Aku bertanya, "Bisa tahu bedanya yang mendengar sepenuh hati dan enggak, gimana caranya, Yah?"
"Kalau lawan bicaramu mendengar dengan sepenuh hati, beban pikiranmu menjadi ringan. Kalau kamu malah tambah ruwet, meski yang mendengar tadi seolah serius mendengar, berarti dia tidak benar-benar hadir untukmu," jawab Ayah.
More...
Male Brain. Buku terbitan gramedia ini didasarkan pada pengalaman klinis Louann Brizendine selama 25 tahun sebagai seorang dokter ahli saraf. Namanya juga Male Brain. Keseluruhan buku ini berisikan sebagian besar pengetahuan tentang otak laki-laki. Saya juga pernah menulis tentang Female Brain disini. Banyak hal menarik dan pengetahun baru dari buku sebanyak 300-an lembar ini. Secara mendasar, perbedaan otak lelaki dan perempuan sangat sering terlalu disederhanakan serta disalahpahami.
Otak lelaki dan perempuan berbeda sejak masa kehamilan. Sel lelaki memiliki kromosom Y dan otak wanita jelas tidak memilikinya. Perbedaan penting mulai terjadi di awal pembentukan otak, ketika gen menetapkan tahapan untuk proses pembentukan DNA lebih lanjut oleh hormon. Delapan minggu usia kehamilan, testikel lelaki mulai menghasilkan testosteron yang cukup banyak untuk merendam otak dan pada dasarnya mengubah strukturnya.
Itulah mengapa perbedaan itu terlihat ketika mereka memcahkan masalah, menghasilkan kata-kata, mengingat , memperhatikan ekspresi wajah, jatuh cinta, mendengarkan tangisan bayi, rasa marah, sedih ataupun takut. Bahkan ketika Brizendine mengatakan ingin membukukan hasil pengalaman klinisnya dalam buku Male Brain ini seorang pasiennya tertawa dan mengatakan “Itu akan menjadi sebuah buku yang tipis! Mungkin lebih menyerupai pampflet”. Well, mungkin itulah mengapa banyak yang mengatakan “Laki-laki itu simple dan wanita itu rumit”. Padahal, dalam kenyataannya, otak lelaki adalah mesin pemecah masalah yang efisien. Setuju?
Ada beberapa hal yang dibahas dalam buku ini. Mulai dari otak anak laki-laki, otak remaja, otak perkawinan ; cinta dan nafsu, otak dibawah pinggang, otak sang ayah, kehidupan emosional laki-laki hingga otak laki-laki yang telah matang.
Otak anak laki-laki
Para peneliti telah menemukan bahwa anak laki-laki dan perempuan lebih memilih mainan dari jenis kelamin mereka sendiri, tetapi anak perempuan akan bermain dengan mainan anak laki-laki, sementara anak laki-laki di usia 4 tahun, menolak mainan anak perempuan bahkan mainan dengan “warna perempuan” seperti pink contohnya. Dulu sewaktu adik perempuan saya masih kecil dan melihat mobil-mobilan adik lelaki saya nganggur, ia langsung mengambil kain gendongan dan membuat mobil itu seolah-olah seperti bayi dan ia adalah ibunya.
Otak remaja
Antara usia 9-15 tahun, sirkuit otak laki-laki dengan miliaran neuron dan ribuan juta sambungan “mulai hidup” ketika tingkat testosteronnya meningkat hingga 20 kali lipat. Apabila testosteronnya adalah air, seorang anak laki-laki usia 9 tahun mendapat testosteron setara dengan 1 cangkir air sehari. Tetapi di usia 15 tahun, hal itu setara dengan 2 galon air perhari. So, testosteron secara biologis menjadikan semua pikiran dan perilaku yang muncul dari otaknya menjadi bersifat maskulin. Laki-laki juga memiliki pemroses yang lebih besar di inti bidang otak yang paling primitif yang menyalakan rasa takut dan memicu agresi protektif yaitu amigdala. Inilah mengapa sejumlah laki-laki akan berjuang sampai mati untuk mempertahankan orang yang mereka cintai. Terlebih lagi, ketika berhadapan dengan kesedihan emosional pasangannya, bidang otak untuk pemecahan masalah dan memperbaiki situasi yang dimiliki laki-laki akan langsung berpijar.
