Author: Ummul Khairi
•Sunday, December 30, 2012


Aku tahu, ketika hujan turun ke permukaan bumi, ia akan meminta seluruh janjiku kepada Tuhan. Tentang segala yang harus kuluruskan setelah semua tercerai berkeping-keping dan menunggu untuk menjadi renik. Hujan datang lagi. Ia memohon kepada hati untuk mengambil jalannya, segera atau tidak mengambil tempo lama. Hujan datang lagi. Kukatakan padanya bahwa butuh waktu lama untuk melihat seluruhnya, bukan hanya melihat dari satu sisi tapi juga sekat terkecil. Lalu Hujan datang lagi. Terkadang ia membawa mimpi yang sebenarnya mimpi. Semu. Mimpi yang sama dan akan berulang menyakitkan. Hujan kembali datang. Kukatakan padanya lagi bahwa aku telah bertanya pada Tuhan sepenuh sungguh, benarkah semua jalan ini yang harus kuambil? 

Aku kuyup. Bahkan hujan tak tahu buliran hangat jatuh di pelupuk mata, karena titik-titik hujan menutupi buliran yang terhempas di pipiku yang telah kupendam menahun lamanya dengan egonya. Hujan tak tahu aku menangis sendiri karena ia datang dan pergi sekena hati. Hujan tak tahu aku menangis karena ia tak peduli siapa yang akan kuyup karenanya. Karena aku tahu, ia akan datang sebentar saja lalu pergi. Karena hujan tak pernah menggantikan kehangatan atas dinginnya sebuah ego. Tak akan pernah.

Namun disana, di suatu jarak yang sangat dekat, akan selalu ada rumah yang tak pernah pergi dan selalu ada, meski aku kuyup akan hujan. Rumah yang selalu menjagaku dari derasnya hujan. Rumah tempatku pulang. Rumah yang penuh kehangatan, cinta, kasih sayang dan kepastian. Dan disanalah aku akan tinggal, selamanya..

Nb: Agar ketika hujan datang lagi, semua telah luruh, semua telah selesai dan terbebas dari semua beban. Kadang, kita harus meninggalkan sesuatu, harus mengorbankan sesuatu atau hal yang menjadi ataupun bukan tujuan awal kita, demi kebahagiaan, demi kebaikan.

-Dalam derasnya hujan diluar sana-
More...

22
Author: Ummul Khairi
•Saturday, November 17, 2012

Ketika kita ingin semua berakhir dalam gerakan yang lambat.
Ketika kita ingin duduk sejenak menyantap manisan dalam waktu yang semakin cepat.
karena aku tak bisa menunggu lama, setelah kamis siang nanti. More...

Author: Ummul Khairi
•Saturday, August 25, 2012

Punya buku Ust.Yusuf Mansur juga bagian dari book wish list saya. Keinginan itu saya tulis pada tanggal 17 Mei 2012 dan baru terealisasi 21 Juli 2012. Awalnya tidak terpikir memiliki salah satu buku beliau. Saya terkesan karena rekomendasi dari kajian jumat-an yang saya ikuti. Buku-buku Ust.Yusuf Mansur sangat banyak dan semuanya seri refleksi. Akhirnya saya memilih an Introduction to: The Miracle of Giving. Jika ada 6 bintang, maka saya akan memberi 10 bintang untuk buku ini. Setiap lembarannya sarat akan ilmu. Sederhana tapi sangat bermanfaat. Buku setebal 180-an ini sangat saya rekomendasikan untuk dibaca siapa saja dan oleh kalangan mana saja. Buku ini sangat sangat WAJIB dimiliki!

Ibadah; Jalan Rezeki Utama, Bekerja Dengan Allah, Bekerja Untuk Allah
1. Memperluas Jalan Usaha, Memperbesar Hasil Usaha
Semula banyak orang berpikir bahwa hasil usaha adalah seukuran kerja, seukuran usaha, seukuran proyek, seukuran dagangan atau seukuran modalnya. Begitulah selama ini pikiran kita bekerja. Tidak pernah terpikirkan atau jarang terpikirkan bahwa hasil usaha bisa DIPERBESAR lewat jalan ibadah, dan jalan usaha bisa DIPERLUAS lewat jalan ibadah.

Ya, banyak diantara kita yang tidak berani berpikir bahwa jalan ibadah bisa menambah dan memperluas rezeki. Mungkin hanya sebatas yakin saja tapi jika jalan ibadah bisa menjadi sebuah metode, menjadi sebuah solusi yang "dikertaskan", tidak sedikit yang kurang berani.

2. Ikhlas, doa dan harapan memberi spirit dalam beribadah
Ada yang mengatakan, tidak boleh ibadah karena dunia-Nya, harus karena wajah-Nya semata. Ibadah itu harus ikhlas. Tidak boleh mengharap apa-apa. Padahal, orang-orang yang mencari dunia milik Allah lewat jalan ibadah pun tidak mesti juga serta merta dikatakan tidak ikhlas. Bagaimana kalau mereka secara cerdas, "memisahkan" antara keikhlasan dan doa? "memisahkan" antara keikhlasan dengan harapan? Artinya ketika mereka menjalankan, mereka tahu dengan ilmunya, bahwa dengan beribadah, dunia akan Allah dekatkan, tapi pada saat yang sama, mereka beribadah sepenuh hati kepada Allah. Bahwa ia menempuh jalan ibadah, sebab karena Allah dan Rasul-Nya memberi petunjuk demikian.

"Dan orang yang disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak akan memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan" (QS. Ath-Thalaq: 7)

Salahkan kita? Apakah kita disebut tidak ikhlas hanya karena beribadah karena berharap akan kebenaran janji-Nya? Salahkah kita bila percaya pada "omongan"-Nya? Sama "iming-iming"-Nya? Salahkan juga kalau kita kemudian bersedekah karena ingin diberikan kemudahan atau karena kita ingin segala kesulitan dihapuskan-Nya? Sedang inilah Firman-Nya. Tega betul jika disebut tidak ikhlas.

Matematika Dasar Sedekah
1. Kehebatan sedekah
Sedekah bisa mendatangkan ampunan Allah, menghapus dosa, dan menutup kesalahan dan keburukan. Sedekah bisa mendatangkan ridha Allah juga kasih sayang serta bantuan Allah. Tapi kepada siapa Allah berikan semua ini? Kepada siapa yang mau bersedekah, kepada yang mau membantu orang lain, dan kepada yang mau peduli serta berbagi.

