disangka. Beberapa diantaranya masih ada yang ditangguhkan jodohnya. Bukan karena Tuhan tidak ingin memberinya segera, namun saat ini kita ditempa sebagaimana calon suami atau istri kita kelak. Dia bisa jadi seseorang di ujung sana atau malah sangat dekat dengan kita. Dekat fisik. Hati berjauhan. Tapi pada saat yang bersaaman, dia juga diberikan masalah yang sama beratnya seperti kita yang akan menjadi calon suami atau istrinya. Jadi benarlah lagi kalam Allah, wanita yang baik untuk lelaki yang baik, wanita yang keji untuk lelaki yang keji. Secara lebih luas dapat diartikan, lelaki dan wanita yang akan berjodoh, akan setara tempaan juga cobaannya. Jika dalam beberapa hal tidak seperti yang telah disebutkan, maka hal itu merupakan cobaan yang InsyAllah ada hikmah besar didalamnya.
Lalu, saya bertanya lagi. Bagaimana meyakinkan diri bahwa dialah suami atau istri yang tepat untuk kita? Wanita berkaca mata dihadapan saya tersenyum sempurna. Ada gurat kepuasan di raut wajahnya sampai ia mengatakan satu hal, "Ibadah".
Menentukan dia adalah yang terbaik bukan perkara mudah. Karena ini adalah pilihan yang akan jatuh sekali seumur hidup. Satu untuk selamanya. Jika ibadah seseorang belum baik, maka jangan harap hati memberi petunjuk yang baik pula. Hal ini juga bisa diterapkan jika ada 1 dari sekian pilihan untuk pasangan hidup. Hati tetap akan memilih 1. Tidak lebih. Untuk itu, hati tidak boleh condong pada satu hal. Hati harus bersikap adil. Menakar baik buruk bukan perkara satu dua malam, bukan?
Saya mengangguk paham. Pada akhir diskusi kami, ia menutup dengan beberapa kalimat yang tak kalah berpengaruh. Biarlah Allah yang mengatur segalanya. Karena Allah yang akan bermain dan mengatur peraturan permainannya. Manusia tidak perlu repot-repot. Hanya BERUSAHA mengikuti aturan permainan tersebut. Allah telah mengatur perjumpaan seseorang dengan seseorang pada tanggal, waktu, menit, detik dan semuanya tak pernah meleset dari apa yang telah digariskanNya.
More...

Pada satu masa dalam hidup. Ada bagian dimana kita harus melupakan. Melupakan apa yang pernah kita impikan. Mungkin pada awalnya banyak gerutuan tak setuju. Menjalani hari-hari dengan setengah hati. Walau nantinya, kita tau kebutuhan itu pasti diselingi dengan kebaikan yang dijanji Tuhan. Tidak singkat memang. Tapi nanti, suatu masa, kita pasti mengerti.
Sama seperti anak kecil merengek minta dibelikan mainan boneka. Keadaan yang menuntun ia minta dibelikan mainan dengan melihat teman-temannya bermain boneka. Selang sehari selanjutnya, teman-teman bermain kelereng, maka hati menuntun si anak untuk kembali merengek minta dibelikan kelereng. Mereka, anak-anak, selalu lupa dengan hari yang lalu. Mereka hanya senang pada sesaat. Saat apa yang mereka lihat, saat itulah yang paling berharga. Selebihnya tinggal kenangan. Mereka pun bahagia. Pada saatnya, mereka akan melupakan sesuatu yang pantas menjadi kenangan. Dan, kenangan tidak selamanya menyakitkan.
Lucunya, manusia dewasa tidak seperti anak-anak. Apa yang pernah singgah di hidup mereka tidak selamanya bisa dilepas sepenuhnya. Tidak bisa dilupakan sepenuhnya. Memang kenangan tidak selamanya menyakitkan, pun tidak selamanya menyenangkan. Saat yang tidak menyenangkan itu menggerus persendian hidup dan berbentur dengan hati, manusia manapun di dunia tidak akan melupakan begitu saja. Melupakan sama seperti membohongi hati. Melupakan sama seperti melepas tapi masih bisa melihat kembali. Melupakan sama seperti dosa yang dilakukan kesekian kali karena pernah melakukan untuk pertama kali. Melupakan sama seperti menertawai kesedihan sendiri. Melupakan apapun yang tidak menyenangkan sulit sekali, karena sekecil apapun luka yang tergores pasti meninggalkan jejak.
