Salam..
Tempo hari saya berjalan di sebuah jalan yang cukup lebar. Tidak terlalu banyak kendaraan yang lewat, meski cukup bising. Mata saya tertuju pada sebuah rumah sederhana. Tamannya begitu luas, hingga saya bisa melihat matahari tenggelam kesukaan saya. Disana, semua rumput segar yang berwarna hijau tidak mengganggu jalan setapak menuju taman yang diberi nama 'Rumah Tinggal Selamanya'.
Pikiran saya kembali terbentang pada 3 tahun silam. Ketika saya memutuskan untuk tinggal disini lebih lama. Ternyata waktu begitu cepat berganti hingga 3 tahun itu punya banyak sekali kenangan yang sangat sulit dilupakan. Disini, saya begitu banyak mendapatkan cinta dan rasa. Banyak yang menemani. Banyak yang mengisi. Banyak yang datang. Begitu banyak pula yang pergi. Termasuk saya. Saya memutuskan untuk tidak tinggal disini lebih lama. Apakah terlihat begitu gegabah? mungkin iya jika hanya 'dilihat' tapi rasa tidak seperti yang 'dilihat', karena rasa menggunakan hati untuk 'melihat'.
Saya akan pulang kerumah baru. Untuk selamanya. Sebuah tempat hidup penuh kebahagiaan bersama orang-orang yang saya cintai, selamanya :)
-Dalam derasnya hujan diluar sana-
Ketika kita ingin semua berakhir dalam gerakan yang lambat.
Ketika kita ingin duduk sejenak menyantap manisan dalam waktu yang semakin cepat.
karena aku tak bisa menunggu lama, setelah kamis siang nanti.
More...
Lamaaa sekali tidak menulis di rumah ini. Saking lamanya 'aaa'-nya menjadi triple. Sebuah analogi betapa rumah ini jarang saya kunjungi. Hanya sesekali mampir untuk mengobati rindu. Bukan. Bukan karena saya sedang "mempoles" rumah baru atau menggandakan properti disana. Bukan itu. Tapi karena saya punya banyak kekurangan, salah satunya sulit mengatur waktu antara blogging dan skripsi. Jujur. Jika sudah menulis disini, ada segudang kerinduan yang ingin saya tulis, ada ide-ide yang ingin disuarakan, ada kritikan tajam yang ingin saya asah, juga sampah-sampah di kepala yang hampir menjadi sarang laba-laba. Jika dibandingkan waktu antara mengerjakan skripsi, blogging juga blogwalking maka skala perbandingannya 1:2. Sangat tidak efisien menghabiskan waktu kesenangan dibandingkan melakukan tugas yang kapasitasnya lebih urgent, seperti skripsi misalnya. Oleh karena itu, saya memilih untuk tidak berlama-lama menulis juga blogwalking. Bukan tidak ada waktu. Tapi waktu yang ada ingin dipergunakan dengan lebih bijaksana. Toh, nantinya jika selesai skripsi, saya bisa menulis sepuasnya. Dari pagi hingga petang, dari petang hingga pagi lagi. Alasan lainnya, saya takut kebablasan curhat yang tidak penting :p *lha ini curhat kan?
Ujung-ujungnya, sebagai pengobat kerinduan akan blogging, saya merealisasikan impian 10 Agustus lalu, untuk membuat blog khusus foto-foto. Saya tidak berbakat di bidang fotografi. Hanya saja-meminjam istilah teman- ingin melihat dunia dari sisi yang berbeda. Serunya punya blog khusus foto itu, salah satunya tidak perlu banyak berkata-kata. Karena satu gambar saja sudah menceritakan banyak hal. Hanya sesekali saya mengkaitkan beberapa situasi yang menurut kaca mata saya sepeti ini dan itu dengan perlakuan itu dan ini.
Pernah tidak, saya mengatakan kalau saya ini orang yang terstruktur? Mudahnya seperti ini. Jika ada formasi atau target yang telah disusun tapi tidak berjalan semestinya, saya gampang terpuruk. Seringkali hal ini mendominasi jika semangat saya meletup. Segala usaha sudah maksimal tapi eh ujung-ujungnya gagal. Ini juga salah satu kekurangan saya. Saya gampang sekali kecewa. Tapi sisi baiknya adalah, saya tidak mau berlarut-larut. Tidak baik untuk pikiran maupun hati. Oleh karena keterstrukturan tersebut saya lebih sering membuat agenda harian, mingguan, bulanan dan tahunan. Biasanya agenda atau target-target itu sudah tersusun dalam buku harian ataupun mading pribadi di kamar. Untuk apa? Agar saya selalu bisa mengingat kembali jika kemudian lupa. Beberapa target harian kadang saya Kicaukan di laman pribadi. Percaya atau tidak, karena sering dilihat dan dibaca, semuanya bisa terealisasi, dengan usaha tentunya. Dengan izin Allah pula, jika ingin sesuatu dan diucap, dibaca, dilihat secara berulang-ulang, secara tidak sadar semuanya terekam ke alam bawah sadar, dan InsyAllah pasti dikabulkan. Jadi kawans, keinginan saya yang paling besar tahun ini adalah lulus sarjana di bulan November 2012. Doa ini pula yang selalu saya pinta pada Allah di bulan Ramadhan lalu. InsyAllah, dengan usaha, doa dan tawakal, Allah merealisasikan doa-doa saya dan doa-doa kawan semua.