"Dan Allah senantiasa memberi pertolongan kepada hamba-Nya selama ia menolong saudaranya" (HR. Muslim)

2.Matematika Dasar Sedekah
Apa yang kita lihat dari matematika dibawah ini?
10-1=19
Pertambahan ya? Bukan pengurangan? Kenapa matematikanya begitu? Matematika pengurangan dari mana?
Kok ketika dikurangi hasilnya malah lebih besar?
Kenapa bukan 10-1=9?
Ini kiranya matematika sedekah. Dimana ketika kita memberi dari apa yang kita punya, Allah justru akan mengembalikan lebih banyak lagi. Matematika sedekah diatas adalah matematika sederhana yang diambil dari Surat Al-An'am ayat 160 ketika Allah menjanjikan balasan 10 kali lipat bagi mereka yang mau berbuat baik.

Tentang matematika sedekah ini lebih lengkap bisa dilihat disini. Lho katanya kita harus mengeluarkan hak orang lain 2,5 %? Sedekah kita yang 2,5 % itu sebenarnya tetap akan mencukupi kebutuhan-kebutuhan kita di dunia ini maupun kebutuhan yang lebih hebat lagi di akhirat kalau kita bagus dalam amaliyah lain selain sedekah. Misalnya bagus dalam mengerjakan shalat. Shalat dilakukan selalu berjamaah. Shalat selalu dilakukan dengan menambah sunnah-sunnahnya; qabliyah, ba'diyah, hajat, dhuha, tahajud. Bagus juga dalam hubungan dengan orang tua, dengan keluarga, dengan tetangga, dengan kawan sekerja, kawan usaha. Hanya sayangnya, kita-kita ini justru orang yang sedikit beramal dan banyak maksiatnya. Maka jadilah kita orang-orang yang merugi.

an Introduction to The Miracle of Giving
1. Karena ilmu dan keyakinan
Ada seseorang yang butuh kejadian sesuatu, yang kemudian mengantarkannya kepada Allah. Ada juga yang cukup dengan ilmu dan keyakinan yang mendorongnya beribadah, tunduk dan patuh kepada Allah. Dua-duanya istimewa. Yang salah adalah yang tidak bergeming, tidak beribadah; baik dengan ilmunya, maupun pengalamannya. Jadi jika punya hajat, punya keinginan perbanyak ibadahnya seperti shalat dhuha, tahajud, sedekah, doa dan dibarengi ikhtiar. InsyAllah pertolongan Allah pasti datang lewat jalan mana saja dan siapa saja.

2. Karena kejadian dan pengalaman
Ada yang melakukan ibadah karena ilmu dan keyakinan, dan ada yang melakukannya karena pengalaman. Seperti kisah seorang bapak yang kehilangan seorang anak. Anaknya bisa dikatakan sensor motorik dan sensor otaknya kurang sempurna yang membuatnya berbeda dari anak lain. Ayah si anak sangat sedih, bingung, gundah dan khawatir dan ia mengadukan semuanya pada Allah lewat munajatnya di tengah malam. Alhamdulillah karena hal ini si Ayah jadi rajin tahajudnya. Ada yang mengatakan, ya begitu lagi punya masalah rajin banget sujudnya, begitu sudah lepas, lepas juga ibadahnya. Sedangkan bagi saya, barangkali seperti itulah cara Allah mengajarkan dan mengingatkan hamba-Nya. Kita harus yakin, bahwa meminta dengan jalan ibadah, itulah cara terbaik, sesuai petunjuk-Nya. Apabila kita lupa ibadah, atau sekedar meyurutkannya, maka siklus kesusahan akan berulang juga kejadiannya. Nah, capek kan? Masa untuk bisa mengingat Allah harus terus-menerus lewat pintu kesusahan? Akan lebih baik lagi bila kita mau berkenan ibadah karena syukurnya kita kepada Allah. Tentang anaknya si Ayah tersebut, melalui doa-doanya, akhirnya si anak ketemu dan Subahanallah dengan kuasa-Nya, bertambah baik motoriknya, fisiknya dan bolehlah bila ia disebut sebagai anak normal.

3. Ibadah karena kebiasaan
 Ada yang bukan karena ilmu, atau karena sebuah peristiwa ia beribadah. Tapi karena kebiasaan. Ada seorang nenek yang dari kecil diajarkan orang tuanya untuk selalu tahajud. Kalau biasanya kita sering nanya "Ada enggak obat yang bikin kita enak tidur, bisa tidur nyenyak?" Nah kalau si nenek sebaliknya, "Ada enggak obat yang bikin susah tidur?" Si nenek suka sebel, menurutnya lebih baik tidak tidur dari pada tidak tahajud. Subahanallah. Kebiasaan bisa dibiasakan. Asal punya kemauan, punya niat, dan sungguh-sungguh memulai kebiasaan yang mau dibiasakan. Kebiasaan akan menjadi karakter. Maka hati-hatilah dengan kebiasaan buruk.

4. Bukan karena meminta, tapi karena syukur
Ada yang melakukan ibadah sebab syukurnya dia sama Allah, Tuhannya. Seperti cerita seorang ibu yang rajin bangun malam karena anaknya lulus SMU dan masuk perguruan tinggi yang diidam-idamkan anaknya, di jurusan yang juga diinginkan anaknya. Dia bangun malam karena bersyukur. Lain lagi dengan kisah seorang istri yang rajin dhuhanya, sebab dia sadar dhuha ini yang mengantarkan suaminya jadi bekerja di perusahaan yang bagus, dengan karir dan punya peluang yang bagus. Dia dhuha lantaran syukurnya.

5. Tidak selalu dibayar dengan uang
Sedekah bisa mengantarkan seseorang agar hajatnya dipenuhi oleh Allah, seperti keinginan naik haji, dapat jodoh, menyelamatkan perusahaan, naik karier, mendapat kekayaan, bayar utang, punya anak, persoalan penyakit, modal usaha, persoalan keluarga, bisnis, dagang, pendidikan, persoalan suami-istri, anak-cucu-mantu, anak autis, punya rumah, mobil, memberangkat orang tua ke haji, dll. Sedekah uang tidak selalu dibalas dengan uang. Sebagaimana sedekah, yang tidak harus melulu berbentuk uang. Kenapa kenyataannya tidak selalu demikian? Memang seperti itulah, tapi kadang bukan berbentuk uang tunai, melainkan yang senilai dengan uang tunai tersebut. Sebut saja: penyakit atau kehadiran kesehatan bagi badan kita, umur, bala, kesempatan hidup yang lebih baik, anak yang sehat atau kehadiran anak itu sendiri, sehatnya keluarga, selamatnya diri dan keluarga, karier yang lebih baik, status sosial yang lebih baik, dll. InsyAllah, Allah akan betul-betul membayar tunai segala kebaikan kita. Sebab itulah memang janji-Nya. Baik sangka kepada Allah adalah sebagian dari iman.