Otak perkawinan ; cinta dan nafsu
Laki-laki memilki ruang otak 2 ½ kali lebih luas yang ditujukan untuk hasrat seksual didalam hipotalamus mereka. Pemikiran tentang ituu selalu berkedip-kedip dibagian belakang korteks visual lelaki, sepanjang pagi dan malam hari. Ini riset lhoo. Intinya, bagi otak laki-laki, kemampuan untuk mendapat pasangan berarti membuat DNA dan gennya memasuki generasi selanjutnya. Walaupun tidak secara sadar memikirkan hal ini, secara naluriah ia ingin mendapatkan keturunan yang banyak. Nah, ini penting juga untuk diketahui. Bedanya, otak perempuan mencoba untuk melihat apakah seorang laki-laki memiliki sesuatu yang diperlukan untuk menjadi pelindung dan pencari nafkah yang baik. Peneliti mendapati hal ini benar, apapun tingkat pendidikan ataupun kemandirian finansialnya. So, jangan menganggap cewek itu matre ya, karena kebutuhan finansial itu salah satu penentu keberlangsungan hidup.
Otak dibawah pinggang
Sepertinya saya tidak perlu menjelaskan hal ini terlalu rinci :D
Sebelum bermain-main dengan ‘otak dibawah pinggang’ ini, ada baiknya baca tentang ini sebagai persiapan menikah kelak.
Otak sang ayah
Seorang ayah tidak tercipta dengan sendirinya. Para ilmuwan mengetahui bahwa otak laki-laki berubah ketika kehamilan pasangannya semakin membesar. Ayah biasanya tidak ngidam mangga, ice cream atau terjaga dengan rasa mual setiap pagi seperti yang dialami ibu rata-rata. Tetapi mereka pun memilki perubahan emosi, fisik dan hormonal yang selaras dengan kehamilan pasangan mereka. Dua perubahan hormon besar saat menjadi calon ayah: testosteron menurun dan prolaktin meningkat. Alam telah membentuk ikatan biologis yang tak terpatahkan antara orang tua dan anak. Tapi biasanya seorang ayah merasa cemburu terhadap bayi laki-lakinya karena si bayi lelaki selalu ingin ibunya dan tampak si ibu juga memilih bayinya dari pada suaminya. Bagi para ayah, sulit menyesuaikan dasar biologis ikatan cinta antara ibu dan bayi. Begitu pula sebaliknya, Ketika anak perempuan memilki hubungan yang erat dengan ayahnya, hal ini menetapkan tahapan untuk membina hubungan yang lebih baik bersama laki-laki dalam hidupnya. Pantas saya merasa sering tak akur dengan mama. Bagi saya otak wanita terlalu rumit untuk disederhanakan.
Kehidupan emosional laki-laki
Keluhan klasik yang sering kita dengar: lelaki menganggap perempuan terlalu emosional dan perempuan menganggap laki-laki tidak cukup emosional. Kalau berbicara emosi tidak perlu jauh-jauh. Wajah dingin dan datarnya lelaki adalah salah satu alasan yang membuat perempuan cenderung berpikir, “mereka tertantang secara emosional”. Tetapi dalam penelitian ini, lelaki secara otomatis menyimpan perasaan mereka untuk diri mereka. Satu saran untuk kaum adam. Wanita selalu menyimpulkan wajah datar kalian dengan rasa kesal, marah ataupun tidak menghargai meski sebenarnya kalian tidak bermaksud seperti itu. Untuk itu, jika kalian merasa kesal, marah atau apapun sebaiknya katakan saja atau setidaknya tunjukan wajah asli emosi itu ya.
Otak laki-laki yang telah matang
Otak lelaki yang sudah matang menjadi semakin menyerupai otak perempuan dewasa secara hormonal. Kira-kira umur 50-60 tahun mereka menjadi lebih baik, dewasa dan lembut. Nah, bagaimana dengan otak seorang kakek? Tentunya bahan bakar yang menjalankan sirkuit otak lelaki juga berubah. Lebih banyak menggunakan oksitosin dan estrogen dan tidak terlalu banyak vasopressin dan testosteron. Laki-laki juga mengalami karir yang menurun dan mencari proyek baru yang menarik untuk membuat mereka tetap sibuk dan “terlibat”, atau setidaknya sebagai pengamat. Mungkin itulah kenapa orang yang sudah lanjut usia senang mengobrol lama. Dan, ikatan seorang lelaki dengan cucunya bergantung pada hubungannya dengan anaknya yang sudah dewasa.
