Tiga belas maret lalu, Andrea Hirata kembali menemui public setelah hiatus 2 tahun lamanya. Sedikit excited juga ketika ia memilih Aceh sebagai permulaan pemunculannya kembali. Fakultas FKIP Unsyiah menjadi sasaran. Saya tak pikir panjang. Saya harus ikut Meet And Greet ini, whatever it takes! Peserta yang ikut juga melebihi kapasitas kursi yang tersedia, hingga membuat panitia terpaksa menolak antrian yang membludak. Saya termasuk beruntung, karena jika terlambat sedikit saja, sudah bisa dipastikan saya tidak dapat mengikuti acara tersebut. Beberapa orang penggemar Andrea banyak yang memuji dan mengeluh tentang karya-karyanya. Pertanyaan klasik yang terus ditanyakan padanya tak lain tentang ke-orisinilan tokoh-tokoh dalam tetralogi Laskar Pelangi juga dwilogi Padang Bulan. Saya yakin, si Ikal sedikit enggan menjawab pertanyaan dengan frekuensi berkala seperti ini. Pertama, terlihat dari jawabannya. “I have no obligation to tell you this is truth or not. Itulah kenapa saya selalu membuat awalan pengantar di cover depan “Sebuah Novel…” dan saya membutuhkan riset 4 tahun untuk sebuah kultur budaya dengan lebih dari 200 responden. Lalu, apakah kalian masih mempertanyakan ke-orisinilan dari karya-karya saya?”.
Awalnya saya juga ikut mempertanyakan tentang setiap kalimat yang ia torehkan dalam karya-karyanya dan benar-benar terpukau tentang science serta hitung-hitungan yang di akumulasikan dalam konsep-konsep sederhana sebuah cerita. Pembaca benar-benar diajak dalam dimensi fiksi-sains, tapi tetap mengedepankan alur yang humanis. Alasan kedua, dari matanya. Mata seseorang tidak pernah berbohong, kawan.
Seminggu setelah acara tersebut berlangsung, tepat tanggal 26 maret, Telkomsel Kompasiana Blogshop mengadakan workshop kepenulisan. Setiap daerah akan mendapat giliran tur untuk mengikuti workshop ini secara gratis. Sebenarnya, acara-acara seperti ini akan membahas tema yang sama, judul serta teknik-teknik kepenulisan yang tidak jauh berbeda dari yang sudah pernah saya dapatkan. Dari awal niat saya mengikuti acara ini hanya melengkapi pengetahuan yang sudah ada dan menjaga semangat untuk tetap menulis. Bonusnya, saya bisa bertemu dengan beberapa orang yang tulisannya sering saya baca di media lokal dan nasional, juga penulis buku-buku antologi. Setidaknya saya sudah pernah bertemu langsung dengan beberapa orang yang hanya saya kenal di blog dan jejaring sosial, seperti yang ini. Mata saya benar-benar terbuka pada sesi kedua workshop yang diadakan di The Pade hotel ini. Sebenarnya orang-orang yang menulis di media apapun adalah orang yang biasa-biasa saja, bukan? Seorang yang tidak dianggap sekalipun oleh dunia bisa menjadi orang hebat dalam sekejab mata jika ia bisa berbagi cerita dan menulisakan cerita tersebut untuk banyak orang.
Saat itu saya kembali berpikir. Apakah saya harus tetap menulis? Kenapa saya harus menulis secara berkala? Mengapa harus di media massa? Atau, kenapa saya nge-blog? Wacana seperti ini sudah lama menguap di kepala namun belum disalurkan dengan baik. Syukur saya masih ingat. Kawan, kadang dalam hidup kita selalu bertanya mengapa dan kenapa tanpa pernah tau jawaban tepatnya. Sesekali kita mendapat jawaban untuk sebuah alasan namun tidak sedikit pula semua pertanyaan tersebut tidak memiliki jawaban. Setidaknya kita pernah menanyakan tentang kenisbian suatu hal. Semuanya hanya untuk membuat kerangka berpikir kita dapat me-manage dengan baik setiap input dan output yang bersarang di kepala.