Sedekah yang dilengkapi dengan amalan lain, maka kemuliaan dan keberkahan si pelakunya akan melesat tinggi dengan cepat. Apabila sedekah kita kurang, amalan yang lainnya juga kurang, apalagi ditambah dengan sederet dosa dan keburukan yang kita lakukan, akan semakin jauhlah kita dari kebercukupan. Sebaliknya, bila kita melengkapi amaliyah keseharian kita dengan banyak hiasan kebaikan yang terdiri dari amalan-amalan sunnah, maka InsyAllah hidup kita akan tercukupi. Misal kita punya hajat besar terus sedekah seadanya aja. Allah memang mencukupkan kebutuhannya tapi masih terasa kurang. Itu terjadi karena sedekahnya memang "tidak sebanding" dengan hajatnya. Istilahnya sedekahnya belum nyampe ukuran seharusnya.

6. Rahasia dibalik kisah; jadi metode, jalan cepat, jalan mudah
 Peraturan rumus/metode:
  • Siapa yang memberi 1 akan dibalas 10, atau bila Allah berkehendak maka Allah akan membalas hingga 700 kali lipat atau tak terhingga.
  • Balasannya dari Allah bisa jadi yang senilai atau setara, tidak harus selalu uang.
  • Kalau Allah bayar tunda perbuatan baik seseorang, maka bayaran atau balasannya itu akan semakin besar. Ini berlaku untuk perbuatan baik maupun perbuatan buruk.
  • Manusia bisa lupa, tapi Allah Yang Maha Mencatat tidak akan pernah lupa perbuatan seseorang. Besar kecilnya tetap akan Allah balas, tetap Allah akan hargai. Tentang kapan balasan, tergantung kehendak Allah.
  • Berbuat baik terhadap anak yatim dan tak mampu, balasannya lebih istimewa ketimbang berbuat baik kepada anak yang orang tuanya lengkap dan mampu.
Ada sebuah kisah nyata tentang seorang penjual singkong dan seorang anak kecil yang tidak punya uang dan sangat ingin singkong. Hari pertama si anak hanya berdiri di gerobak penjual singkong. Hari ke-2 si penjual masih tidak bergeming memberi si anak walau hanya buntut singkong. Lalu pada hari ke-3 si penjual luluh dan ia dengan ikhlas memberi buntut singkong pada si anak tersebut. Hari esoknya si anak tidak kelihatan lagi. Si penjual singkong pun menjalani hari-harinya seperti biasanya. Sempat bingung juga kenapa anak itu tidak muncul-muncul lagi. Dua puluh empat tahun kemudian, si anak kembali menjumpai penjual singkong itu. Namun, ia tidak mengenal anak yang sudah tumbuh dewasa. Hingga si anak membuat muka memelas dan meminta buntut singkong, sama persis seperti si anak meminta singkong pertama kali. Barulah si penjual  mengenal anak tersebut, si anak buntut singkong. Si anak menceritakan kisahnya, pada saat itu ia baru saja ditinggal Ayahnya yang sudah meninggal dan tidak punya uang untuk membeli singkong hingga dijauhi teman-temannya karena tidak punya jajan. Setelah diberi singkong, pada esoknya ia pindah ikut ibunya. Si anak tersebut ingin membalas kebaikan si bapak dengan memberangkatkannya umrah. Subahanallah. Inilah buah dari ikhlas. Buah dari sedekah.

Kadang kita manusia, karena kurangnya ilmu, ketika jalan sudah dibukakan Allah, malah Allah lebih sering ditinggal. Atau kalaupun tidak ditinggal, maka terhadap Allah kita sering juga mengurangi jatah perhatian dan waktu untuk-Nya. Meniti jalan-jalan yang bisa mendekatkan diri kepada Allah, itulah jalan-jalan ikhtiar yang terbaik. Apalagi kalau kemudian bisa lurus dan istiqamah. Dunia akan dibukakan Allah buat mereka yang mengabdi kepada Allah. Sebab dunia adalah milik-Nya. Dan Dia akan menguasakan lagi kepada siapa yang Dia kehendaki. Wallahualam.
More...

Author: Ummul Khairi
•Friday, August 24, 2012

Seseorang bernama baik pernah berkata, jika kamu memeluknya, mengecup keningnya, pernahkah ia tau bahwa kau melakukannya karena cinta? Aku berkata, tidak pernah. Karena ia akan mengerti. Karena waktu akan mengubah perlakuanku menjadi bahasa yang akan ia mengerti dengan sendirinya. Lalu kau berkata, kau salah. Cinta adalah sikap dan bahasa. Jika mereka dipisahkan, bak menceraikan awan dan angin. Mereka saling melengkapi. Saling berpegangan untuk menurunkan hujan ke bumi dan menaburkan cinta bagi anak manusia, tumbuhan maupun ternak. Cinta tidak bekerja sendiri. Cinta adalah kesatuan tertinggi yang harus diperjuangkan. Itulah mengapa Tuhan punya Ar-Rahim, sebuah cinta yang dibahasakan. More...

Author: Ummul Khairi
•Friday, August 24, 2012

Kemarin siang saya merealisasikan keinginan 21 Juli dan 1 Januari 2012 lalu. Masih seputar buku kok. Kali ini buku Twitografi Asma Nadia. Buku itu merupakan kumpulan Twit Asma Nadia di Twitter pribadinya @asmanadia. Sebagai follower Asma Nadia, saya ikutin terus beberapa komentar pembaca buku tersebut. Sebenarnya ada beberapa bukunya yang lain yang ingin dibeli, tapi nanti dulu. Sering kali jika membeli sebuah buku, saya melihat kadar kebutuhannya. Apakah saya memang butuh buku tersebut atau tidak. Urusan budget nomor dua. Karena budget bisa diusahakan. Melihat komentar pembaca dengan beberapa kelengkapan kategori yang memang saya butuhkan, saya janji pada diri sendiri harus memiliki buku biru itu.