Jadi, tidak apa-apa ya, kalau rumah ini hanya saya kunjungi sesekali. Hanya untuk memastikan bahwa semua save and secure. Pintu, jendela, kran air, kompor gas tidak menyala, lampu selalu dimatikan juga gembok pagar selalu terkunci. Tapi, saya (sungguh) tidak bisa menahan diri jika punya referensi buku yang sangat bagus untuk ditulis ulang disini. Bagi saya tulisan berupa referensi buku-buku yang dibaca adalah sedekah. Jika ada kawans yang belum mampu beli buku tersebut lalu tanpa sengaja mampir dirumah ini, tidak ada salahnya saya menjamu dengan tulisan-tulisan yang berbobot. Walau saya bukan si pengarang buku, setidaknya rumah ini menjadi perpanjangan lisan dari intisari buku tersebut. Yaa, inilah sedikit amal jariyah yang bisa saya bagi.
Mulai kedepannya, mungkin skala menulis saya menjadi berkurang. Tapi InsyAllah, walau sedikit bermanfaat. Doakan doa-doa saya dikabulkan ya dan InsyAllah akan digandakan juga pahalanya untuk kawan-kawan.
Tetap semangat untuk berbuat kebaikan dan selalu hadirkan Allah dalam setiap gerakan :)
More...
It's about honesty...Sometimes a little discomfort in the beginning, can save a whole lot of pain down the road.
*All these year, we never really talked. More...
Dulu sekali, sejak saya berkenalan dengannya, ada sesuatu yang dapat saya lihat. Entah karena sebuah bentuk kekaguman atau terpikat. Bagaimanapun cara ia berkisah, cara ia menyampaikan, caranya berjalan, memeluk, caranya memanjakan, membuat ia begitu istimewa. Dalam sebuah Rumah Tuhan ia pernah bercerita. Tentang apa yang ia kejar. Tentang yang sebenarnya dicari. Untuk siapa dan kemana muaranya kelak.
Seorang Wanita yang terpaut usia cukup jauh jaraknya dengan saya. Mungkin orang lain boleh berpendapat bahwa usia bukan faktor utama seseorang disebut dewasa. Bagi saya, usia linier dengan pengalaman. Pengalaman yang menjadi batu-batu loncatan. Sejauh apa ia mempelajari hidupnya, sendiri atau bersama dengan orang lain, sebanyak apa ia bertemu dengan karakter orang berbeda dan bagaimana ia ‘menyentuh’ hati-hati mereka. Dan ia, berhasil menembus hati saya. Hanya ketika ia menatap, saya mampu menangis berlipat-lipat.
Kawan, tahukah kalian bahwa kadang, apa yang menurut kita tak cukup pantas untuk dipertahankan, yang menurut kita keluar dari ‘jalur’ untuk segera diperbaiki, lebih banyak diperankan oleh ego. Dan jika ego lebih banyak dimainkan, maka bersiaplah untuk kecewa.
Siapapun kita, saya, bahkan wanita itu pernah ingin mengubah ‘jalur’ itu dengan dominasi egonya. Merasa ia pantas mengubahnya dengan bekal puing-puing pengalaman hidup. Waktu demi waktu, ‘jalur’ yang ingin ia ubah itu tidak membuahkan hasil. Cenderung stagnan. Bahkan jejaknya pun tak tampak. Ia tidak menyerah. Wanita bermata empat itu melihat lagi kedalam hatinya dengan menambal semua kekurangan. Sampai tiba dimana ia butuh sendiri. Pada posisi vertikal. Ia dan Tuhan. Melihat sekeliling hanya akan menambah beban. Dan kemudian, ia hanya berdua saja. Kembali dengan egonya.
Sebenarnya, apa yang ia kejar? Apa yang ia cari dengan harus mengubah ‘jalur’ itu? Untuk mendapat pujian bahwa ia hebat? Untuk membuktikan bahwa ia bisa menghadapi siapa saja? Pertanyaan dasarnya adalah, kenapa harus manusia yang mengubahnya kalau sebenarnya ada Tangan Tuhan yang lebih menggenggam? Bukankah kita-manusia hanya perantara saja?