Lalu, melupakan itu ternyata anugerah dari Tuhan, bukan? Sepatutnya disyukuri, bukan? Usaha sekecil apapun untuk melupakan sesuatu yang pernah melukai hati, tetap akan dinilai Tuhan. Inilah yang abadi. Inilah yang akan ditulis Tuhan di kanvas. Replika setiap kejadian dalam hidup. Apa yang tidak bisa ditawar kepala akan lupa untuk terus diingat oleh sebuah kenangan. More...
It's a New Year's Day. Hari ini tepat di awal tahun 2012. Jika runut kebelakang sejenak, ada beberapa hal yang menjadi prioritas, keinginan dan sesuatu yang terjadi tanpa terlintas pikir. Dan, kenyataannya adalah sesuatu yang diluar prediksi lebih banyak mengisi ruang hidup. Kenapa ya? Saya juga tidak mengerti. Kadang ketika menginginkan sesuatu, saya mati-matian ingin mencapainya. Jika keinginan itu berupa properti dan membutuhkan dana lebih, saya menabung. Bahkan sempat saya jadikan target berapa nominal perhari yang harus dikumpulkan agar properti itu berada di genggaman. Namun keadaan berkata lain. Dana itu terpakai untuk hal yang lebih urgent kadarnya. Lain lagi dengan prioritas utama saat ini. Kuliah dan Tugas Akhir. Saya menambah beberapa mata kuliah yang ingin diperbaiki. Padahal kadarnya tidak terlalu urgent. Artinya kadar nilai yang ada sudah memenuhi kecukupan untuk lulus, tapi hanya karena ingin menjadi lebih baik, akhirnya harus berubah haluan. Switch to plan B. Ujung-ujungnya, Tugas Akhir menjadi nomor kesekian untuk dibereskan. Huf!
Nah, bagian ini yang saya tidak pernah mengerti. Hadirnya orang-orang yang mengisi hidup sepanjang 2011. Berbagai konflik, permasalahan yang meruncing, keputusan, bahkan cinta. Ternyata, semua terjadi bukan tidak punya alasan. Seperti lingkaran umpamanya. Sembarang titik dari sebuah lingkaran akan ditempati oleh titik yang sama pula. Singkatnya, apa yang terjadi hari ini adalah akumulasi dari hari kemarin. Baik buruknya sebuah keinginan, bergantung dari apa yang diusahakan dan dipikirkan. Menulis resolusi adalah bagian dari usaha. Setidaknya ada sedikit usaha untuk menggenapkan keinginan dengan mendeskripsikan niat di kepala agar tidak lupa. Jadi, penting sekali itu daftar keinginan.
Kembali pada bagian "Yang saya tidak mengerti". Cinta misalnya. Siapa sih yang bisa memprediksi kapan ia datang dan pergi? Atau "ia" yang mengendap dalam waktu yang lama dan pada akhirnya harus pergi. Atau "ia" yang secara tak wajar telah menggerogoti hati. Atau "ia" yang secara perlahan mengambil setiap hari-hari. Sungguh cinta merupakan satu hal yang absurd di dunia. Pada tiap kasusunya, siapapun, termasuk saya tidak bisa meprediksi bagaimana akhirnya kelak. Sungguh saya bersyukur pada Tuhan Maha Segala. Untuk hadiah berupa hati yang dapat memutuskan dan menyimpan dalam rapat sebuah keabsurdan itu. Cinta.
Pada akhirnya, saya kembali berprinsip bahwa sebesar apapun capaian yang telah disusun matang, tetap Tuhan pula aktor utamanya. Sebuah hal klasik yang selalu kita dengar, manusia boleh berencana, namun Tuhan yang mengatur segala. Saya punya cara tapi Tuhan lebih berkuasa. Lalu satu hal yang menjadi kesimpulannya, bahwa Tuhan selalu menyukai sesuatu yang kecil tapi tetap dikerjakan secara berkala dari pada sesuatu yang besar tapi dikerjakan pada saat-saat tertentu atau sekali seumur hidup.
