Author: Ummul Khairi
•Sunday, January 30, 2011

Ini murni tentang dunia maya! Dunia kayang yang tak jumpa mata dan telinga, dunia awang-awang yang tak kunjung terucap mulut akan kata. Hanya polesan ketikan rupa-rupa saja. Tapi semuanya tersimpan rapi dalam laci kepala. Semua dentang waktu berjalan membawa banyak cerita hingga tahun ke-4. Ya, semua hanya berawal dari kata-kata. Pada bagian yang lain, kami beratap yang sama. Satu atap yang menaungi tegaknya tubuh atas beban yang dipikul. Berkejar dengan waktu dan buku pada rak-rak tua bisu. Dan pada tiap sujud yang dikerjakan di Rumah Tuhan Segala, siapa yang mengira dua pasang mata menyerta satu mukena suci.

Pada waktu turunnya malaikat mencatat tiap gerakan dan hati yang tulus mencinta Yang Maha. Lihatlah! Ia tak melepas pandang walau sekejap. Hingga akhirnya beberapa benih tumbuh. Menelusup tiap jengkal hati. Membuka sisi tergelapnya akan putih. Ia tak mampu berdalih. Matanya tetap satu, pada juntai mukena putih menyatu kepala akan bumi. Ia harus tau, siapa wanita itu. Karena ada sesuatu di balik ia berjalan, cara ia berpikir, saat ia merenung dan ketika ia berteman sepi. Sejengkal lalu, ia menggenggam euforia kemenangan. "Aku berhasil menemu mu dalam ruang singkat. Dalam kosongnya log-log bisu berjalan" pekiknya. Separuh waktu kian tersenggal. Tapi lamat-lamat semua menjadi terbalik. Aku yang tidak banyak berkata, kamu yang banyak tertawa. Namun anehnya, kita masih padu.

Aku di semenanjung paling timur Sumatra, kau berada pada sejuknya Barat Jawa. Sering jika tak ada yang perlu dibicara, kepalaku memulai sesuatu yang aneh. Aku perlu membagi kata, waktu, juga semua yang terjadi kala kaki-kaki kita tak sanggup bergerak karena rentangan jarak. Namun, segala rentang selalu jenuh ketika tawa memecah sunyi malam. Padahal harusnya mata kita terpejam karena kelelahan hari. Tapi waktu yang kita habiskan tidak pernah bisa menang melawan rasa yang mendebar-debar. Bukan. Bukan benih merah muda seperti kata mereka. Bukan pula benih yang mengacu pada serupa nama cinta. Kau dan aku Tuhan pertemukan karena semua telah tercatat pada kertas abstrak Lauh Mahfuz.

Pada waktunya, kau harus mengambil sebagian potongan mozaik pada belahan bumi berbeda. Berpijak pada ranah lain. Seperti jadwal siang berganti malam, maka kita tak mengenal kata pagi. Biarlah. Karena kadangpun kita meretas malam hanya untuk mendebat isu, mengupas ayat Tuhan, berpuisi acak tentang hal paling konyol, atau bahkan terlelap dalam jaga.

Katanya, akhir Maret kau berada pada Banda. Jika tak ada aral melintang, temuilah segera Ayah Bunda. Mereka menunggu pada satu siang ahad menjelma nyata. Teman-temanmu menunggu bersama ceria yang kau bawa untuk secangkir cairan pekat di sudut kota. Dan, Ilmu yang kau bawa dari Barat Jawa meminta abdi pada dunia. Ah..menjadi temanmu adalah indah. Saat segala yang indah penuh kebaikan, maka kurangkum saja menjadi namamu.

More...

Author: Ummul Khairi
•Friday, January 28, 2011

Tentang berbagai bagian yang tidak dijelaskan, semoga langit berbaik hati memberi tahu. Kalau pun tidak, begitulah kehidupan. Yakinlah dengan ketidak-tahuan itu bukan berarti Tuhan berbuat jahat pada kita. Mungkin saja Tuhan sengaja melindungi kita dari tahu itu sendiri