Ini aneh. Ketika ia berusaha meregangkan sedikit saja genggamannya atas ‘jalur’ itu, perlahan apa yang diinginkan ia dapatkan. Ia tak berusaha barang sejengkalpun untuk mengubah keadaan lagi. Ia tunduk pada Tangan Tak Tampak. Dengan sendirinya kebaikan yang diharapkan muncul. Lalu, adakah hal lain yang ia kejar jika manis madu itu telah diteguk? Adakah hal yang lebih baik selain Tangan yang telah mengusap lembut tiap sela hatinya?
Kenapa ya? Pada saat hati terlalu memaksa kehendak, justru ia menjauh. Namun, pada saat hati berani melepaskan, menyerahkan seutuhnya pada Tangan Tak Tampak, justru keadaan berubah terbalik. Ia mendekat. Mungkin saat menggenggam terlalu erat, ia berpaling untuk mencari kelapangan. Mungkin juga mencari sesuatu yang dibutuhkan. Karena sering kali kebutuhan tidak berbanding lurus dengan keinginan. Dan, kadang keinginan hati belum tentu lebih baik dari kebutuhan itu sendiri. Dunia kadang memang aneh. Pada akhirnya kebaikan itu akan terus mencari hakikatnya.
More...
Pagi dingin. Tapi tidak untuk orang-orang yang cekatan mengeluarkan balok mesin-mesin tua. Mereka gegas memburu waktu. Berkejaran dengan selimut kabut dari Tangan Tak Tampak. Menghalau rintik air yang turun perlahan dari langit. Di luar terlalu bising. Mereka tidak memberi kesempatan padaku untuk sedikit saja mengejamu. Setidaknya, biarkan aku meresapimu dalam-dalam hingga ke titik nadir.
Kau dan hujan yang bersahutan diseberang sana. Kau dan diammu. Kau dan abdimu. Aku dan sendiriku. Aku dan caraku menyimpanmu rapat.
Dalam rintihan langit dan kapas hitam yang menggumpal, ada sembilu yang ingin ku cerca. Ada sekat yang ingin segera kulepas. Ada belikat yang terus menggrogoti hingga ke sumsum. Ada rasa yang ingin diungkap. Namun bodohnya, aku tak tau dengan cara apa. Seperti bayi yang baru lahir. Bersahut-sahutan suara tangis yang ingin diperdengarkan pada orang tuanya. Bahwa aku lapar, bahwa aku dahaga. Aku seperti orang bisu yang tiba-tiba bisa berbicara. Tak tau harus memulai kata apa, karena begitu banyak kalimat yang ingin keluar. Seperti bom molotov yang siap meledak. Meletup-letup tak beraturan. Menelisik, menggerus, mengganda, meneriaki.
Aku seperti si tuli yang mendapat titah untuk mendengar kembali. Ingin mendengar semua hal. Tapi disaat yang sama butuh filter untuk menyaring suara-suara yang datang. Bahkan mendengar desauan angin pun seperti sia-sia.
Aku seperti ingin terbang segera setelah mendapat sayap. Namun lagi-lagi tak tau harus kemana, sedang aku ingin pergi ke banyak tempat. Aku seperti jutawan baru yang mendapat harta karun berharga. Tak tau harus membelanjakan uang kemana.
Bahwa aku punya milyaran kata cinta terindah, namun tak mampu kuucap se-milyaran itu. Karena terlalu bahagia. Akhirnya hanya bening-bening kecil yang akan pecah. Batapa aku tak bisa mengungkap sepatah katapun ketika mendapatnya. Segala yang masih klimaks, hingga tak sepenuhnya tatanan itu terkumpul lengkap.
Lihatlah kini. Tuhan telah menjamah tiap relung hati. Aku hanya punya satu sikap yang ingin kutunjukkan pada Tuhan betapa aku menyayangiNya, sekaligus merasa tak pantas mendapat kasih sayangNya. Betapa aku terlalu sombong untuk bersikap sederhana. Betapa aku terlalu ceroboh untuk tidak gegabah. Betapa aku terlalu munafik untuk sekedar berkata cinta. Untuk sekedar menunjukan cinta.
Saat tidak ada yang paling rendah selain sujud kepalaku dibawah KakiMu Yang Maha Agung seraya berucap “Aku ingin memelukmu. Tak sekalipun kulepas lagi”. Lalu kemudian aku kasmaran. Hanyut antara aku dan Tuhan. Hanya berdua saja.
Lihatlah madu manis itu. Dengarlah angin syurga itu. Tuhan punya jawaban sendiri. “Kemari duhai hambaku…apa yang membuatmu sakit? Bagian mana yang sakit itu? Mari kuobati. Masihkah sakit hambaku? Datang padaku, biar ku obati hingga engkau sembuh”.
Kawan, apa yang bisa kujelaskan pada bagian ini selain cinta yang berlipat-lipat.
More...Dan, aku masih disini,
Mencintaimu.
Entah kenapa.