Budaya dan cara kita mengajari otak untuk berperilaku memainkan peran besar dalam membentuk otak kita. Bila seorang anak laki-laki dibesarkan untuk "menjadi seorang laki-laki", lalu ketika dia dewasa -alur dan sirkuit otaknya- yang telah dipengaruhi seperti itu, semakin dibentuk untuk menjadi lelaki dewasa. Well, mungkin tidak semua otak lelaki bisa digambarkan secara singkat seperti diatas. Tulisan ini sebagai pengetahuan untuk saling memahami dan menyederhanakan jiwa yang kompleks, seperti lelaki dan wanita.
More...
Rata-rata orang jika disuruh menuliskan tentang diri pasti sulit sekali menarasikannya. Mendeskripsikan diri sendiri itu harus mengkhayalkan satu persatu tahapan hidup yang sudah dilewati. Dapat tugas dari Bang Fahri untuk mendeskripsikan diri melalui Versatile Award yang saya dapat beberapa waktu lalu, dan 7 hal ini rangkumannya.
1. Saya adalah orang yang menyelesaikan masalah di dalam kepala. Entah karena lingkungan yang selalu menuntut menganalisa menggunakan otak kiri atau karena kurang bisa berbagi. Me-time adalah waktu dimana semua beban dan solusi bisa dipecahkan secara bersamaan. Mungkin itulah mengapa saya tak bisa lepas dari diary dan cenderung melankolis dalam mengambil sikap.
2. Masih berhubungan dengan yang pertama, adik perempuan saya adalah satu-satunya orang yang bisa saya percayai untuk mengendapkan banyak cerita. Ia adalah sosok orang dewasa dalam perangkap anak kecil berumur 10 tahun. Itulah mengapa saya selalu bisa mempercayainya, Lala.
3. Kepala. Satu bagian tubuh yang terletak diatas bagian tubuh lainnya. Tuhan menciptakannya bukan tanpa sebab. Kepala Tuhan cipta agar manusia selalu mengandalkan logika untuk membaca ayat-ayat Tuhan yang tersirat dan tersurat. Untuk itulah saya butuh seorang bijak yang mampu mengimbangi ke-melankolisan ini dengan ke-logikaannya. Confuse? :D
4. Jika suatu saat nanti saya mendapat 'jatah' syurga, saya akan meminta pada Tuhan untuk diberikan sepasang sayap. Sayap melambangkan kebebasan. Jika selama ini ada jiwa yang terkungkung dalam jasad ini, saya tidak akan berhenti meneriakkan hingga seluruh beban terburai lepas.
5. Phobia darah, suka makanan manis, anime and arc addicted, lebih suka membaca buku-buku filosofis dan sejarah dari pada matematika. Hmm, segitu dulu.
6. Saya adalah anak perempuan yang dibesarkan dengan didikan ala Ayah. Sejak kecil ketika di taman kanak-kanak hingga sekolah menengah selalu dijemput dengannya dengan skala keterlambatan yang cukup parah, tapi karena selalu terlambat Ayah mengajak saya duduk di warung kopi dengan teman-teman kantornya, yang tak lain adalah ayah-ayah paruh baya yang gemar minum kopi. Sedang saya, selalu bermain dibawah pohon ceri untuk mengusir penat selama mereka menyuruput pekatnya kopi. Ayah adalah pustaka pertama saya dalam membaca Al-Quran juga Ilmu Fiqh. Butuh beberapa tahun untuk 'mengenalnya' menjadi sosok yang saya kagumi. Untuk itu, lelaki yang akan menjadi imam saya kelak harus bisa mengambil hati Ayah.
7. Terakhir, saya bukan orang yang mudah memaafkan kekecewaan. Dengan kata lain saya sulit memaafkan orang yang telah membuat saya kecewa. Jeleknya, hanya dengan satu perspektif masalah, yang lainnya pun ikut terlibat. Sering kali hal ini yang menyebabkan saya menjaga jarak dengan seseorang tanpa mengkonfirmasi sebab-akibat. Inilah hal yang membuat orang banyak salah paham. Jika ingin membela diri, saya menjaga jarak karena sebenarnya saya tak mampu mengontrol diri.