Tentang berupa-rupa dentang waktu yang tak dibantah detik akan menit. Tentang segala daya yang tak sempat dilumat kekuatan menjadi kelemahan. Tentang segala sebab-akibat. Tentang mengapa setiap manusia punya beribu tanya. Dan, jawaban Tuhan berikan bukan dalam kata tapi dalam nyata dan bahasa. Tuhan goreskan sedikit di langit, sedikit pada rumah-rumah, sedikit ketika berjalan, sedikit bersama orang-orang pilihan, sedikit ketika menyusuri setapak dengan kaki, ketika menyaksi dan sedikit ketika bungkam. Pada dipan-dipan bisu, sebentar saja, duduk melumat arakan kapas putih. Pejamkan sejenak dimensi. Resapi paduannya. Mereka akan mengubah ketakutan menjadi pecutan keberanian. Karena dua malaikat tak pernah pejam mata. Mereka mengabdi seluruh petang dan sepanjang waktu tak pernah pulang. Dan, tentang tanya, Tuhan punya jawaban yang tersembunyi pada lingkaran waktu. Tuhan tak menunda jeda. Hanya saja, Ia biarkan mengalir agar "Mengapa" melunak menjadi "Karena". Tuhan ingin menyemai hadiah indah pada selaksa dunia.

nb: terinspirasi sangat pada karya Tere-Liye, Rembulan Tenggelam di Wajahmu
More...

Author: Ummul Khairi
•Saturday, January 22, 2011

Sudah hampir seminggu lebih saya tidak bersih-bersih rumah. Banyak properti yang menggunung untuk dipindai. Well, saya harus puas dengan mengatakan kondisi saya unwell. Agaknya resolusi tahun ini harus dibuat senyata mungkin. Beberapa hari lalu, kondisi terakhir benar-benar menunjukkan angka nyata. Sebuah kertas diagnosa lab men-sah-kan 89 sebagai check up trombosit terakhir saya. Sebuah kondisi dengan gejala demam tinggi dan gigil sekujur tubuh. Saya harus dirawat di ruang putih, berselang infus dan tidak mengerjakan apapun. Kondisi terakhir dengan tidak mengerjakan apapun membuat saya merutuk diri dalam-dalam. Di ruang putih, saya hanya membawa 2 buah buku agenda, sebuah pena dan sebuah mushaf Al-Quran. Pada saat dirawat, banyak sekali agenda-agenda yang menumpuk. Salah satunya acara besar English Club yang saya ketuai. Akhirnya harus multitasking hanya dengan sebelah tangan. Agaknya saya harus lebih lama menelan kenyataan pahit dengan mengkonsumsi pil-pil pahit tiga kali sehari. Tubuh serasa mati kaku. Menjelang pulang, angka trombosit naik menjadi 160. Naik 10 untuk kondisi trombosit normal seorang manusia. Alhamdulillah. Tubuh saya harus menampung lebih banyak air mineral dan istirahat yang cukup. Nah, inilah resolusi tahun 2011 yang saya sahkan dan menjadi resolusi seumur hidup. Kesehatan mahal sekali, kawan!

Saya kembali. Kembali menulis, kembali membaca, kembali merenung, kembali bertanya, kembali berjalan dan kembali membulatkan tekad. Saya termasuk orang yang sangat yakin, apa yang terkonsep di kepala dan terlintas walau sedikit, pasti hal itu akan terjadi. Sekalipun saya tidak mengusahakannya. Saya pernah selintas pikir ingin memiliki laptop, motor, modem ataupun saya ingin berada pada tempat yang belum pernah saya singgahi, berjalan mencari sudut-sudut terkecil kota, menangis pada tempat yang paling tinggi atau barangkali ingin mencintai kembali, ingin merasakan rindu ketika orang tua jauh, ingin mandiri mengurus diri, ingin memaki keadaan sosial, ingin menemukan hal baru sekalipun dari sampah, ingin dibukakan suatu rahasia, ingin Tuhan menunjukkan orang-orang terpilih dalam hidup, ingin berada pada tempat dimana orang lain tak mengenal, ingin berada di dunia yang asing dengan orang-orang asing, ingin bekerjasama mewujudkan hal-hal kreatif untuk menunjukkan bumi Aceh pada yang lain. Semua adalah hal yang pernah terlintas saja di kepala tanpa pernah ada cela sedikitpun. Saya punya sebuah keyakinan, sekecil apapun yang terlintas di kepala adalah hal yang telah diperlihatkan Tuhan untuk terjadi di waktu dekat atau di masa yang akan datang. Itulah kenapa Ayat pertama Iqra, dan maknanya luas sekali. Itulah kenapa pikiran harus selalu positif, agar kita tau suatu saat pikiran positif selalu berguna untuk kita di masa yang akan datang.