Bukan kesulitan yang membuat kita takut, tapi ketakutan yang membuat kita sulit. Karena itu jangan pernah mencoba untuk menyerah dan jangan pernah menyerah untuk mencoba dalam amanah, keikhlasan dan kejujuran. Maka jangan katakan pada Allah aku punya masalah, tetapi katakan pada masalah AKU PUNYA ALLAH Yang Maha SegalanyaMore...
-Ali Bin Abi Thalib
Beberapa hari lalu saya bermimpi cukup aneh. Mimpi aneh bukan pertama kali saya alami. Saya tipe orang yang available tidur dimana saja. Asal sudah lelah, bosan dan butuh istirahat, saya menyempatkan untuk tidur. Mungkin untuk sebagian orang, istirahat cukup di malam hari. Yaitu tidur pulas. Sebagiannya lagi, istirahat bisa dalam kondisi apapun. Termasuk tidur siang. Jadi, tidak heran budaya Siesta sangat lazim dijumpai di Spanyol. Tapi saya tidak akan membahas lebih lanjut hal itu.
Kembali ke mimpi yang aneh. Anehnya, jika rata-rata orang butuh tempat yang nyaman dan sunyi untuk bisa menghadirkan mimpi, saya malah bisa terbang ke alam mimpi dalam kondisi apapun. Including take a nap. Lima menit saya sandaran di kursi dalam kondisi sangat lelah, saya bisa masuk ke alam bawah sadar, mimpi. Mimpinya pun beragam. Beberapa mimpi yang akan saya ingat termasuk penting dan bisa pula "mengatakan" sesuatu. Dulu saya pernah bermimpi berkenalan dengan seseorang yang bernama Candra. Candra mengenalkan dirinya tanpa pernah saya lihat wajahnya. Waktu berlalu. Dan saya bertemu dengan seseorang yang bernama Candra. Yaitu senior saya di Fakultas. Selebihnya tidak ada, dan kami tidak pernah berkenalan secara langsung. Hanya sekedar tahu saja.
Mimpi yang lain saya alami ketika Ramadhan. Hampir sebagian besar mimpi-mimpi itu akan "mengatakan" sesuatu. Dan, keesokan harinya, saya selalu bertemu dengan orang-orang yang diceritakan pada mimpi itu. Mungkin sebagian orang menganggap mimpi adalah bunga tidur. Atau lebih tepatnya mimpi adalah reka ulang kejadian yang sudah dialami seseorang pada waktu yang lalu. Karena terlalu mengingat kejadian demi kejadian, akhirnya alam bawah sadar kita merekam dan memutar kembali keadaan yang sama di dalam mimpi.
Bercerita mimpi yang beberapa hari lalu terjadi, saya pikir ada jawaban yang belum terjawab saat ini. Dalam mimpi itu, saya makan siang dengan keluarga di salah satu rumah makan yang menyajikan ayam bakar sebagai menu utama. Anehnya, rumah makan tersebut menghadirkan chef yang sangat kita kenal. Siapa lagi kalau bukan Farah Queen. Dalam dunia nyata, saya sangat suka menyaksikan Farah ketika memasak. Sebagian menu-menu cakenya saya catat. Saya sangat suka membuat cake. Mungkin wajar-wajar saja jika Farah hadir di mimpi saya. Yang tidak wajarnya adalah seperti ini.
Ketika saya memuji masakan dan menanyakan resep masakannya-masih dalam mimpi- Farah berkata ia tidak punya cukup waktu untuk berbincang lama karena jam terbangnya padat. Ia pun berjanji untuk melayani saya via Yahoo Messenger. Dan, keanehan pun mulai terjadi. ID Yahoo Messenger seorang Farah Queen adalah mahakamagung@yahoo.com.
Olala...seketika itu juga saya terbangun. Belajar dari pengalaman The Beatles yang menghasilkan lagu fenomenal Yesterday yang tercipta sesaat setelah bangun dari tidur, saya pun bergegas mengambil HP dan mencatat ID Chef cantik eksotik itu. Siapa tahu memang benar!
Otak saya kembali berputar. Loading cukup lama untuk menyuruh tangan membuka laptop dan mencari di mesin pencari Google. Kata kunci yang saya ketikkan adalah mahakamagung. Tidak ada kata kunci yang benar-benar pas dengan mahakamagung selain ini. Saya tidak berhenti mencoba dengan kata kunci lain. Kali ini Farah Queen. Sekilas saya baca, Farah lahir di Bandung dan menikah dengan seseorang berkebangsaan asing. Memiliki satu anak bernama Armand. Walau dalam salah satu tayangan acaranya ia pernah menyebutkan bahwa Palembang adalah kampung halamannya, tetap saja tidak ada kata identik antara Farah, Bandung, Palembang dan mahakamagung. Baik. Kali ini kata kunci terakhir. Mahakam. Sungai Mahakam. Sungai ini adalah sungai terbesar di Provinsi Kalimantan timur yang juga tidak ada hubungan sama sekali dengan Farah, Bandung, Palembang- sebagai ibu kota Sumatera Selatan, Sungai Mahakam dan mahakamagung.