Isinya banyak. Lengkap. Tentunya seputar Twit yang sudah pernah ada di lamannya Asma Nadia. Buku itu mencakup Twit tentang jilbab, busana muslimah, keimanan, cinta, pernikahan, poligami, kepenulisan, parenting, olahraga, diet, traveler, motivasi, kepedulian sosial, dll. Salah satu Twitnya dari buku Sakinah Bersamamu yang paling saya suka adalah:

Jika kau tanya kenapa aku memilihmu...itu karena Allah memberiku cinta yang ditujukan kepadamu
seketika air mata saya tumpah. Teringat kejadian sehari yang lalu.

Bagian yang paling saya suka dari buku ini adalah Parenting. Jika saja seluruh orang tua atau calon orang tua punya bekal parenting yang baik, InsyAllah generasi kedepannya juga ikut baik. Karena satu unit terkecil dalam hidup itu dimulai dari keluarga, ayah dan ibunya. Banyak pasangan muda yang blank dengan konsep parenting, sehingga pendidikan anak jadi trial dan error. Lalu kenapa konsep parenting itu penting? Hingga setiap orang tua atau calon orang tua harus ikut seminar atau trainingnya? Mungkin konsep parenting ini dikenalkan pada saat sekarang. Pada saat zaman sudah canggih. Dulunya, orang tua dari orang tua kita hanya berbekal cara mendidik anak dengan konsep yang diterapkan orang tua mereka juga. Sehingga konsep itulah yang terbawa hingga hari ini. Tidak peduli benar atau salah karena seperti itulah yang diajarkan turun temurun. Syukur kalau apa yang diajarkan itu benar, nah kalau salah? Atau konsep turun temurun itu sudah berbeda dengan zaman sekarang? Itulah mengapa-bagi saya- Parenting itu perlu dan menjadi kebutuhan. Dalam buku tersebut ditulis seperti ini,

Anak-anak punya memori kuat atas apa yang mereka dengar, karena itu jaga komentar kita didepan mereka. Pada masa pertumbuhan awal, orang tua adalah sumber kebenaran bagi anak-anak, baik atau buruk yang kita sampaikan, bagi mereka adalah kebenaran. Apa yang dianggap cantik atau buruk, apa yang dipercaya, benar atau salah, apa yang dianggap memalukan atau membanggakan, semua tergantung ucapan kita di masa pertumbuhannya. Ucapan kita adalah nilai yang ditanamkan pada anak-anak. Jika hal buruk yang kita ucapkan sudah melekat sebagai kebenaran bagi anak-anak, maka akan lebih sulit untuk melupakannya. Mendidik anak bukanlah pekerjaan mudah, namun mendidik anak itu adalah ibadah.

Konsep Parenting (Dalam Buku Rumah Tanpa Jendela):
1. Tugas orang tua membangun impian anak
Terutama ibu, tugas seorang ibu adalah mengajak anak berani memahat mimpi dan memperjuangkannya. Sebagai orang tua harusnya bisa berkaca dan bermuhasabah, bagaimana kita telah mengukir ingatan anak-anak tentang orang tuanya?

2. Menyiapkan anak kalau saja usia orang tua singkat
Impian anak tak harus mati, ketika ayah bunda tak bisa jadi tempat bersandar lagi. Hidup merupakan rangkaian tragedi. Tapi tragedi tak boleh menghentikan mimpi.

3. Menghargai kebersamaan ketika semua masih hidup
Bagaimana seharusnya orang tua ataupun anak memaknai setiap kebersamaan. Bahkan terkadang anak-anak tidak pernah tau apa arti saudara kandung baginya. Kadang kita baru merasa seseorang berharga ketika kehilangan mereka.

4. Bersyukur diberi amanah memiliki anak
Anak adalah anugerah. Terimalah dengan sempurna seorang anak betapapun fisik mereka tak sempurna .

Bahkan ada beberapa kalimat yang tidak pantas diucapkan pada seorang anak, seperti:
"kok temenmu bisa, kamu gak bisa sih? makanya jangan malas, belajar dong!" (mending evaluasi cara belajarnya daripada nuduh!).

"Kalau bandel bunda turunin kamu disini ya!" (padahal gak mungkin diturunin, jadi nanti omongan orang tua tidak dipercaya).

Dan beberapa kalimat lain yang sering kita dengar padahal tak pantas diucapkan. Membaca buku ini membuat saya sadar, betapa banyak konsep yang saya terapkan pada adik saya masih kurang tepat. Betapa masih jauh sekali konsep menjadi orang tua yang baik menjadi bahan kajian yang harus dicermati. Dan betapa saya hanya mengkritisi orang tua saya salah ini dan itu, tidak baik begini dan begitu, padahal menjadi orang tua mempunyai tanggung jawab yang besar karena mengemban amanah yang tak kalah besar. Semoga Allah menjadikan generasi sekarang dan berikutnya menjadi generasi yang mau memperbaiki diri terus menerus. More...

Author: Ummul Khairi
•Thursday, August 23, 2012

Lamaaa sekali tidak menulis di rumah ini. Saking lamanya 'aaa'-nya menjadi triple. Sebuah analogi betapa rumah ini jarang saya kunjungi. Hanya sesekali mampir untuk mengobati rindu. Bukan. Bukan karena saya sedang "mempoles" rumah baru atau menggandakan properti disana. Bukan itu. Tapi karena saya punya banyak kekurangan, salah satunya sulit mengatur waktu antara blogging dan skripsi. Jujur. Jika sudah menulis disini, ada segudang kerinduan yang ingin saya tulis, ada ide-ide yang ingin disuarakan, ada kritikan tajam yang ingin saya asah, juga sampah-sampah di kepala yang hampir menjadi sarang laba-laba. Jika dibandingkan waktu antara mengerjakan skripsi, blogging juga blogwalking maka skala perbandingannya 1:2. Sangat tidak efisien menghabiskan waktu kesenangan dibandingkan melakukan tugas yang kapasitasnya lebih urgent, seperti skripsi misalnya. Oleh karena itu, saya memilih untuk tidak berlama-lama menulis juga blogwalking. Bukan tidak ada waktu. Tapi waktu yang ada ingin dipergunakan dengan lebih bijaksana. Toh, nantinya jika selesai skripsi, saya bisa menulis sepuasnya. Dari pagi hingga petang, dari petang hingga pagi lagi. Alasan lainnya, saya takut kebablasan curhat yang tidak penting :p *lha ini curhat kan?