Baiklah. Saatnya meneruskan tugas rumah. Maaf hanya bisa meneruskan ke-7 orang saja. Untuk teman-teman yang saya sebut, jangan bosan diberi tugas berantai ya :D

Malam ini saya excited. Karena baru saja menemukan "the matter" untuk proyek akhir. Dan, taukah? Saya menemukannya ketika menonton animasi kesukaan, Naruto. Beberapa bulan kebelakang saya sering melakukan banyak hal dalam waktu yang bersamaan. Hasilnya memang tidak sepadan ketika saya melakukan satu hal dengan fokus. Tapi entah kenapa, saya begitu takut membuang waktu, hingga tadi sore saya kembali menemukan "jiwa" itu. Jiwa yang kembali bersemangat untuk melakukan semuanya lagi. Melalui sitenya Marion yang saya dapat secara tidak sengaja, saya ingin sekali menulis ini. Tentang rasa terima kasih yang saya dapatkan selama ini. Tentu saja, Tuhan menempati posisi pertama. Thank's Allah.












Penghujung Juni ini begitu nikmat dihabiskan dengan duduk sore-sore menjelang petang bersama kerabat. Menyeruput teh hangat, makan kue coklat dan teman paling setia, buku. Atau bersenda gurau dengan teman-teman di bawah jembatan Lamnyong sambil makan rujak. Aha...Selasa di penghujung sore akan ada beberapa wanita. Saya juga disana nantinya. Tapi itu cerita lain. Liburan yang akan saya reguk masih panjang kedepan. Bulan Juli ini akan padat. Lebih tepatnya saya padat-padatkan.
Saya anak rumahan yang baru 4 bulan dihadiahi motor. Namanya Memi. Anggaplah begitu. Dulu, sebelum memiliki Memi, saya manja ingin selalu minta diantar oleh Ayah juga Adik lelaki saya, Ekal. Seiring waktu dan kebutuhan juga jadwal (sok) padat di kampus, saya merasa terlalu manja untuk terus minta di antar. Terkesan sedikit memberatkan mereka juga. Saya memutuskan untuk bisa mandiri dengan naik kendaraan umum. Di Aceh namanya labi-labi. Naik labi-labi ternyata menyenangkan juga. Kalau tidak sempat sarapan pagi, saya kadang makan di dalam labi-labi. Apalagi jika ada ujian di pagi hari, saya bisa menyicil menyerap berbulir-bulir formulasi Matematika dengan teorema-teorema plus analisisnya pula. Kegiatan yang paling saya suka di dalam labi-labi ada 2. Membaca dan memperhatikan orang-orang di dalamnya. Wajah-wajah mereka serasi dengan kehidupan yang dijalani.
Suatu ketika saya pernah melihat keluar jendela labi-labi untuk merasakan angin sore. Ah...meskipun Aceh terik di siang hari, namun sore merupakan pemandangan lain. Seperti Tuhan memutar bumi 360 derajat untuk disaksikan manusia di ujung Sumatera. Dunia seperti tidak berhenti untuk menunjukkan jingga yang mempesona. Syahdu benar. Sore hari semua aktifitas berjalan lambat. Saya rasa seluruh dunia bagian manapun berlaku ketentuan seperti itu. Sore hari saatnya nyak-nyak yang sudah renta pulang ke rumah. Pantai-pantai ramai. Warung kopi riuh. Muka mahasiswa seperti orang tak kuasa hidup lagi. Semua biasa saja. Seperti senja yang hari ini muncul, lalu beberapa jam kemudian lenyap di balik langit.