Sebelum saya mengaktifkan YM!, ada rasa sedikit takut. Bukan takut dengan seseorang dibalik ID tersebut yang bisa saja berniat buruk, tapi saya takut bisa jadi ID itu adalah sarang virus paling ganas. I hate thread so far. Tapi demi memuaskan rasa penasaran, saya coba meng-add ID mahakamagung@yahoo.com. Ternyata tidak valid. Saya makin penasaran. ID tersebut saya kombinasikan lagi dengan angka, titik, strip dan underscores. Hasilnya tetap tidak valid. I quit. Farah Queen tidak pernah punya ID mahakamagung!
Kata orang. Tidak ada sesuatu yang terjadi secara kebetulan di dunia ini. Angin jatuhpun Tuhan tau. Tapi, dalam sebuah buku tentang istikharah yang saya pernah baca, untuk seorang manusia biasa, tidak selamanya mimpi itu berarti jawaban dari doa-doa. Hal ini berprinsip bahwa mimpi yang di titahkan langsung oleh pencipta terhadap manusia hanyalah untuk seseorang yang suci seperti Nabi. Contohnya saja mimpi Nabi Ibrahim menyembelih ismail, atau Nabi Yusuf yang bermimpi melihat bintang. Pantaskah kita sebagai manusia biasa diberi mimpi selayaknya para Nabi dan Rasul? Wallahualam
Tidak ada yang kebetulan di dunia ini. Saya percaya itu. Siapa tahu nantinya saya bekerja pada pabrik industri mahakamagung atau saya sendiri yang memimpin perusahaan tersebut.
Hehehe...You'll never know :D
More...
Hari ini adik saya, Lala, berulang tahun yang ke-10. Usia yang terbilang cukup dewasa untuk ukuran anak-anak. Artinya, Lala tidak boleh lupa lagi pada shalat 5 waktunya, bacaan shalat, beberapa hukum tajwid dalam membaca Al-Quran, juga sudah harus bisa membantu saya mengurus rumah :D
Karena ank paling bungsu, hampir semua permintaannya dituruti. Tahun ini ia minta dibelikan sandal baru dan helm. Jauh sebelum hari ulang tahunnya, ia sudah sibuk minta dibelikan beberapa bahan cake. Jadilah tahun ini request cakenya adalah brownies. Tentu saja yang harus membuatnya saya. Baiklah. Untuk adik tersayang, saya membuatkan Chocolate Cheese Brownies. Brownies kukus terbilang pertama kali saya buat. Biasanya setiap cake yang saya buat menggunakan oven. Awalnya tidak pe-de. Takut gagal. Takut cakenya bantet dan tidak lembut. Tapi selalu ada yang pertama dalam segalanya, bukan? Then, Alhamdulillah cakenya sukses. Campuran coklat dan keju merupakan perpaduan rasa yang unik.
Beberapa cake yang pernah saya buat seperti Chiffon, Tiramisu Cake, Lapis Surabaya, Marmer Cake, Black Forest #kue klasik, dan Chocolate Cheese Brownies. Dari beberapa panganan diatas, Tiramisu Cake adalah Masterpiece saya. Setidaknya Mama dan adik lelaki saya yang mengatakan begitu. Dibanding yang lain, Tiramisu memiliki kerumitan tersendiri. Oleh karena itu, penyajiannyapun hanya setahun sekali. Tepatnya ketika lebaran. Malahan, lebaran tahun lalu, Mama request 2 loyang tiramisu sekaligus!
Setiap awal bulan, dirumah kami selalu penuh dengan panganan. Salah satunya cake. Kami sekeluarga sangat menyukainya. Ketika ada rezeki lebih, saya juga senang membeli cake apapun untuk dibagikan bersama keluarga. Mereka memiliki pendapat masing-masing jika menyangkut soal rasa. Dan, setiap toko kue yang saya hunting di Banda Aceh memiliki cita rasa tersendiri. Jadi, setiap kue yang berbeda jenisnya tidak bisa dibandingkan satu sama lain.
Dulu pernah saya memesan Green Tea Roll Cake pada seorang kerabat. Saya memilih bolu gulung ini karena, selain belum pernah mencicipinya, Green Tea Cake memang terbilang jarang tersedia di toko-toko kue. Namun saya mendapat komentar berbeda dari keluarga. Hingga pernyataan yang sedikit berlebihan keluar dari mulut Mama.
"Diantara kue yang pernah Mama makan, Mama paling suka Tiramisu" Mama bisa bilang seperti ini mungkin karena lidah orang pada umumnya hanya mengenal rasa coklat, keju, mocca dan pandan. Jadi, ketika dihadapkan dengan rasa yang terbilang baru dan ganjil, perlu penyesuaian terlebih dahulu. Ah...bagi saya, tiramisu ya tetap rasa tiramisu, tidak bisa dibandingkan dengan green tea, coklat maupun pandan. Dan, tentang rasa, semua orang boleh punya pendapat berbeda.