Ujung-ujungnya, sebagai pengobat kerinduan akan blogging, saya merealisasikan impian 10 Agustus lalu, untuk membuat blog khusus foto-foto. Saya tidak berbakat di bidang fotografi. Hanya saja-meminjam istilah teman- ingin melihat dunia dari sisi yang berbeda. Serunya punya blog khusus foto itu, salah satunya tidak perlu banyak berkata-kata. Karena satu gambar saja sudah menceritakan banyak hal. Hanya sesekali saya mengkaitkan beberapa situasi yang menurut kaca mata saya sepeti ini dan itu dengan perlakuan itu dan ini.

Pernah tidak, saya mengatakan kalau saya ini orang yang terstruktur? Mudahnya seperti ini. Jika ada formasi atau target yang telah disusun tapi tidak berjalan semestinya, saya gampang terpuruk. Seringkali hal ini mendominasi jika semangat saya meletup. Segala usaha sudah maksimal tapi eh ujung-ujungnya gagal. Ini juga salah satu kekurangan saya. Saya gampang sekali kecewa. Tapi sisi baiknya adalah, saya tidak mau berlarut-larut. Tidak baik untuk pikiran maupun hati. Oleh karena keterstrukturan tersebut saya lebih sering membuat agenda harian, mingguan, bulanan dan tahunan. Biasanya agenda atau target-target itu sudah tersusun dalam buku harian ataupun mading pribadi di kamar. Untuk apa? Agar saya selalu bisa mengingat kembali jika kemudian lupa. Beberapa target harian kadang saya Kicaukan di laman pribadi. Percaya atau tidak, karena sering dilihat dan dibaca, semuanya bisa terealisasi, dengan usaha tentunya. Dengan izin Allah pula, jika ingin sesuatu dan diucap, dibaca, dilihat secara berulang-ulang, secara tidak sadar semuanya terekam ke alam bawah sadar, dan InsyAllah pasti dikabulkan. Jadi kawans, keinginan saya yang paling besar tahun ini adalah lulus sarjana di bulan November 2012. Doa ini pula yang selalu saya pinta pada Allah di bulan Ramadhan lalu. InsyAllah, dengan usaha, doa dan tawakal, Allah merealisasikan doa-doa saya dan doa-doa kawan semua.

Jadi, tidak apa-apa ya, kalau rumah ini hanya saya kunjungi sesekali. Hanya untuk memastikan bahwa semua save and secure. Pintu, jendela, kran air, kompor gas tidak menyala, lampu selalu dimatikan juga gembok  pagar selalu terkunci. Tapi, saya (sungguh) tidak bisa menahan diri jika punya referensi buku yang sangat bagus untuk ditulis ulang disini. Bagi saya tulisan berupa referensi buku-buku yang dibaca adalah sedekah. Jika ada kawans yang belum mampu beli buku tersebut lalu tanpa sengaja mampir dirumah ini, tidak ada salahnya saya menjamu dengan tulisan-tulisan yang berbobot. Walau saya bukan si pengarang buku, setidaknya rumah ini menjadi perpanjangan lisan dari intisari buku tersebut. Yaa, inilah sedikit amal jariyah yang bisa saya bagi.

Mulai kedepannya, mungkin skala menulis saya menjadi berkurang. Tapi InsyAllah, walau sedikit bermanfaat. Doakan doa-doa saya dikabulkan ya dan InsyAllah akan digandakan juga pahalanya untuk kawan-kawan.
Tetap semangat untuk berbuat kebaikan dan selalu hadirkan Allah dalam setiap gerakan :) More...

Author: Ummul Khairi
•Tuesday, August 14, 2012

Foto Log
More...

Author: Ummul Khairi
•Tuesday, July 17, 2012

It's about honesty...Sometimes a little discomfort in the beginning, can save a whole lot of pain down the road.

*All these year, we never really talked. More...

Author: Ummul Khairi
•Sunday, July 08, 2012

Yesterday, love was such an easy game to play...
More...

Author: Ummul Khairi
•Sunday, June 10, 2012

Dulu sekali, sejak saya berkenalan dengannya, ada sesuatu yang dapat saya lihat. Entah karena sebuah bentuk kekaguman atau terpikat. Bagaimanapun cara ia berkisah, cara ia menyampaikan, caranya berjalan, memeluk, caranya memanjakan, membuat ia begitu istimewa. Dalam sebuah Rumah Tuhan ia pernah bercerita. Tentang apa yang ia kejar. Tentang yang sebenarnya dicari. Untuk siapa dan kemana muaranya kelak.

Seorang Wanita yang terpaut usia cukup jauh jaraknya dengan saya. Mungkin orang lain boleh berpendapat bahwa usia bukan faktor utama seseorang disebut dewasa. Bagi saya, usia linier dengan pengalaman. Pengalaman yang menjadi batu-batu loncatan. Sejauh apa ia mempelajari hidupnya, sendiri atau bersama dengan orang lain, sebanyak apa ia bertemu dengan karakter orang berbeda dan bagaimana ia ‘menyentuh’ hati-hati mereka. Dan ia, berhasil menembus hati saya. Hanya ketika ia menatap, saya mampu menangis berlipat-lipat.

Kawan, tahukah kalian bahwa kadang, apa yang menurut kita tak cukup pantas untuk dipertahankan, yang menurut kita keluar dari ‘jalur’ untuk segera diperbaiki, lebih banyak diperankan oleh ego. Dan jika ego lebih banyak dimainkan, maka bersiaplah untuk kecewa.

Siapapun kita, saya, bahkan wanita itu pernah ingin mengubah ‘jalur’ itu dengan dominasi egonya. Merasa ia pantas mengubahnya dengan bekal puing-puing pengalaman hidup. Waktu demi waktu, ‘jalur’ yang ingin ia ubah itu tidak membuahkan hasil. Cenderung stagnan. Bahkan jejaknya pun tak tampak. Ia tidak menyerah. Wanita bermata empat itu melihat lagi kedalam hatinya dengan menambal semua kekurangan. Sampai tiba dimana ia butuh sendiri. Pada posisi vertikal. Ia dan Tuhan. Melihat sekeliling hanya akan menambah beban. Dan kemudian, ia hanya berdua saja. Kembali dengan egonya.