Saya yakin, setiap orang punya jawaban masing-masing kenapa harus menulis dan menyajikannya untuk dibaca oleh orang banyak. Sebagian lagi berpendapat, apa yang harus dibagi adalah sesuatu yang layak untuk diceritakan. Atau, banyak juga yang berpendapat untuk menuliskan sesuatu di media massa sekalipun isinya sampah! Semua punya jawaban dan alasan masing-masing.
Kenapa nge-blog? Saya juga tak begitu paham kenapa harus menulis sesuatu untuk disajikan dalam nampan indah bernama internet. Tidak muluk-muluk, pertama saya ingin konsisten dalam menulis. Bagaimana cara mendapatkan kekonsistenan itu? Saya butuh feel untuk merasakan kekonsistenan dalam tiap jemari ketika bercerita. Apakah saya sudah mendapatkannya? Ya (semoga) sudah. Buktinya saya tidak mau meninggalkan blog ini. Itulah mengapa saya pernah mengatakan izin sebentar untuk berjauhan dengan blog. Kenapa? Karena saya tidak ingin berpisah dengannya. Saya harus jujur, kegiatan menulis berkala ini sudah mendapat tempat dalam hidup. Dan, sebenarnya ketika kita minta izin untuk hiatus sebentar, sebenarnya kita meminta izin pada diri sendiri untuk sebentar saja berjauhan dari rutinitas ini dan berjanji untuk kembali pada masa yang tepat. See? Simple kan?
Jika ada yang menghargai setiap tulisan yang saya tulis, saya sangat menaruh apresiasi besar pada orang-orang tersebut. Kawan, apa yang lebih indah selain dihargai dan mendapatkan tempat tersendiri melalui tulisan-tulisan kita di hati banyak orang. Jika ada orang-orang yang ikut terpengaruh dan bisa mengubah satu episode dalam kehidupan seseorang, saya melangitkan syukur pada Tuhan Segala Kuasa. Itulah mengapa setiap tulisan yang kita sajikan pada massa tidak boleh asal. Karena kita tidak pernah tau, pada bagian kalimat mana orang-orang di sekitar ikut terpengaruh.
Satu hal lagi. Kenapa harus menulis untuk membaginya pada orang lain? Untuk sendiri saja belum cukup! Coba baca sejarah tentang berdirinya bangsa Yahudi. Ada satu nama yang paling berpengaruh untuk mendirikan sistem pemerintahan tersebut di tahun 1901 yaitu Theodor Herzl. Apa yang ia lakukan? Ia hanya menulis sebuah buku. Buku yang berjudul Der Judenstaat menjadikan Herzl sebagai pemimpin kongres zionis dunia pertama untuk selanjutnya mendirikan kekuasaan atas konsep zionis. Sekarang coba lihat, betapa kuat pengaruh Yahudi untuk dunia, hanya dari pemikiran seseorang yang ia tuangkan dalam sebuah buku. Bayangkan jika hanya pemikiran saja yang tidak pernah dipublikasikan, mungkin akan sama nasibnya seperti seorang sekaliber Leonardo Da Vinci. Mungkin kita lebih mengenal Da Vinci dengan lukisan monalisanya namun sebenarnya, ada banyak pemikiran-pemikiran bahkan sketsa-sketsa kapal-kapal dan pesawat yang ia rancang sendiri tapi tidak pernah ia coba realisasikan dalam bentuk nyata. Hanya berupa sketsa dan pemikiran dalam wadah kertas. Itulah mengapa Michael Hart tidak menempatkan Da Vinci dalam 100 orang paling berpengaruh di dunia. Begitu juga dengan Al-Quran. Mungkin jika Usman Ibn Affan tidak pernah mengusulkan kepada Abu Bakar untuk menyatukan kumpulan Al-Quran dalam bentuk mushaf, mungkin umat muslim tidak bisa membaca Al-Quran hingga hari ini. Usman tidak hanya merealisasikan pemikiran dengan idenya tapi juga menyatukannya dalam mushaf agar umat muslim lebih mudah membaca dan menghafalnya. Karena Usman tau, kepala seseorang tidak dapat menampung segala hal. Kepala manusia terbatas. Meskipun ada banyak penghafal Al-Quran tapi pada waktunya mereka juga kembali pada Tuhan.