Anyway, tidak ada makanan yang tidak enak, tidak ada lagu yang diciptakan jelek, semua hanya perihal suka dan tidak suka. Saya tidak suka terasi, bukan berarti terasi tidak enak, atau saya tidak suka lagu-lagu Justin Beiber juga bukan berarti lagunya jelek, semua hanya suka dan tidak suka. Dan, suka-tidak suka itu relatif. Personal sekali.
More...
Ya Allah, buatlah aku rela dengan keputusan-Mu, hingga aku tidak suka minta dipercepat apa yang kau tunda, dan minta ditunda apa yang kau percepat.
— Doa Umar bin Abdul Aziz More...
Saya sering membicarakan tentangmu bersama Tuhan, mendiskusikanmu, merencanakan sesuatu, dan menebak sesuatu. Tuhan selalu memberikan jawabannya, tapi Dia terlalu romantis dan suka memberi kejutan. Saya hanya berharap Tuhan secara diam-diam mengatakan kepadamu tentang apa yang sering saya dan Tuhan bicarakan.More...

" Kak Ai, hewan punya agama?"
"Hm, tumben adek nanya gitu"
"Pingin tau aja. Kalau kita lebaran, hewan tau gak?"
"Udah tidur terus, besok harus bangun pagi."
Semalam adik saya bertanya demikian. Menggelikan memang. Sekaligus membuat saya bertanya-tanya. Bukan jawaban atas pertanyaan yang diajukan. Tapi mengapa adik perempuan saya bisa bertanya seperti itu. Kadang, pertanyaan-pertanyaan outstanding seperti itu sering diajukan oleh anak-anak. Seperti pertanyaan klasik yang satu ini. Dari mana datangnya adik bayi? Nah, jika kalian diberi pertanyaan seperti itu, bagaimana menjawabnya? Umumnya orang dewasa terlalu "berpikir keras" untuk memberikan jawaban yang tepat. Pertanyaan yang sama juga pernah ditanyakan oleh adik saya kepada mama. Saking tidak tau apa yang harus dijawab, pertanyaan itu dijawab sekedarnya saja oleh mama.
"Adek dikasih oleh Allah" adik saya masih penasaran,
"Jadi, Allah kasihnya dari langit? Jatuh dong nanti."
Da, sering kali rasa penasarannya harus usai secara terpaksa dengan mengalihkannya pada hal lain. Oh ya, adik saya juga pernah bertanya seperti ini
"Kak Ai, masa orang gede masih pakai pempers?" Saya yang sok pintar ini pun berdalih,
"Nanti waktu gede adek tau sendiri" percakapan selesai.
Mengenai pertanyaan, hewan punya agama atau tidak, tidak pernah saya tanyakan pada siapapun. Jangankan bertanya. Timbul pertanyaan seperti itupun tidak pernah. Untuk saya, seorang yang memiliki agama, pasti percaya dengan agama yang saya anut. Apapun agamanya (samawi), semua yang beragama pasti yakin ada kekuatan besar yang mengatur dunia beserta isinya. Bahkan satu lembar daun yang jatuhpun Tuhan tau, apalagi hewan. Apapun yang Diciptakan telah dijamin keberadaannya, eksistensi, juga rizkinya.
Sejatinya, seluruh manusia yakin akan keberadaan Tuhan. Hanya saja agamanya berbeda-beda sesuai keyakinan. Agama harus ada karena didalamnya terdapat aturan-aturan yang harus dipahami. Kebaikan mana yang harus didapatkan dan keburukan mana yang harus dijauhi. Jika seorang manusia telah memilih agamanya, pastinya manusia tersebut meiliki akal. Dan, akal inilah yang tidak ada pada hewan. Dan hal itu pula yang membedakan manusia dan hewan. Hewan hanya diberi naluri kehewanan. Seperti makan-minum, memakan-dimakan, melawan-mempertahankan, berkembang biak, berkelompok dan lain sebagainya. Jadi, kemampuan berpikir untuk terikat pada aturan agama itu tidak dititahkan Tuhan pada hewan. Sekali lagi, ini menurut keyakian saya sebagai makhluk beragama dan meyakini Al-Quran dan Hadits sebagai pedomannya.
Nah, dalam Al-Quran, ada beberapa hewan yang secara special disebutkan didalamnya. Seperti lebah, semut, laba-laba, dll. Allah ingin menunjukkan bahwa dari hewanpun manusia bisa belajar banyak. Lebah misalnya. Manusia bisa belajar dari lebah untuk lebih bermanfaat bagi orang lain. Manusia bisa belajar dari semut yang bisa bekerjasama bahu membahu. Juga belajar dari jaring laba-laba yang rapuh, jangan sampai manusia keluar dari orbitnya Allah. Jika manusia itu memiliki kesempurnaan akal, lalu mengapa harus belajar lagi pada hewan? Hm, ternyata banyak manusia yang belum memanfaatkan kesempurnaan akalnya. Bahkan akalnya jauh lebih rendah dari hewan. Wallahualam.
Dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang, dan bahtera yang berlayar di lautan untuk kemaslahatan manusia, dan air yang dikirimkan Tuhan dari langit - yang dengannya dihidupkanNya bumi sesudah mati (kering) dan disebarkanNya berbagai jenis mahluk - dan angin serta awan yang bergerak dengan patuhnya ke berbagai arah di antara langit dan bumi; sungguh terdapat tanda-tanda bagi mereka yang menggunakan akalnya. (Al-Baqarah: 164)Ternyata, kita bisa belajar dari apa saja ya... More...
Berbicara topik ini membuat saya ketar-ketir duluan. Bukan karena tidak suka membahasnya, tapi lebih karena tidak pantas saja. Walau akhirnya harus setuju dengan sebuah wejangan yang pernah saya terima 2 tahun lalu. Saya pikir cukup pantas untuk dinikmati bersama. Terutama, asupan untuk diri sendiri yang harus percaya dengan Sang Maha Pengatur.
Suatu ketika pertemuan kami secara tak sengaja di mushala kampus. Ternyata pertemuan yang tak disangka itu membawa keberkahan tersendiri. Sembari memberi buku "Rindu Tiada Akhir" yang sangat ingin saya pinjam darinya, kami berbicara sejenak. Melepas rindu di Rumah Tuhan hingga menjelang petang. Menanyakan kabar serta kesibukan. Mendengar tausiah-tausiahnya yang sederhana, berdiskusi tentang banyak hal, hingga kapan akan menikah.
Pertanyaan yang salah untuk ditanyakan pada wanita berumur 26 keatas. Seperti disentil dari ujung yang paling dalam. Namun jawabannya selalu mencerahkan. Tidak pernah ada guyonan balik untuk menjatuhkan. She is sharp as ever!
Ia menceritakan tentang sahabat-sahabatnya yang sudah menikah, yang juga saya kenal baik. Tentang salah seorang diantara mereka yang menikah dengan teman masa kecil. Ada pula sahabatnya yang menikah pada pertemuan ke-5. Dan satunya lagi yang tinggal menghitung hari pernikahannya. Semuanya berbeda. Sama seperti Tuhan memberikan jodoh pada tiap manusia. Dengan jalan yang tidak pernah disangka. Beberapa diantaranya masih ada yang ditangguhkan jodohnya. Bukan karena Tuhan tidak ingin memberinya segera, namun saat ini kita ditempa sebagaimana calon suami atau istri kita kelak. Dia bisa jadi seseorang di ujung sana atau malah sangat dekat dengan kita. Dekat fisik. Hati berjauhan. Tapi pada saat yang bersaaman, dia juga diberikan masalah yang sama beratnya seperti kita yang akan menjadi calon suami atau istrinya. Jadi benarlah lagi kalam Allah, wanita yang baik untuk lelaki yang baik, wanita yang keji untuk lelaki yang keji. Secara lebih luas dapat diartikan, lelaki dan wanita yang akan berjodoh, akan setara tempaan juga cobaannya. Jika dalam beberapa hal tidak seperti yang telah disebutkan, maka hal itu merupakan cobaan yang InsyAllah ada hikmah besar didalamnya.
Lalu, saya bertanya lagi. Bagaimana meyakinkan diri bahwa dialah suami atau istri yang tepat untuk kita? Wanita berkaca mata dihadapan saya tersenyum sempurna. Ada gurat kepuasan di raut wajahnya sampai ia mengatakan satu hal, "Ibadah".
Menentukan dia adalah yang terbaik bukan perkara mudah. Karena ini adalah pilihan yang akan jatuh sekali seumur hidup. Satu untuk selamanya. Jika ibadah seseorang belum baik, maka jangan harap hati memberi petunjuk yang baik pula. Hal ini juga bisa diterapkan jika ada 1 dari sekian pilihan untuk pasangan hidup. Hati tetap akan memilih 1. Tidak lebih. Untuk itu, hati tidak boleh condong pada satu hal. Hati harus bersikap adil. Menakar baik buruk bukan perkara satu dua malam, bukan?
Saya mengangguk paham. Pada akhir diskusi kami, ia menutup dengan beberapa kalimat yang tak kalah berpengaruh. Biarlah Allah yang mengatur segalanya. Karena Allah yang akan bermain dan mengatur peraturan permainannya. Manusia tidak perlu repot-repot. Hanya BERUSAHA mengikuti aturan permainan tersebut. Allah telah mengatur perjumpaan seseorang dengan seseorang pada tanggal, waktu, menit, detik dan semuanya tak pernah meleset dari apa yang telah digariskanNya.