Meski kuasa Tuhan begitu melangit. Saya tetap akan berusaha di bumi. Menulis bagian yang ingin dicapai pada lembaran harian. Melihat. Tetap terus mengerjakan. Manjalani sisa hidup. Sampai akhirnya kembali membuka lembaran tersebut untuk dicoret sebagai daftar keberhasilan. Ah, tunai sudah semua janji.
More...
Malam ini saya excited. Karena baru saja menemukan "the matter" untuk proyek akhir. Dan, taukah? Saya menemukannya ketika menonton animasi kesukaan, Naruto. Beberapa bulan kebelakang saya sering melakukan banyak hal dalam waktu yang bersamaan. Hasilnya memang tidak sepadan ketika saya melakukan satu hal dengan fokus. Tapi entah kenapa, saya begitu takut membuang waktu, hingga tadi sore saya kembali menemukan "jiwa" itu. Jiwa yang kembali bersemangat untuk melakukan semuanya lagi. Melalui sitenya Marion yang saya dapat secara tidak sengaja, saya ingin sekali menulis ini. Tentang rasa terima kasih yang saya dapatkan selama ini. Tentu saja, Tuhan menempati posisi pertama. Thank's Allah.












Meski galau ini sudah bertumpuk, meski sesak jika harus jujur menulisnya disini, aku bersyukur. Karena Tuhan selalu adil. Tuhan selalu punya cara terbaik untuk merespon setiap doa. Ada doa yang segera dikabulkan, ada yang ditunda, juga ada doa yang ditangguhkan di akhirat kelak. Jika saat ini doaku ditunda, artinya Tuhan punya rencana lain yang lebih baik dan aku butuhkan. Dimanapun aku berada, aku harus punya cara terbaik untuk terus berusaha, bertawakal juga berpikir positif. Jika nanti doa itu dikabulkan, aku akan tau dari pengalaman dan pembelajaran sebelumnya, bahwa apa yang aku harapkan harus tetap aku kejar. Aku tidak boleh menyerah pada keadaan karena apa yang kudapat adalah sebuah kepayahan. Tuhan mengajak aku berpikir rasional. Jika aku berusaha sekian, maka aku juga dapat sekian bagian. Sedikit atau banyak, baik-buruk, juga seberapa tulusnya niat akan menjadi tolak ukur.Hidup ini tak ada yang pasti. Hari ini dimalam yang sama aku bisa melihat bintang gemintang. Nanti di tahun berikutnya pada waktu yang sama, belum tentu aku bisa melihat bintang lagi, meski aku berusaha dan berkeinginan kuat untuk melihatnya. Namun, hal ini juga tidak boleh membuat diri pesimis. Ujung-ujungnya kembali lagi pada dua konsep yang berbeda, mana keinginan, mana kebutuhan. Dua-duanya sama baik, tapi kebaikan menurut diri belum tentu baik menurut Tuhan. Lalu, bagaimana membuatnya seiring sejalan?
Memang tidak bisa dikatakan mudah. Tapi percayalah, pada akhirnya kita akan sadar bahwa apa yang Tuhan putuskan itu adalah sebuah kebutuhan yang nantinya berujung kebaikan. Beberapa hari lalu, aku kembali dipertemukan pada orang-orang utusan Allah. Sebenarnya jika kurunut dari semua persoalan hidup dan juga kebutuhan, Tuhan selalu memberiku jalan melalui berbagai orang. Bahkan pada waktu dan tempat yang tak disangka. Aku bersyukur mereka ada. Mereka adalah guru yang sangat berharga. Mungkin mereka atau siapapun di dunia ini tak akan sadar bahwa hal sekecil apapun akan menjadi kebaikan jika dijalani dengan tulus. Jika kita berprinsip suatu saat apa yang akan kita lakukan sekarang akan berdampak di masa yang akan datang, maka hasil itu akan kita alami sedikit demi sedikit dari sesuatu yang tak terduga.
Dunia ini berputar. Dan, tidak akan berhenti hingga hari akhir. Begitu juga hidup. Tidak selamanya bisa menyenangkan juga tidak akan selalu dirundung kesedihan. Hanya diri sendiri yang mengerti apa yang menjadi kebutuhan. Hanya diri sendiri yang mengerti seberapa besar kesulitan yang dihadapi. Aku yakin, suatu hari nanti, Allah akan mengabulkan setiap mimpi. Nanti. Pada waktu yang paling tepat dalam hidupku.
More...