Sebenarnya, apa yang ia kejar? Apa yang ia cari dengan harus mengubah ‘jalur’ itu? Untuk mendapat pujian bahwa ia hebat? Untuk membuktikan bahwa ia bisa menghadapi siapa saja? Pertanyaan dasarnya adalah, kenapa harus manusia yang mengubahnya kalau sebenarnya ada Tangan Tuhan yang lebih menggenggam? Bukankah kita-manusia hanya perantara saja?

Ini aneh. Ketika ia berusaha meregangkan sedikit saja genggamannya atas ‘jalur’ itu, perlahan apa yang diinginkan ia dapatkan. Ia tak berusaha barang sejengkalpun untuk mengubah keadaan lagi. Ia tunduk pada Tangan Tak Tampak. Dengan sendirinya kebaikan yang diharapkan muncul. Lalu, adakah hal lain yang ia kejar jika manis madu itu telah diteguk? Adakah hal yang lebih baik selain Tangan yang telah mengusap lembut tiap sela hatinya?

Kenapa ya? Pada saat hati terlalu memaksa kehendak, justru ia menjauh. Namun, pada saat hati berani melepaskan, menyerahkan seutuhnya pada Tangan Tak Tampak, justru keadaan berubah terbalik. Ia mendekat. Mungkin saat menggenggam terlalu erat, ia berpaling untuk mencari kelapangan. Mungkin juga mencari sesuatu yang dibutuhkan. Karena sering kali kebutuhan tidak berbanding lurus dengan keinginan. Dan, kadang keinginan hati belum tentu lebih baik dari kebutuhan itu sendiri. Dunia kadang memang aneh. Pada akhirnya kebaikan itu akan terus mencari hakikatnya.

More...

Author: Ummul Khairi
•Friday, June 01, 2012

Aku bertanya, "Bisa tahu bedanya yang mendengar sepenuh hati dan enggak, gimana caranya, Yah?"

"Kalau lawan bicaramu mendengar dengan sepenuh hati, beban pikiranmu menjadi ringan. Kalau kamu malah tambah ruwet, meski yang mendengar tadi seolah serius mendengar, berarti dia tidak benar-benar hadir untukmu," jawab Ayah. More...

Author: Ummul Khairi
•Friday, May 25, 2012

Pagi dingin. Tapi tidak untuk orang-orang yang cekatan mengeluarkan balok mesin-mesin tua. Mereka gegas memburu waktu. Berkejaran dengan selimut kabut dari Tangan Tak Tampak. Menghalau rintik air yang turun perlahan dari langit. Di luar terlalu bising. Mereka tidak memberi kesempatan padaku untuk sedikit saja mengejamu. Setidaknya, biarkan aku meresapimu dalam-dalam hingga ke titik nadir.

Kau dan hujan yang bersahutan diseberang sana. Kau dan diammu. Kau dan abdimu. Aku dan sendiriku. Aku dan caraku menyimpanmu rapat.

Dalam rintihan langit dan kapas hitam yang menggumpal, ada sembilu yang ingin ku cerca. Ada sekat yang ingin segera kulepas. Ada belikat yang terus menggrogoti hingga ke sumsum. Ada rasa yang ingin diungkap. Namun bodohnya, aku tak tau dengan cara apa. Seperti bayi yang baru lahir. Bersahut-sahutan suara tangis yang ingin diperdengarkan pada orang tuanya. Bahwa aku lapar, bahwa aku dahaga. Aku seperti orang bisu yang tiba-tiba bisa berbicara. Tak tau harus memulai kata apa, karena begitu banyak kalimat yang ingin keluar. Seperti bom molotov yang siap meledak. Meletup-letup tak beraturan. Menelisik, menggerus, mengganda, meneriaki.

Aku seperti si tuli yang mendapat titah untuk mendengar kembali. Ingin mendengar semua hal. Tapi disaat yang sama butuh filter untuk menyaring suara-suara yang datang. Bahkan mendengar desauan angin pun seperti sia-sia.

Aku seperti ingin terbang segera setelah mendapat sayap. Namun lagi-lagi tak tau harus kemana, sedang aku ingin pergi ke banyak tempat. Aku seperti jutawan baru yang mendapat harta karun berharga. Tak tau harus membelanjakan uang kemana.

Bahwa aku punya milyaran kata cinta terindah, namun tak mampu kuucap se-milyaran itu. Karena terlalu bahagia. Akhirnya hanya bening-bening kecil yang akan pecah. Batapa aku tak bisa mengungkap sepatah katapun ketika mendapatnya. Segala yang masih klimaks, hingga tak sepenuhnya tatanan itu terkumpul lengkap.

Lihatlah kini. Tuhan telah menjamah tiap relung hati. Aku hanya punya satu sikap yang ingin kutunjukkan pada Tuhan betapa aku menyayangiNya, sekaligus merasa tak pantas mendapat kasih sayangNya. Betapa aku terlalu sombong untuk bersikap sederhana. Betapa aku terlalu ceroboh untuk tidak gegabah. Betapa aku terlalu munafik untuk sekedar berkata cinta. Untuk sekedar menunjukan cinta.

Saat tidak ada yang paling rendah selain sujud kepalaku dibawah KakiMu Yang Maha Agung seraya berucap “Aku ingin memelukmu. Tak sekalipun kulepas lagi”. Lalu kemudian aku kasmaran. Hanyut antara aku dan Tuhan. Hanya berdua saja.

Lihatlah madu manis itu. Dengarlah angin syurga itu. Tuhan punya jawaban sendiri. “Kemari duhai hambaku…apa yang membuatmu sakit? Bagian mana yang sakit itu? Mari kuobati. Masihkah sakit hambaku? Datang padaku, biar ku obati hingga engkau sembuh”.

Kawan, apa yang bisa kujelaskan pada bagian ini selain cinta yang berlipat-lipat.

Dan, aku masih disini,

Mencintaimu.

Entah kenapa.

More...

Author: Ummul Khairi
•Wednesday, April 25, 2012

Bukan kesulitan yang membuat kita takut, tapi ketakutan yang membuat kita sulit. Karena itu jangan pernah mencoba untuk menyerah dan jangan pernah menyerah untuk mencoba dalam amanah, keikhlasan dan kejujuran. Maka jangan katakan pada Allah aku punya masalah, tetapi katakan pada masalah AKU PUNYA ALLAH Yang Maha Segalanya

-Ali Bin Abi Thalib
More...

Do!
Author: Ummul Khairi
•Tuesday, April 10, 2012


More...