More...

It's a New Year's Day. Hari ini tepat di awal tahun 2012. Jika runut kebelakang sejenak, ada beberapa hal yang menjadi prioritas, keinginan dan sesuatu yang terjadi tanpa terlintas pikir. Dan, kenyataannya adalah sesuatu yang diluar prediksi lebih banyak mengisi ruang hidup. Kenapa ya? Saya juga tidak mengerti. Kadang ketika menginginkan sesuatu, saya mati-matian ingin mencapainya. Jika keinginan itu berupa properti dan membutuhkan dana lebih, saya menabung. Bahkan sempat saya jadikan target berapa nominal perhari yang harus dikumpulkan agar properti itu berada di genggaman. Namun keadaan berkata lain. Dana itu terpakai untuk hal yang lebih urgent kadarnya. Lain lagi dengan prioritas utama saat ini. Kuliah dan Tugas Akhir. Saya menambah beberapa mata kuliah yang ingin diperbaiki. Padahal kadarnya tidak terlalu urgent. Artinya kadar nilai yang ada sudah memenuhi kecukupan untuk lulus, tapi hanya karena ingin menjadi lebih baik, akhirnya harus berubah haluan. Switch to plan B. Ujung-ujungnya, Tugas Akhir menjadi nomor kesekian untuk dibereskan. Huf!
Nah, bagian ini yang saya tidak pernah mengerti. Hadirnya orang-orang yang mengisi hidup sepanjang 2011. Berbagai konflik, permasalahan yang meruncing, keputusan, bahkan cinta. Ternyata, semua terjadi bukan tidak punya alasan. Seperti lingkaran umpamanya. Sembarang titik dari sebuah lingkaran akan ditempati oleh titik yang sama pula. Singkatnya, apa yang terjadi hari ini adalah akumulasi dari hari kemarin. Baik buruknya sebuah keinginan, bergantung dari apa yang diusahakan dan dipikirkan. Menulis resolusi adalah bagian dari usaha. Setidaknya ada sedikit usaha untuk menggenapkan keinginan dengan mendeskripsikan niat di kepala agar tidak lupa. Jadi, penting sekali itu daftar keinginan.
Kembali pada bagian "Yang saya tidak mengerti". Cinta misalnya. Siapa sih yang bisa memprediksi kapan ia datang dan pergi? Atau "ia" yang mengendap dalam waktu yang lama dan pada akhirnya harus pergi. Atau "ia" yang secara tak wajar telah menggerogoti hati. Atau "ia" yang secara perlahan mengambil setiap hari-hari. Sungguh cinta merupakan satu hal yang absurd di dunia. Pada tiap kasusunya, siapapun, termasuk saya tidak bisa meprediksi bagaimana akhirnya kelak. Sungguh saya bersyukur pada Tuhan Maha Segala. Untuk hadiah berupa hati yang dapat memutuskan dan menyimpan dalam rapat sebuah keabsurdan itu. Cinta.
Pada akhirnya, saya kembali berprinsip bahwa sebesar apapun capaian yang telah disusun matang, tetap Tuhan pula aktor utamanya. Sebuah hal klasik yang selalu kita dengar, manusia boleh berencana, namun Tuhan yang mengatur segala. Saya punya cara tapi Tuhan lebih berkuasa. Lalu satu hal yang menjadi kesimpulannya, bahwa Tuhan selalu menyukai sesuatu yang kecil tapi tetap dikerjakan secara berkala dari pada sesuatu yang besar tapi dikerjakan pada saat-saat tertentu atau sekali seumur hidup.
Meski kuasa Tuhan begitu melangit. Saya tetap akan berusaha di bumi. Menulis bagian yang ingin dicapai pada lembaran harian. Melihat. Tetap terus mengerjakan. Manjalani sisa hidup. Sampai akhirnya kembali membuka lembaran tersebut untuk dicoret sebagai daftar keberhasilan. Ah, tunai sudah semua janji.
More...
Malam ini saya excited. Karena baru saja menemukan "the matter" untuk proyek akhir. Dan, taukah? Saya menemukannya ketika menonton animasi kesukaan, Naruto. Beberapa bulan kebelakang saya sering melakukan banyak hal dalam waktu yang bersamaan. Hasilnya memang tidak sepadan ketika saya melakukan satu hal dengan fokus. Tapi entah kenapa, saya begitu takut membuang waktu, hingga tadi sore saya kembali menemukan "jiwa" itu. Jiwa yang kembali bersemangat untuk melakukan semuanya lagi. Melalui sitenya Marion yang saya dapat secara tidak sengaja, saya ingin sekali menulis ini. Tentang rasa terima kasih yang saya dapatkan selama ini. Tentu saja, Tuhan menempati posisi pertama. Thank's Allah.











