Ini murni tentang dunia maya! Dunia kayang yang tak jumpa mata dan telinga, dunia awang-awang yang tak kunjung terucap mulut akan kata. Hanya polesan ketikan rupa-rupa saja. Tapi semuanya tersimpan rapi dalam laci kepala. Semua dentang waktu berjalan membawa banyak cerita hingga tahun ke-4. Ya, semua hanya berawal dari kata-kata. Pada bagian yang lain, kami beratap yang sama. Satu atap yang menaungi tegaknya tubuh atas beban yang dipikul. Berkejar dengan waktu dan buku pada rak-rak tua bisu. Dan pada tiap sujud yang dikerjakan di Rumah Tuhan Segala, siapa yang mengira dua pasang mata menyerta satu mukena suci.
Pada waktu turunnya malaikat mencatat tiap gerakan dan hati yang tulus mencinta Yang Maha. Lihatlah! Ia tak melepas pandang walau sekejap. Hingga akhirnya beberapa benih tumbuh. Menelusup tiap jengkal hati. Membuka sisi tergelapnya akan putih. Ia tak mampu berdalih. Matanya tetap satu, pada juntai mukena putih menyatu kepala akan bumi. Ia harus tau, siapa wanita itu. Karena ada sesuatu di balik ia berjalan, cara ia berpikir, saat ia merenung dan ketika ia berteman sepi. Sejengkal lalu, ia menggenggam euforia kemenangan. "Aku berhasil menemu mu dalam ruang singkat. Dalam kosongnya log-log bisu berjalan" pekiknya. Separuh waktu kian tersenggal. Tapi lamat-lamat semua menjadi terbalik. Aku yang tidak banyak berkata, kamu yang banyak tertawa. Namun anehnya, kita masih padu.
Aku di semenanjung paling timur Sumatra, kau berada pada sejuknya Barat Jawa. Sering jika tak ada yang perlu dibicara, kepalaku memulai sesuatu yang aneh. Aku perlu membagi kata, waktu, juga semua yang terjadi kala kaki-kaki kita tak sanggup bergerak karena rentangan jarak. Namun, segala rentang selalu jenuh ketika tawa memecah sunyi malam. Padahal harusnya mata kita terpejam karena kelelahan hari. Tapi waktu yang kita habiskan tidak pernah bisa menang melawan rasa yang mendebar-debar. Bukan. Bukan benih merah muda seperti kata mereka. Bukan pula benih yang mengacu pada serupa nama cinta. Kau dan aku Tuhan pertemukan karena semua telah tercatat pada kertas abstrak Lauh Mahfuz.
Pada waktunya, kau harus mengambil sebagian potongan mozaik pada belahan bumi berbeda. Berpijak pada ranah lain. Seperti jadwal siang berganti malam, maka kita tak mengenal kata pagi. Biarlah. Karena kadangpun kita meretas malam hanya untuk mendebat isu, mengupas ayat Tuhan, berpuisi acak tentang hal paling konyol, atau bahkan terlelap dalam jaga.
Katanya, akhir Maret kau berada pada Banda. Jika tak ada aral melintang, temuilah segera Ayah Bunda. Mereka menunggu pada satu siang ahad menjelma nyata. Teman-temanmu menunggu bersama ceria yang kau bawa untuk secangkir cairan pekat di sudut kota. Dan, Ilmu yang kau bawa dari Barat Jawa meminta abdi pada dunia. Ah..menjadi temanmu adalah indah. Saat segala yang indah penuh kebaikan, maka kurangkum saja menjadi namamu.
•Sunday, January 30, 2011
This entry was posted on Sunday, January 30, 2011 and is filed under
Friends
,
Gallery
,
Mozaik
. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.
2 comments:
Pada waktu turunnya malaikat mencatat tiap gerakan dan hati yang tulus mencinta Yang Maha. Lihatlah! Ia tak melepas pandang walau sekejap (kalimat yang paling saya suka dari tulisan yang saya suka)
Salam kenal :)
Salam kenal juga Mas Yudhi :)