Tentang sakit ini? Ya, saya sudah mempersiapkannya. Saya sudah pernah berpikir tentang ruang putih, tentang berselang infus dan tentang tidak mengerjakan apapun. Mungkin itulah kenapa saat kondisi yang mengharuskan saya terlihat lemah tapi saya masih kuat untuk bicara, untuk berjalan, untuk menulis agenda dan mereguk beberapa pelajaran hidup penting. Saya sudah siap dan saya mempersiapkannya. Ini hadiah dari Tuhan, saya harus simpan di rumah ini. Sebagai daya untuk melawan lupa.

Saya sakit, sehat, semua adalah aturan Tuhan. Yang harus saya lakukan saat ini adalah menjaga pemberianNya. Menjaganya sebagai bentuk kesyukuran. Bukan tubuh dan hanya indera lain sebagai anugrah Tuhan saja. Tapi juga orang tua, keluarga dan teman-teman. Orang tua dan keluarga adalah segalanya. Mereka sama sekali tak pantas untuk disebut orang lain. Mereka adalah orang-orang dalam lingkaran yang paling dekat dengan hati. Sedangkan teman-teman, adalah mereka yang bisa dinilai. Teman-teman selama saya sakit dan senang, mereka punya nilai masing-masing. Nilai itu berupa mereka yang tetap tinggal dan mereka yang pergi. Saya bersyukur, Tuhan benar-benar menunjukkan teman-teman yang nyata dan teman-teman yang tinggal sebentar untuk selintas masuk, lalu pergi.

Oh ya, ada award lagi dari kak nova. Saya mendapatkannya indirectly dari sini



Ah..Tuhan, saya menyenangi caramu mengajari. Meski harus ada ronta hingga relung ini basah oleh hal-hal paling bodoh, namun hadiah terindah itu tetap tidak bisa ditukar dalam bentuk apapun. Suatu hari, akan ada catatan baru untuk mengganti segala yang hilang dengan satu yang baku.
More...

Author: Ummul Khairi
•Wednesday, January 12, 2011

Saya yakin. Semua orang mampu memprediksi setiap angka-angka kehidupan yang akan datang melalui sebuah resolusi. Cukup terlambat tidak ya untuk berbicara resolusi pada hari ini? Biarlah. Sebenarnya resolusi adalah prioritas. Bagian mana yang harus didahulukan biasannya terletak pada awal baris. Kalau ingin sedikit berjalan kedepan, ketika seluruh resolusi ditarik garis lurus, kemungkinan besar titik-titik yang terbentuk akan menjadi kurva dengan garis linier. Setiap masalah dan solusi memiliki satu variabel yang sama. Selebihnya, hanya tinggal dikuadratkan saja semua agar menjadi berlipat-lipat. Sedemikian sehingga, angka-angka tersebut hanya acuan. Hanya model. Nilai eror sulit sekali diprediksi hingga detail sampai nilai terkecil. Agaknya, kepala kita terlalu berat untuk menerima sebuah kegagalan yang diprediksi baik. Sehingga terlalu lupa pula untuk menambah total actions dalam bilangan terakhir angka kita.

Sisi lainnya adalah, hal-hal yang belum sempat terjawab masih menguap di kepala. Saya belum terlalu tertarik menulis baku cakupan satu tahun kedepan. Masih ada hal serupa yang belum sempat disahkan sebagai kelulusan dari pencapaian tersebut. Waktu yang didepan ingin saya ajak menjadi kerabat. Ingin mencoba memberi ruang pada waktu dengan sedikit jeda. Bukan untuk bersantai. Bukan pula untuk menunda. Tapi, mengerjakan setiap lembar jawaban beban dari hal paling kecil yang luput dari fungsi telinga untuk mendengar, mata untuk melihat, kaki untuk berjalan. Semoga waktu ingin sebentar mundur kebelakang. Tentu, bukan untuk terus mundur, tapi mengajaknya memfungsikan anugrah Tuhan tadi.

Masih banyak pertanyaan dalam tempurung kepala yang belum terjawab. Lembar pergantian tahun lalu, saya diserbu ribuan gema. Gema itu keluar membentuk banyak lipatan pertanyaan yang benar-benar menyudutkan hingga mata masih terjaga sampai dentang 4. Lalu saya hanya bisa menangis. Saya tidak bisa menjawab semua pertanyaan-pertanyaan itu. banyak sekali bayangan silam muncul sekelebat. Tapi tak pernah satupun terkunci mati. Beberapa pertanyaan itu saya tekan bulat-bulat menjadi pernyataan acak yang entah dari mana muasalnya.