Pemandangan yang menarik itu sebenarnya bukan rutinitas tadi. Pemandangan yang menarik itu ada di luar jendela labi-labi. Seorang Ayah dengan 3 orang anak-anaknya yang lucu. Sepertinya anak-anak itu baru pulang mengaji di Baiturrahman. Saya tau dari seragam yang mereka pakai dan meja mengaji yang selalu mereka bawa. Meja lipat bertulis 26 huruf hijayyah berwarna hijau. Ditambah dengan peci hitam kekecilan yang membuat rambut mereka berantakan. Mereka bercakap-cakap. Kepala Ayahnya kadang melihat kebelakang jok motor. Mengingatkan anak-anak untuk selalu mengencangkan tangan ke pinggang Ayahnya sambil sesekali tertawa kecil mendengar cerita sepanjang pengajian. Ayahnya kelabakan membagi pendengaran. Siapa yang harus di dahulukan karena anak-anak selalu punya cerita. Masing-masing tak mau kalah dengan ceritanya. Seakan-akan cerita mereka paling penting untuk dijadikan headline hari ini. Jika ayahnya tak mendengar cerita sepanjang pengajian maka Ayahnya akan rugi besar. Lampu hijau menyala. Riuh suara anak-anak kecil tadi dan Ayah mereka dalam satu boncengan motor hilang ditelan asap dan kendaraan bermesin lainnya.
Adalah Ayah saya yang selalu menjemput dan mengantar ke sekolah, sedari TK dulu. Dulu saya sengaja Ayah tempatkan di TK yang sejengkal jaraknya dengan kantornya. Semua dilakukan untuk menghemat perjalanan dari kantor ke TK. Meski saya kerap menunggu lama hingga kawan-kawan sudah dijemput orang tua masing-masing sampai saya merasa kesepian karena tidak ada lagi kawan bermain, tapi saya senang karena ketika Ayah datang menjemput, saya pasti dibawanya ke warung kopi untuk makan kue apa saja sepuas hati sambil minum teh hangat. Walau nantinya Ayah berbincang dengan teman-teman kerja, bagi saya tak masalah, asal saya bisa kenyang siang itu.
Ayah juga selalu suka mengamit kepala saya dengan dagunya ketika melewati polisi tidur. Ia mengemudikan motornya perlahan dengan menjenakai saya dan mengatakan "Op bam bam". Begitu seterusnya hingga melewati 3 polisi tidur.
Sewaktu pulang kampung, jika ada yang ingin berkenalan dengan saya yang masih berumur 6 tahun itu, saya selalu malu dan bersembunyi di balik kaki Ayah. Kemudian Ayah selalu menggendong untuk mempertemukan tangan saya pada orang yang minta berkenalan sembari mengeja nama saya "Namanya Ummul Khairi".
Jika malam tiba, saya selalu diajarinya tajwid. Di umur yang masih kecil saya harus sudah bisa mengaji Al-Quran dan Ayah keras dalam hal ini. Pernah Ayah membentak ketika saya salah melafalkan Doa Qunut. Saya menangis dan Ayah menyuruh mengambil wudhu. Begitu pula dirinya. Semua berlaku hingga saya SMA.
Ayah dengan 3 anak kecil tadi mengingatkan saya pada Ayah. Pada lelaki manapun di dunia ketika ia bisa menemani anak-anaknya sepulang kerja. Saya pernah melihat seorang Ayah mengajak anaknya pergi ke Taman Sari ketika sore. Ayahnya mengamit dua lengan anak-anaknya. Mereka sedang bermain "jarak-jarakan". Jarak kaki siapa yang melangkah kedepan dengan cepat dan lebar-lebar, maka dia yang akan menang. Tentu saja Ayahnya mengalah dan kedua anak-anaknya yang menang. Skenario yang dibuat seorang Ayah agar kedua buah hatinya bahagia sore itu.
Saya juga pernah melihat seorang remaja laki-laki pergi bersama Ibunya ke sebuah toko roti. Kebetulan di toko itu juga merangkap sebagai cafe. Mereka duduk di depan saya. Mereka memesan ice cream. Ibu dan anak lelaki ini mengobrol sambil sesekali tertawa. Pasangan yang serasi antara Ibu dan anak lelaki. Saya juga punya teman yang selalu menemani Ibunya belanja ke pasar saban Minggu pagi. Menggantikan Ayahnya untuk menemani ibu. Semua bukan skenario yang dibuat-dibuat seperti menyenangi hati anak-anak kecil tadi. Jika pun hanya skenario, saya yakin lelaki-lelaki yang seperti itu tulus.
Lelaki. Meski kadang egonya tinggi dan selalu bersikap rasional, mereka punya bagian dimana mereka harus memberikan respect sebagai lelaki. Sebagai pelindung. Sebagai hero. Semuanya berlaku untuk orang-orang yang mereka sayangi. Mereka tak segan memberi apapun jika wanita bisa memberikan apa yang mereka butuhkan, pelabuhan untuk segala kepenatan hari-hari yang dijalani.