Author: Ummul Khairi
•Saturday, March 24, 2012

Male Brain. Buku terbitan gramedia ini didasarkan pada pengalaman klinis Louann Brizendine selama 25 tahun sebagai seorang dokter ahli saraf. Namanya juga Male Brain. Keseluruhan buku ini berisikan sebagian besar pengetahuan tentang otak laki-laki. Saya juga pernah menulis tentang Female Brain disini. Banyak hal menarik dan pengetahun baru dari buku sebanyak 300-an lembar ini. Secara mendasar, perbedaan otak lelaki dan perempuan sangat sering terlalu disederhanakan serta disalahpahami.

Otak lelaki dan perempuan berbeda sejak masa kehamilan. Sel lelaki memiliki kromosom Y dan otak wanita jelas tidak memilikinya. Perbedaan penting mulai terjadi di awal pembentukan otak, ketika gen menetapkan tahapan untuk proses pembentukan DNA lebih lanjut oleh hormon. Delapan minggu usia kehamilan, testikel lelaki mulai menghasilkan testosteron yang cukup banyak untuk merendam otak dan pada dasarnya mengubah strukturnya.

Itulah mengapa perbedaan itu terlihat ketika mereka memcahkan masalah, menghasilkan kata-kata, mengingat , memperhatikan ekspresi wajah, jatuh cinta, mendengarkan tangisan bayi, rasa marah, sedih ataupun takut. Bahkan ketika Brizendine mengatakan ingin membukukan hasil pengalaman klinisnya dalam buku Male Brain ini seorang pasiennya tertawa dan mengatakan “Itu akan menjadi sebuah buku yang tipis! Mungkin lebih menyerupai pampflet”. Well, mungkin itulah mengapa banyak yang mengatakan “Laki-laki itu simple dan wanita itu rumit”. Padahal, dalam kenyataannya, otak lelaki adalah mesin pemecah masalah yang efisien. Setuju?

Ada beberapa hal yang dibahas dalam buku ini. Mulai dari otak anak laki-laki, otak remaja, otak perkawinan ; cinta dan nafsu, otak dibawah pinggang, otak sang ayah, kehidupan emosional laki-laki hingga otak laki-laki yang telah matang.

Otak anak laki-laki
Para peneliti telah menemukan bahwa anak laki-laki dan perempuan lebih memilih mainan dari jenis kelamin mereka sendiri, tetapi anak perempuan akan bermain dengan mainan anak laki-laki, sementara anak laki-laki di usia 4 tahun, menolak mainan anak perempuan bahkan mainan dengan “warna perempuan” seperti pink contohnya. Dulu sewaktu adik perempuan saya masih kecil dan melihat mobil-mobilan adik lelaki saya nganggur, ia langsung mengambil kain gendongan dan membuat mobil itu seolah-olah seperti bayi dan ia adalah ibunya.

Otak remaja
Antara usia 9-15 tahun, sirkuit otak laki-laki dengan miliaran neuron dan ribuan juta sambungan “mulai hidup” ketika tingkat testosteronnya meningkat hingga 20 kali lipat. Apabila testosteronnya adalah air, seorang anak laki-laki usia 9 tahun mendapat testosteron setara dengan 1 cangkir air sehari. Tetapi di usia 15 tahun, hal itu setara dengan 2 galon air perhari. So, testosteron secara biologis menjadikan semua pikiran dan perilaku yang muncul dari otaknya menjadi bersifat maskulin. Laki-laki juga memiliki pemroses yang lebih besar di inti bidang otak yang paling primitif yang menyalakan rasa takut dan memicu agresi protektif yaitu amigdala. Inilah mengapa sejumlah laki-laki akan berjuang sampai mati untuk mempertahankan orang yang mereka cintai. Terlebih lagi, ketika berhadapan dengan kesedihan emosional pasangannya, bidang otak untuk pemecahan masalah dan memperbaiki situasi yang dimiliki laki-laki akan langsung berpijar.

Otak perkawinan ; cinta dan nafsu
Laki-laki memilki ruang otak 2 ½ kali lebih luas yang ditujukan untuk hasrat seksual didalam hipotalamus mereka. Pemikiran tentang ituu selalu berkedip-kedip dibagian belakang korteks visual lelaki, sepanjang pagi dan malam hari. Ini riset lhoo. Intinya, bagi otak laki-laki, kemampuan untuk mendapat pasangan berarti membuat DNA dan gennya memasuki generasi selanjutnya. Walaupun tidak secara sadar memikirkan hal ini, secara naluriah ia ingin mendapatkan keturunan yang banyak. Nah, ini penting juga untuk diketahui. Bedanya, otak perempuan mencoba untuk melihat apakah seorang laki-laki memiliki sesuatu yang diperlukan untuk menjadi pelindung dan pencari nafkah yang baik. Peneliti mendapati hal ini benar, apapun tingkat pendidikan ataupun kemandirian finansialnya. So, jangan menganggap cewek itu matre ya, karena kebutuhan finansial itu salah satu penentu keberlangsungan hidup.

Otak dibawah pinggang
Sepertinya saya tidak perlu menjelaskan hal ini terlalu rinci :D
Sebelum bermain-main dengan ‘otak dibawah pinggang’ ini, ada baiknya baca tentang ini sebagai persiapan menikah kelak.

Otak sang ayah
Seorang ayah tidak tercipta dengan sendirinya. Para ilmuwan mengetahui bahwa otak laki-laki berubah ketika kehamilan pasangannya semakin membesar. Ayah biasanya tidak ngidam mangga, ice cream atau terjaga dengan rasa mual setiap pagi seperti yang dialami ibu rata-rata. Tetapi mereka pun memilki perubahan emosi, fisik dan hormonal yang selaras dengan kehamilan pasangan mereka. Dua perubahan hormon besar saat menjadi calon ayah: testosteron menurun dan prolaktin meningkat. Alam telah membentuk ikatan biologis yang tak terpatahkan antara orang tua dan anak. Tapi biasanya seorang ayah merasa cemburu terhadap bayi laki-lakinya karena si bayi lelaki selalu ingin ibunya dan tampak si ibu juga memilih bayinya dari pada suaminya. Bagi para ayah, sulit menyesuaikan dasar biologis ikatan cinta antara ibu dan bayi. Begitu pula sebaliknya, Ketika anak perempuan memilki hubungan yang erat dengan ayahnya, hal ini menetapkan tahapan untuk membina hubungan yang lebih baik bersama laki-laki dalam hidupnya. Pantas saya merasa sering tak akur dengan mama. Bagi saya otak wanita terlalu rumit untuk disederhanakan.