Kedua, saya ingin setiap pemikiran yang saya tulis, bisa dibaca oleh anak-anak saya kelak atau bahkan saat mereka memiliki cucu dan cicit. Ide bisa hilang jika tidak disalurkan. Buku bisa rusak dimakan rayap. Seseorang bisa lupa dengan orang lain, tapi sebuah tulisan tidak akan lekang dimakan usia. Sekalipun kita sudah mati. Saya, kita, kalian dan kamu hanyalah orang yang biasa, namun bisa menjadi luar biasa dengan sedikit saja rasa berbagi. Mungkin saya tidak punya pengaruh apa-apa untuk dunia tapi dengan sebuah tulisan, saya menjadi bagian dari dunia untuk terus hidup. So? Tidak ada yang harus kita tunggu untuk memulai sesuatu selain mulai dari diri sendiri, mulai dari hal yang kecil dan mulai dari sekarang!*
*kalimat penggugah milik Aa' Gym
•Friday, April 01, 2011
Ai De Life,
Book,
Mozaik,
Refleksi
|
This entry was posted on Friday, April 01, 2011 and is filed under
Ai De Life
,
Book
,
Mozaik
,
Refleksi
. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.
17 comments:
asslamu'alaikum. salam kenal kak..! :D
jadi pengen baca padang bulan, dri dulu nggak jadi2 gara2 tugas kuliah yg ga beres2. haha.
visit my blog juga dong kak, and leave a comment there. hehehe :)
motivasi yang memukau, ai...
hahaha, saya pribadi saat ini merasa ini kurang banyak menulis... heyyeh... ada kesibukan lain.. keep spirit neng..
wah, baru tau kalo andrea hirata ke aceh
menulis...susahnya suka buntu ide. ato tiba2 mandeg di tengah jalan.
But, hayuk lah terus nulis :D
*suatu saat dibaca ma anak2 kita...amiin
mari menulis.hahha
lanjutkan menulisnya, saya juga suka menulis ini lagi mau nyelesein buat novel prtama hhe
sama, alasan saya ngeblog salah satunya juga itu. menjaga konsistensi. rehat sebentar, bolehlah. asal ga brenti nulis.
ga kebayang kalo nanti anak-anak ngebaca blog kita. ayo, semangat! :D
@sri wijayanti: salam kenal juga sri :)
ayoo, buruan dibaca, kalo nunggu tugas kampus selesai, ntar gak kebaca
@rifka: ah, masa sih si neng jarang nulis? blog nya aja lebih dari satu, hehe
@kak meutia: iya nih, si Ikal ke Aceh :D
including meet and greet itu, udah 4 kali dia ke Aceh
@kak nova: ganbatte!!
@adittya: kamu lagi ngerjain project novel? waa, salut..semoga sukses dan bisa di release segera ya adit^^
@kak ruzana:kalo mandet di tengah jalan, its ok kak, yang penting keep writing dont be stucking, hehe
@cho: kamu juga kepikiran gitu cho?ah..sama kita, hehe
Wah, kenapa ngeblog?
Tentu, pengen eksis (supaya dunia tahu bahwa saya ada), menuangkan pikiran, dan berbagi.
Siapa tahu bisa dapet teman baru, siapa tahu di saat saya butuh bantuan saya bisa minta tolong via blog, dan banyak lagi. :)
@mas asop: ow, boleh lah! *save list
sutopo sasuke
berkomentar;
wah blognya keren , mkasih informasinya..
tanks you
jangan lupa kunjungan balik ya , salam kenal
Islam