More...

Pagi tadi, mama memaksa saya bangun dari tidur. Ada berita yang kurang menyenangkan. Bayi dalam janin adik sepupu saya meninggal. Bayi tersebut lahir prematur. Saya pikir bayi kecil itu sudah lebih dulu tiada sebelum dilahirkan. Bayi itu lahir melalui opreasi ceasar dan sesaat kemudian Ia dipanggil Tuhan. Saya tidak tahu pasti apa yang menjadi penyebab janin berumur 7 bulanan tersebut lahir prematur. Apakah fisik si ibu kurang sehat atau sesuatu terjadi pada janinnya sebelum bayi lahir pada saatnya. Saya hanya mencoba memahami bahwa hal ini adalah rencana Tuhan.
Adik sepupu saya masih berumur 20 tahun. Beda satu tahun di atas saya. Ia menikah di awal menjejaki kuliahnya di Fakultas Kedokteran. Bahkan di usia yang cukup muda ia sudah berani mengambil keputusan untuk menikah. Saya masih ingat ketika kecil, kami pernah bermain bersama dan saya pernah menginap di rumahnya. Satu hal yang membuat ia berbeda karena ia lebih ceriwis dibanding abang, kakak dan adiknya. Saat ia remaja, ia sudah merantau ke pulau Jawa. Dan, lagi-lagi sebuah keputusan yang besar ia ambil dalam usia dini.
Mungkin, saya belum terlalu paham bagaimana kehilangan seorang anak yang lahir dari rahim sendiri. Karena saya belum menikah apalagi punya anak. Tapi, satu hal yang saya paham bahwa kehilangan seseorang yang paling dekat dan sangat berarti dalam hidup, sungguh bukan merupakan hal yang mudah. Saya pernah kehilangan adik kandung saya. Saat itu saya masih kelas 5 SD dan adik lelaki saya kelas 3 SD. Anehnya, kami sekeluarga tidak pernah tahu ia sakit apa. Ia hanya demam layaknya anak-anak dan ia lebih banyak mengingau dari pada terjaga. Ia tidak menunjukkan reaksi seperti layaknya orang yang mengidap penyakit. Beberapa hari kemudian, saat ayah dan mama membawa adik kerumah sakit beserta keluarga yang lain, belum sempat di diagnosis mengenai penyakitnya, adikku sudah lebih lebih dulu dipanggil Tuhan. Pada usia sedini itu, saya sudah harus mengerti tentang rasa kehilangan dan itu menyakitkan.
Ayah pernah berkata, setiap ruh seseorang sebelum ia hidup di dunia, akan dimintai perjanjian. Apakah itu langkah, jodoh, rezeki, juga ajal. Ketika ditanyai satu persatu oleh Allah tentang kesanggupan ruh tersebut menjaga dan menjalanakan amanah Allah di dunia, ada 3 jawaban yang akan diberikan. Ada ruh yang menjawab tidak sanggup sama sekali untuk menjaga dan menjalankan amanah Allah. Ruh dalam jasad seorang manusia akan bertahan ketika ia masih bayi. Kemudian ada ruh yang menjawab kadang sanggup kadang tidak. Maka, ruh dalam jasad seorang manusia akan bertahan kisaran umur remaja yang belum akil baligh. Dan, yang terakhir, ada ruh yang menjawab dengan kesanggupan penuh, maka ruh dalam jasad seorang manusia akan bertahan hingga ia dewasa kisaran umur 20-an ke atas. Wallahualam bishawab.
Hingga hari ini, adik sepupu saya masih di rumah sakit. Jiwanya masih terguncang. Kehilangan seseorang yang sangat berarti dalam hidup sungguh tidak mudah. Dan, memerlukan waktu lama untuk mengembalikan keadaan seperti semula. Apalagi yang dialami ibu untuk seorang anaknya. Saya yakin, seorang wanita akan mengerti bagaimana sakitnya melahirkan seorang anak ketika suatu saat nanti ia juga akan merasakan hal serupa. Bagaimana kasih seorang ibu tidak akan pernah layak dibalas walau kita punya emas segunung pun. Jadi, sangat benar jika surga memang terletak di bawah kaki ibu. Karena cinta dan sayang seorang ibu, kita ada dan kita hidup. Dan, seseorang tidak akan pernah tau bahwa seseorang begitu berharga dalam hidupnya sampai ia benar-benar kehilangan orang tersebut.