1. Hanya karena masalah kecil dan tidak sepaham, seseorang bisa menjadi tolol satu dunia!
2. Tuhan menunjukan kekuatan dan kelemahan seseorang melalui orang-orang yang masuk dalam hidupnya. Dan, terkadang seseorang ditunjukan apa sebenarnya keinginan yang belum bisa dibakukan dalam sebuah bahasa melalui orang-orang yang pernah dekat dengannya.
3. Pada waktunya seorang lelaki harus tidak berada pada kota yang sama untuk mengambil sebagian potongan mozaik dalam hidupnya.
4. Tuhan menunda doa seorang durja karena Tuhan tidak pernah mengenalnya.
5. Ada bagian dalam hidup yang diberi Tuhan secara gratis sejauh fungsi organ-organ memfungsikan dirinya.
6. Wanita tidak pintar merawat motor.Hm?
7. Seorang sahabat tidak perlu mempunyai alasan untuk bertemu, berbagi dan mengucapkan terima kasih.
8. Tuhan tidak memberi jawaban dalam kata. Tuhan memberi jawaban dalam bahasa.
9. Karena bunda adalah wanita, maka tangisnya bernama wanita.

Pernah berpikir tentang cinta? Lebarkan sejenak maknanya, kawan. Coba tuliskan siapa orang-orang yang benar-benar masuk dalam ruang bernama hati. Bagaimana ia sekarang? pulihkan pelik dalam kepala jika menulis namanya? Jika pun tidak, ia adalah orang-orang yang digariskan Tuhan untuk menjadi bagian dalam titian perjalanan. Banyak yang akan pergi dan banyak yang tetap tinggal. Hanya saja, mereka berada pada ruang-ruang berbeda sesuai dengan keunikan kunci tiap ruang.

Jika ada satu yang terlewatkan untuk menjadi hal baku dan harus saya lakukan kedepan adalah tidur di awal waktu. Artinya saya harus mengurangi aktifitas malam di depan kotak persegi lipat alias laptop. Semakin malam saya lewati bersamanya, semakin mata tak ingin berteman mimpi, semakin nyeri kepala dan tungkai dilumat angin malam. Saya sama sekali tak kebal dingin dan gampang sakit jika terlalu mem-force-kan diri. Padahal agenda cukup padat esoknya. Sudah banyak sekali teman-teman menganggap aktifitas ini adalah bergadang. Padahal sungguh, otak saya benar-benar bisa bekerja diwaktu malam. Dan, semoga saya bisa tidur di awal waktu tidak lebih dari pukul 12 tepat.

Dan, pernahkah selintas pikir, bahwa di setiap satu sudut dunia ada orang-orang mencintaimu lebih dari dirinya sendiri dan bahwa di setiap satu sudut dunia ada orang-orang yang membencimu lebih dari dirinya sendiri. Ada orang-orang yang pernah mencintaimu pada akhirnya membencimu, sebaliknya, orang-orang yang pernah membencimu pada akhirnya mencintaimu. Serta, orang-orang yang tak pernah kau kenal ternyata mencintamu dari dekat dan orang-orang yang kau harap balik cintanya dari jauh ternyata membencimu. Terakhir, pada satu sembarang acak, ada segelintir orang-orang yang tak pernah kau kenal dan dia tak mengenalmu untuk dikumpulkan menjadi satu dikemudian hari.
More...

Author: Ummul Khairi
•Tuesday, January 04, 2011



Sepintas malam lalu, berakhir satu kata. Pelan. Mereka yang duduk di pojok sana menghiba langit. Menengadah meminta jawaban. Pada pusaran ketidaktentuan jelma beberapa dilema. Sepersekian detik tadi, mengganti satu dengan enam kata sekali tegak. Ia sudah tidak ada dalam sistem manapun. Tidak ada pernyataan benar-salah. Segala ketentuan telah disusun agar tidak muncul lagi pada layar kosong. Ada yang menanya. Biarlah menjadi endapan saja. Kala langit masih bisu dengan sejuta rupa-rupa berikutnya. Biarlah langit tidak menjawab dulu. Mungkin saja Baginda Maha Segala mengulur waktu. Mungkin saja Baginda Maha Segala memberi sandaran lain. Atau, mungkin saja Baginda melindungi katup-katup kepala dari ketidaktentuan itu sendiri. Mungkin nanti ada jawaban dalam saku setelah bangun dari gigil beku. Ya, pasti itu. More...