Kehidupan emosional laki-laki
Keluhan klasik yang sering kita dengar: lelaki menganggap perempuan terlalu emosional dan perempuan menganggap laki-laki tidak cukup emosional. Kalau berbicara emosi tidak perlu jauh-jauh. Wajah dingin dan datarnya lelaki adalah salah satu alasan yang membuat perempuan cenderung berpikir, “mereka tertantang secara emosional”. Tetapi dalam penelitian ini, lelaki secara otomatis menyimpan perasaan mereka untuk diri mereka. Satu saran untuk kaum adam. Wanita selalu menyimpulkan wajah datar kalian dengan rasa kesal, marah ataupun tidak menghargai meski sebenarnya kalian tidak bermaksud seperti itu. Untuk itu, jika kalian merasa kesal, marah atau apapun sebaiknya katakan saja atau setidaknya tunjukan wajah asli emosi itu ya.

Otak laki-laki yang telah matang
Otak lelaki yang sudah matang menjadi semakin menyerupai otak perempuan dewasa secara hormonal. Kira-kira umur 50-60 tahun mereka menjadi lebih baik, dewasa dan lembut. Nah, bagaimana dengan otak seorang kakek? Tentunya bahan bakar yang menjalankan sirkuit otak lelaki juga berubah. Lebih banyak menggunakan oksitosin dan estrogen dan tidak terlalu banyak vasopressin dan testosteron. Laki-laki juga mengalami karir yang menurun dan mencari proyek baru yang menarik untuk membuat mereka tetap sibuk dan “terlibat”, atau setidaknya sebagai pengamat. Mungkin itulah kenapa orang yang sudah lanjut usia senang mengobrol lama. Dan, ikatan seorang lelaki dengan cucunya bergantung pada hubungannya dengan anaknya yang sudah dewasa.

Budaya dan cara kita mengajari otak untuk berperilaku memainkan peran besar dalam membentuk otak kita. Bila seorang anak laki-laki dibesarkan untuk "menjadi seorang laki-laki", lalu ketika dia dewasa -alur dan sirkuit otaknya- yang telah dipengaruhi seperti itu, semakin dibentuk untuk menjadi lelaki dewasa. Well, mungkin tidak semua otak lelaki bisa digambarkan secara singkat seperti diatas. Tulisan ini sebagai pengetahuan untuk saling memahami dan menyederhanakan jiwa yang kompleks, seperti lelaki dan wanita. More...

Author: Ummul Khairi
•Thursday, March 22, 2012

Rata-rata orang jika disuruh menuliskan tentang diri pasti sulit sekali menarasikannya. Mendeskripsikan diri sendiri itu harus mengkhayalkan satu persatu tahapan hidup yang sudah dilewati. Dapat tugas dari Bang Fahri untuk mendeskripsikan diri melalui Versatile Award yang saya dapat beberapa waktu lalu, dan 7 hal ini rangkumannya.

1. Saya adalah orang yang menyelesaikan masalah di dalam kepala. Entah karena lingkungan yang selalu menuntut menganalisa menggunakan otak kiri atau karena kurang bisa berbagi. Me-time adalah waktu dimana semua beban dan solusi bisa dipecahkan secara bersamaan. Mungkin itulah mengapa saya tak bisa lepas dari diary dan cenderung melankolis dalam mengambil sikap.

2. Masih berhubungan dengan yang pertama, adik perempuan saya adalah satu-satunya orang yang bisa saya percayai untuk mengendapkan banyak cerita. Ia adalah sosok orang dewasa dalam perangkap anak kecil berumur 10 tahun. Itulah mengapa saya selalu bisa mempercayainya, Lala.

3. Kepala. Satu bagian tubuh yang terletak diatas bagian tubuh lainnya. Tuhan menciptakannya bukan tanpa sebab. Kepala Tuhan cipta agar manusia selalu mengandalkan logika untuk membaca ayat-ayat Tuhan yang tersirat dan tersurat. Untuk itulah saya butuh seorang bijak yang mampu mengimbangi ke-melankolisan ini dengan ke-logikaannya. Confuse? :D

4. Jika suatu saat nanti saya mendapat 'jatah' syurga, saya akan meminta pada Tuhan untuk diberikan sepasang sayap. Sayap melambangkan kebebasan. Jika selama ini ada jiwa yang terkungkung dalam jasad ini, saya tidak akan berhenti meneriakkan hingga seluruh beban terburai lepas.

5. Phobia darah, suka makanan manis, anime and arc addicted, lebih suka membaca buku-buku filosofis dan sejarah dari pada matematika. Hmm, segitu dulu.

6. Saya adalah anak perempuan yang dibesarkan dengan didikan ala Ayah. Sejak kecil ketika di taman kanak-kanak hingga sekolah menengah selalu dijemput dengannya dengan skala keterlambatan yang cukup parah, tapi karena selalu terlambat Ayah mengajak saya duduk di warung kopi dengan teman-teman kantornya, yang tak lain adalah ayah-ayah paruh baya yang gemar minum kopi. Sedang saya, selalu bermain dibawah pohon ceri untuk mengusir penat selama mereka menyuruput pekatnya kopi. Ayah adalah pustaka pertama saya dalam membaca Al-Quran juga Ilmu Fiqh. Butuh beberapa tahun untuk 'mengenalnya' menjadi sosok yang saya kagumi. Untuk itu, lelaki yang akan menjadi imam saya kelak harus bisa mengambil hati Ayah.

7. Terakhir, saya bukan orang yang mudah memaafkan kekecewaan. Dengan kata lain saya sulit memaafkan orang yang telah membuat saya kecewa. Jeleknya, hanya dengan satu perspektif masalah, yang lainnya pun ikut terlibat. Sering kali hal ini yang menyebabkan saya menjaga jarak dengan seseorang tanpa mengkonfirmasi sebab-akibat. Inilah hal yang membuat orang banyak salah paham. Jika ingin membela diri, saya menjaga jarak karena sebenarnya saya tak mampu mengontrol diri.

Baiklah. Saatnya meneruskan tugas rumah. Maaf hanya bisa meneruskan ke-7 orang saja. Untuk teman-teman yang saya sebut, jangan bosan diberi tugas berantai ya :D

More...