Luangkan sejenak waktu untuk mereka, orang-orang yang paling dekat dengan kita, keluarga. Kita bisa meraih segala kesuksesan bukan karena keringat kita, melainkan doa mereka, ayah dan bunda.
nb: Untuk adik sepupuku, Oni. Allah tidak diam. Bersabarlah, karena Allah sedang mempersiapkan hadiah yang lebih baik lagi. Dan, untuk adik kecilku, Akin. Apalah yang bisa kulakukan, karena Akin sudah bahagia di Syurganya Allah.
More...
Adalah ayah, yang bangun sebelum subuh untuk menjadi imam di masjid dekat rumah kami. Ayah, satu-satunya orang yang bersikeras menamai "ibu kebaikan" dalam ejaan Akta kelahiran, ijazah, KTP dan tanda pengenal lain milikku. Adalah ayah, yang keras terhadap anak-anaknya dalam urusan keyakinan beragama dan penerapannya. Kalau orang bilang ayah no 2 setelah ibu, aku tidak mau ayah ditempatkan pada nomor apapun. Ayah bukan level yang harus terus berada di puncak sekalipun di urutkan dalam bilangan 1, 2 dan 3 yang kalian kenal.
Ayah adalah lelaki satu-satunya yang memikul beban dalam keluarga, masyarakat juga keluarga kecilnya. Kawan, aku bisa mendiskripsikan ayah satu-satu. Kau pun juga. Punya deskripsi masing-masing untuk lelaki bernama ayah. Tapi, apa kita sudah mengenalnya utuh? Atau setidaknya pernahkah secara khusus menanyakan, apa yang ia inginkan agar punya bahagia?
Aku punya banyak buku tentang kenapa wanita seperti ini dan kenapa lelaki seperti itu, tentang perbedaan komunikasi wanita-lelaki dengan penulis ternama yang hebat-hebat. Tapi aku lupa satu nama, ayah. Ayah bisa mengenalku utuh dari raut muka dan mata. Hanya sekali baca dan aku telak, "iya ayah, aku seperti ini".
Ayah, bukan lelaki yang menghabiskan banyak waktu dirumah. Jika dirumah, ia membaca kitab-kitab huruf jawinya atau mengajarkan kami-aku dan adik lelakiku- islam secara ilmu fiqh. Meski kerap mata tak mau kompromi jika ayah membacakan kami isi di dalam kitabnya, ia hanya punya satu keinginan, bahwa jika ia bersaksi meghadap Tuhan, ia akan menyebut nama kami sekeluarga sebagai tanggungan amanahnya dalam memberikan ilmu.
Malam ini, ayah bercerita tentang kematian. Katanya seseorang harus mengingat mati dalam hidupnya 20 kali dalam sehari. Karena suatu saat manusia akan mati. Mati seperti kekasih yang tak lekang dimakan usia, kekasih yang pasti akan hadir, kekasih yang akan kembali pagi-siang-malam. Mati tak akan lari, meski kita tepis, meski kita hindari. Dan, untuk apa kita hidup? Tentu, untuk mempersiapkan kematian dengan pundi-pundi tabungan amal selama hidup.
Ayah, anakmu tak mengerti kenapa ia harus mencintaimu. Bagaimana mencintamu dengan caranya sendiri. Ayah, terkadang dalam hidup kita harus tau tentang sebuah alasan menjalani dan merasakan sesuatu, semua hanya untuk ketika kita keluar dari garis tersebut, kita kembali lagi dengan alasan semula. Namun ayah, terkadang dalam hidup kita tak perlu tau tentang sebuah alasan mencintai, karena nanti Tuhan akan menyisipkan alasan tersebut dengan bahasa, bukan dengan kata-kata. Maka, jangan tanya alasan kenapa aku mencintaimu. Aku bebal untuk urusan remeh-temeh itu dan tak mampu merangkainya untukmu. Aku ingin ayah tau, bahwa terkadang cinta tak perlu di ucap untuk membakukan rasa. Cukup ayah tau, aku punya segenap cinta untuk ayah yang tak berbatas.
More...